Bola.com, Jakarta - Menjelang digelarnya edisi ke-138 Wimbledon Championships, antusiasme publik tenis dunia kembali mengarah ke All England Club.
Turnamen bergengsi yang digelar di atas rumput itu bukan hanya menjanjikan pertarungan antara para petenis top dunia, tetapi juga menyuguhkan simbol-simbol sejarah yang melekat kuat dalam tradisinya.
Satu di antaranya, tentu saja, trofi Gentlemen's Singles yang ikonik, dengan hiasan nanas di puncaknya.
Dua bintang muda, Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz, menjadi sorotan utama tahun ini. Keduanya difavoritkan untuk meraih gelar juara tunggal putra Wimbledon 2025.
Alcaraz, juara bertahan dua tahun beruntun, tampil dengan gaya agresif dan energi tanpa henti, sementara Sinner membawa keseimbangan antara ketenangan dan akurasi pukulan yang nyaris sempurna.
Setelah masing-masing menjuarai Australia Open dan Roland-Garros, keduanya dinilai sebagai penerus rivalitas besar era tenis modern.
Namun, di balik euforia dan drama yang akan tersaji di lapangan, ada satu elemen unik yang kerap mengundang tanya: mengapa ada nanas di atas trofi juara tunggal putra Wimbledon?
Nanas: Lebih dari Sekadar Ornamen
Jawabannya berakar pada budaya Inggris abad ke-19. Saat itu, nanas merupakan buah yang sangat langka dan mahal. Kehadirannya melambangkan kemewahan, status sosial tinggi, serta keramahtamahan tuan rumah.
Dalam banyak acara aristokrat, nanas kerap dipajang sebagai simbol kehormatan tertinggi bagi para tamu.
Ketika trofi Wimbledon dibuat pada era itu, penggunaan simbol nanas bukan sekadar ornamen, melainkan pernyataan nilai. Nanas dianggap representasi dari kehormatan tertinggi, tepat bagi pemenang turnamen yang paling prestisius dalam kalender tenis dunia.
Selain itu, motif nanas populer dalam desain arsitektur dan perhiasan perak Inggris pada masa Victoria. Maka tak heran, trofi Wimbledon mengadopsi elemen ini sebagai bagian dari identitas visualnya, menjadikannya satu-satunya trofi olahraga dunia yang memiliki nanas di puncaknya.
Prestise dan Hadiah
Wimbledon bukan hanya soal tradisi dan sejarah, tetapi juga soal gengsi dan hadiah besar.
Tahun ini, juara tunggal putra maupun putri akan mengantongi hadiah senilai 3 juta paun (sekitar Rp66,7 miliar), sementara runner-up membawa pulang 1,52 juta paun (Rp33,8 miliar).
Perinciannya:
Tahap - Hadiah*
Juara - 3.000.000
Runner-Up - 1.520.000
Semifinalis - 775.000
Perempat Final - 400.000
Babak 16 Besar - 240.000
Babak 32 Besar - 152.000
Babak 64 Besar - 99.000
Babak 128 Besar - 66.000
*Ket: dalam paun
Perpaduan Sejarah, Keanggunan, dan Ketangguhan
Saat Wimbledon 2025 berlangsung di lapangan hijau SW19, para penonton tak hanya akan disuguhi pertarungan sengit antarpetenis terbaik dunia.
Mereka juga akan menyaksikan bagaimana simbol nanas di puncak trofi terus mengukuhkan makna klasik turnamen ini, sebuah penghormatan, tradisi, dan kejayaan yang bertahan lintas generasi.
Sebuah piala tak selalu hanya soal logam dan ukiran; kadang, seperti nanas di Wimbledon, ia membawa narasi panjang tentang kehormatan dan nilai-nilai budaya yang hidup hingga hari ini.
Sumber: Give Me Sport