Sama-sama Gunakan Motor Ducati Desmosedici GP25, Kenapa Pecco Bagnaia Enggak Bisa Kencang seperti Marc Marquez?

Perbedaan antara Pecco Bagnaia dengan Marc Marquez sangat jomplang pada MotoGP 2025. Disaat Marc Marquez sangat bersinar, Pecco Bagnaia justru sebaliknya.

BolaCom | Hendry WibowoDiterbitkan 30 Juni 2025, 22:15 WIB
Francesco Bagnaia dari Ducati Lenovo merayakan kemenangan di MotoGP Amerika Serikat 2025. (Bola.com/motogp.com)

Bola.com, Jakarta - Perbedaan antara Pecco Bagnaia dengan Marc Marquez sangat jomplang pada MotoGP 2025. Disaat Marc Marquez sangat bersinar, Pecco Bagnaia justru sebaliknya. 

Selisih 126 poin di antara dua pembalap ini di klasemen adalah indikasi jelas betapa lebarnya gap antara Marc Marquez dengan Pecco Bagnaia. 

Advertisement

Yang menarik padahal keduanya sama-sama memakai motor Ducati Desmosedici GP25. Jadi apa yang membedakan antara Marc Marquez dengan Pecco Bagnaia? 

Bagnaia memberikan analisis usai dirinya hanya finis ketiga pada Main Race MotoGP Belanda di Sirkuit Assen yang dimenangkan Marc Marquez hari Minggu (30/06/2025). 

Menurutnya Marc Marquez diuntungkan karena tidak sempat menggunakan GP24, motor yang digunakan Pecco Bagnaia pada musim lalu. 

 

 


Marc Marquez Diuntungkan karena Tidak Sempat Coba Motor GP24

Pada MotoGP 2024, Marc Marquez masih memperkuat tim satelit Gresini Racing yang menurunkan motor Desmosedici GP23. Menurut Pecco Bagnaia DNA motor GP24 sangat berbeda dengan GP25, sehingga ia kesulitan untuk beradaptasi. 

"Marc melakukan pekerjaan fantastis dengan motor GP25 dan saya kesulitan menemukan keseimbangan motor ini karena tahu betul perilaku motor GP24," Bagnaia memberikan analisis.

Ketika dipertegas, apakah Marc Marquez diuntungkan tidak pernah mencoba GP24, Bagnaia menjawab singkat: "Ya." 


DNA Motor Sulit Diubah

Pecco Bagnaia saat berduel dengan Marc Marquez pada balapan MotoGP Italia 2025. (Tiziana FABI / AFP)

Bagnaia turut menyoroti betapa susahnya mengubah karakteristik dasar dari motor GP25 yang dikendarainya musim ini. Setelah kehilangan kepercayaan diri di Le Mans dan Silverstone, performanya mulai membaik sejak seri Aragon.

Namun, ia menyadari bahwa solusinya bukan mengubah motor secara drastis, melainkan menyesuaikan gaya balapnya.

“DNA sebuah motor sulit untuk diubah. Saya mencoba mengubah pendekatan saya, bukan terlalu banyak mengutak-atik motor, karena bisa berujung pada kesalahan. Lebih mudah beradaptasi dengan motor yang ada,” katanya.

“Saya butuh stabilitas lebih saat melepaskan rem. Itu sulit didapatkan dengan motor ini. Namun, kami terus membaik dan saya berharap dalam 2-3 balapan ke depan, saya bisa benar-benar merasa nyaman,” lanjutnya.

Berita Terkait