Imane Khelif Diminta Kembalikan Emas Olimpiade usai Sorotan Uji Gender

Asosiasi Tinju Internasional (IBA) meminta Imane Khelif mengembalikan medali emas tinju Olimpiade 2024 Paris yang diraihnya.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 27 Juni 2025, 16:30 WIB
Khelif yang menjadi sorotan karena kontroversi gender di Olimpiade 2024, menang angka mutlak 5-0 atas Liu. (AP Photo/John Locher)

Bola.com, Jakarta - Kontroversi kembali mengemuka di dunia tinju setelah Presiden Asosiasi Tinju Internasional (IBA), Umar Kremlev, secara terbuka meminta juara Olimpiade asal Aljazair, Imane Khelif, untuk mengembalikan medali emas yang diraihnya di Olimpiade 2024 Paris.

Permintaan ini disampaikan menyusul terungkapnya hasil uji gender yang menyatakan Khelif memiliki kromosom XY, yang secara biologis mengindikasikan jenis kelamin laki-laki.

Advertisement

Khelif mencatatkan kemenangan di nomor 66 kg putri setelah mengalahkan petinju China, Yang Liu, dalam partai final. Namun, sejak saat itu, keabsahan partisipasinya terus menjadi perdebatan publik dan komunitas olahraga.

Isu ini mencuat kembali setelah IBA mempublikasikan bahwa Khelif telah gagal dalam dua kali tes verifikasi gender yang dilakukan antara 2022 hingga 2023. Hasil tes tersebut menyebutkan kehadiran kromosom XY pada tubuh sang atlet.


Laporan Resmi IBA

Petinju penuh kontrovesi asal Aljazair tersebut memastikan diri meraih medali emas Olimpiade Paris 2024. (Mauro PIMENTEL / AFP)

Dalam laporan resminya pekan ini, IBA menyatakan bahwa Khelif sempat diberi waktu 21 hari untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya dan akhirnya didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia.

Namun, situasi menjadi pelik karena IBA tidak menjadi penyelenggara kompetisi tinju di Olimpiade Paris 2024.

Setelah hubungan antara IBA dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) memburuk, dipicu isu pengelolaan keuangan dan kualitas perwasitan, IOC mengambil alih sepenuhnya penyelenggaraan cabang olahraga tinju.

IOC memutuskan tetap mengizinkan Khelif bertanding karena secara administratif ia terdaftar sebagai perempuan berdasarkan paspornya.


Kritik Keras dari IBA

Kepastian Imane Khelif meraih medali emas Olimpiade 2024 didapat setelah mengalahkan wakil China, Yang Liu. (AP Photo/Ariana Cubillos)

Keputusan ini kemudian dikritik keras oleh Kremlev. Dalam wawancara bersama Mail Sport, ia menuding IOC telah mengedepankan kepentingan politik ketimbang keadilan dalam olahraga.

"IOC tidak memperjuangkan keadilan dalam olahraga. Mereka membagikan medali berdasarkan kepentingan politik. Imane Khelif harus diminta mengembalikan medali Olimpiade dari Paris," tegas Kremlev.

Secara hukum, peluang pencabutan medali Khelif dinilai kecil, mengingat tidak ada aturan eksplisit di Olimpiade 2024 yang mewajibkan peserta putri harus berjenis kelamin perempuan secara biologis.

Namun, tekanan terhadap IOC semakin besar seiring dengan meningkatnya sorotan publik terhadap keikutsertaan Khelif yang dianggap kontroversial.


Potensi Tampil di Olimpiade 2028

Petinju Aljazair Imane Khelif berselebrasi setelah mengalahkan Yang Liu dari China pada final tinju nomor putri 66 kg Olimpiade Paris 2024 di Roland-Garros Stadium, Sabtu (10/8/2024) dini hari WIB. (AP Photo/Ariana Cubillos)

Sementara itu, peluang Khelif untuk tampil di Olimpiade berikutnya, di Los Angeles 2028, tampaknya makin menipis. Setelah IOC secara resmi memutus hubungan dengan IBA, mereka kini mengakui World Boxing sebagai badan pengatur resmi olahraga tinju.

World Boxing baru-baru ini memperkenalkan kebijakan baru yang mewajibkan semua atlet menjalani verifikasi kelayakan berdasarkan jenis kelamin biologis sebelum diizinkan bertanding.

Khelif pun diketahui batal tampil di ajang Eindhoven Box Cup beberapa waktu lalu, tanpa alasan resmi. Jika tidak mampu memenuhi persyaratan dari World Boxing, besar kemungkinan ia tidak akan bisa mempertahankan gelar juara olimpiadenya.

Meski demikian, Khelif belum memberikan pernyataan publik mengenai posisinya. Ia hanya mengunggah foto di Instagram pada pekan ini untuk merayakan 'Hari Olimpiade', di tengah badai kontroversi yang belum mereda.

 

Sumber: Give Me Sport