Bola.com, Manchester - Manchester United (MU) dikabarkan tertarik membajak salah satu jebolan terbaik akademi Manchester City. Pemain yang berposisi sebagai gelandang itu dikabarkan siap pindah setelah tak masuk ke skuad Man City untuk Piala Dunia Antarklub 2025.
MU kemungkinan akan sangat sibuk pada musim panas 2025. Bahkan, mereka telah menyelesaikan perekrutan Matheus Cunha dari Wolves setelah mengaktifkan klausul pelepasannya senilai £62,5 juta (Rp1,37 triliun).
Manajer Manchester United, Ruben Amorim, diberi anggaran transfer kurang dari £100 juta (Rp2,2 triliun). Menurut The Guardian, seperti dikutip dari Sportbible, Senin (2/6/2025), departemen sepak bola Setan Merah menginginkan pelatih asal Portugal itu memperkuat tim tepat waktu untuk musim baru.
Di masa perburuan ini, MU mendapat informasi tentang pemain jebolan akademi Man City, James McAtee. Sang pemain dikabarkan tak diboyong dalam lawatan City untuk berpartisipasi di Piala Dunia Antarklub 2025. Kondisi ini memicu santer rumor seputar masa depannya di Etihad.
Bisa Memicu Kontroversi
The Mirror mengklaim United terus berputar-putardi sekitar potensi kepindahan McAtee. Beberapa bulan sebelumnya, The Telegraph melaporkan Manchester United, Newcastle United, dan AC Milan memantau perkembangan pemain berusia 22 tahun itu.
"Menjual langsung ke klub Old Trafford akan menjadi langkah yang sangat kontroversial, terutama karena McAtee diperkirakan akan memiliki masa depan yang cerah," klaim laporan dari Guardian tersebut.
McAtee, yang menghabiskan dua musim dengan status pinjaman di Sheffield United antara 2022 dan 2024, merupakan pemain rotasi di bawah Pep Guardiola. Pada musim 2024/2025 ia mencetak tujuh gol dalam 27 pertandingan untuk Citizens.
Meski begitu, gelandang tersebut baru-baru ini dipanggil ke skuad latihan pra-Euro Inggris U-21. Artinya ia tidak akan tampil untuk City di Piala Dunia Antarklub musim panas ini.
Komentar Pep Guardiola
Pada Desember tahun lalu, manajer City, Pep Guardiola, mengakui telah memperlakukan McAtee secara tidak adil menyusul kurangnya kesempatan bermain di tim utama.
"Itu tidak diragukan lagi. Bukan karena cara kami bermain, tetapi di masa lalu. Ada hal-hal yang terkadang terasa tidak adil," katanya.
"Terkadang dalam situasi yang Anda jalani, Anda selalu merasa harus memberikan tanggung jawab kepada pemain senior daripada pemain muda. Tetapi terkadang pemain senior memiliki lebih banyak tekanan daripada pemain muda yang tidak memiliki apa pun untuk dipertahankan. Mereka ingin menaklukkan dunia," imbuhnya.
Sumber: Guardian, Sportbible