Legenda Streetball Penasaran Sepak Bola Indonesia Tak Bisa Seperti Basket di Filipina, Ini Jawaban Ketua The Jakmania

Level sepak bola Filipina memang masih berada di bawah Indonesia, tapi ada baiknya Indonesia mencontoh bagaimana Filipina sukses mendongkrak prestasi bola basket sehingga jadi 'raja' basket di Asia Tenggara.

BolaCom | Choki SihotangDiterbitkan 31 Maret 2025, 18:45 WIB
Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, saat bermain FIFA 20 di Kantor KLY, Gondangdia, Kamis (25/6/2020). Acara bertajuk BOLA Esports Challenge ini mempertemukan pemain Persija dengan The Jakmania pada pertandingan FIFA 20. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Level sepak bola Filipina memang masih berada di bawah Indonesia, tapi ada baiknya Indonesia mencontoh bagaimana Filipina sukses mendongkrak prestasi bola basket sehingga jadi 'raja' basket di Asia Tenggara.

Diky Soemarno, Ketua Umum The Jakmania, dan legenda streetball basket Indonesia, Rico Lubis, membahasnya dalam program Hirawuu Pukawuu di kanal Youtube Awuu Kreatif.

Advertisement

Kepada Diky Soemarno, Rico Lubis menceritakan dirinya yang belum lama kembali dari Filipina. Selama di sana, legenda streetball dengan nickname Spinboi itu melihat betapa dahsyat animo basket di Filipina. Rico bahkan menyamakannya seperti animo masyarakat Indonesia terhadap sepak bola.

"Bahkan lebih gila, tukang sayur dan supir angkot pakai jersey basket," kata Rico Lubis.

"Secara kelas ekonomi kan miriplah Filipina dengan di sini. Filipina bisa jadi raja basket di Asia Tenggara. Kenapa itu tidak terjadi di negara kita?" tanya Rico Lubis.


Basket di Filipina itu Lifestyle

Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, saat bermain FIFA 20 di Kantor KLY, Gondangdia, Kamis (25/6/2020). Acara bertajuk BOLA Esports Challenge ini mempertemukan pemain Persija dengan The Jakmania pada pertandingan FIFA 20. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Diky Soemarno yang bertahun-tahun dikenal menggilai sepak bola hingga menjadi Ketua Umum kelompok suporter Persija Jakarta, The Jakmania, memberikan analogi mengenai perbedaan kedua negara dengan olahraga yang digandrungi tersebut.

"Mungkin kayak gini ya, mungkin kalau di Filipina itu basket menjadi part of life sebenarnya. Enggak tahu, tapi mungkin ya. Jadi memang seperti menjadi bagian dari hidup. Jadi lifestyle mereka seperti itu," kata Diky Soemarno.

"Kalau Indonesia, epak bola tuh kayaknya hanya jadi tempelan doang. Cuma jadi, apa ya, gateaway, jalan keluar. Ketika lo stres, lo main bola, lo nonton bola, dan segala macam. Jadi seperti itu," imbuhnya.


Prestasi atau Industri?

Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, saat bermain FIFA 20 di Kantor KLY, Gondangdia, Kamis (25/6/2020). Acara bertajuk BOLA Esports Challenge ini mempertemukan pemain Persija dengan The Jakmania pada pertandingan FIFA 20. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Menurut Diky Soemarno, antara industri dan prestasi memang harus sebanding. Ketua The Jakmania itu menegaskan industri olahraga akan hidup jika memang berjalan seiring dengan prestasinya.

"Jadi ibaratnya seperti ini. Pertanyaan sederhana adalah sepak bola di Indonesia itu industri atau prestasi? Kalau industri pasti, karena pastinya harus hidup, tapi untuk itu kan harus sebanding dengan prestasinya. Nah, prestasinya enggak. Kita di Asia Tenggara saja kalah sama Thailand," tutur Ketum The Jakmania itu.

"Masih bisa bersaing dengan Vietnam, Malaysia, dan Filipina. Jadi menurut gue perbedaannya seperti itu. Kalau di Filipina tuh basket jadi part of life. Sementara di Indonesia tuh sepak bola masih gateaway aja. Gue BT, gue nonton bola. Gua bingung mau jadi pemain bola segala macam. Cuma ya sudah," lanjutnya.


Singgung Tingkat Partisipasi Olahraga di Indonesia

"Logikanya seperti ini, ada satu fakta yang menarik, menurut lo, orang yang main bola di Indonesia itu banyak atau enggak? Oke banyak. Sekarang gini. Dari kelas satu SMA di zaman lo dulu deh, yang satu angkatan, yang selesai pulang sekolah main bola berapa banyak sih? Itulah sebenarnya tingkat partisipasi olahraga di kita itu masih kurang banget."

"Paling sederhana itu lo Lihat GBK. Ada enggak setiap malam dari jam 6 sampai jam 10 malam, atau dari jam 4 sore sampai jam 10 malam itu lapangan ABC itu penuh keisi sama yang main bola?"

"Kalau basket di Filipina ya mungkin lo main karena lapangannya lebih gampang. Ibaratnya seperti di Indonesia, mungkin lo dulu pakai sendal dua biji atau pakai kaleng cat juga bisa jadi gawang. Hanya saja, ya sudah begitu doang gitu loh. Sebagai hobi doang. Bukan sebagai profesional yang bisa membangun prestasi di negara itu," tutup Diky Soemarno.

Sumber: Youtube Awuu Kreatif