Dicoret UEFA dari Liga Europa, Kerugian Crystal Palace Bisa Tembus Setengah Triliun Rupiah

Crystal Palace gagal tampil di Liga Europa karena aturan UEFA, berpotensi rugi ratusan miliar. Akan tetapi, keputusan ini masih dalam proses banding,

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 18 Juli 2025, 20:45 WIB
Bek Crystal Palace asal Prancis #05, Maxence Lacroix (tengah), dan gelandang Crystal Palace asal Jepang #18, Daichi Kamada (tengah kanan), merayakan kemenangan bersama rekan satu timnya setelah pertandingan final Piala FA Inggris antara Crystal Palace dan Manchester City di Stadion Wembley, London, pada 17 Mei 2025. Palace menang 1-0. (Adrian Dennis/AFP)

Bola.com, Jakarta - Crystal Palace terpaksa turun kasta ke Conference League setelah UEFA mencabut tiket mereka ke Liga Europa musim 2024/2025, menyusul pelanggaran aturan kepemilikan multi-klub.

Keputusan itu berpotensi membuat klub asal London Selatan ini kehilangan pemasukan hingga 25 juta paun atau sekitar Rp547,3 miliar.

Advertisement

The Eagles sebelumnya memastikan satu tempat di Liga Europa setelah menumbangkan Manchester City 1-0 di final Piala FA musim 2024/25.

Namun, jatah tersebut ditarik kembali oleh UEFA karena mantan pemilik saham mayoritas Palace, John Textor, juga diketahui memiliki klub Prancis, Olympique Lyon, yang lolos ke kompetisi yang sama.

Alhasil, slot milik Crystal Palace dialihkan kepada Nottingham Forest dan harus puas bermain di Conference League.

Kendati keputusan ini masih dalam proses banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), dampak finansialnya mulai jadi sorotan.

"Jika banding ditolak, Palace berpotensi kehilangan sekitar 25 juta paun," kata Kieran Maguire, pakar finansial sepak bola, kepada TBR Football.

"Untuk musim 2023/24, juara Conference League – Olympiacos – mendapatkan sekitar 17 juta atau 14,7 juta paun. Sementara pemenang Liga Europa meraup 41 juta euro atau 35,5 juta paun. Selisihnya mencapai sekitar 20 juta paun, dan musim depan diperkirakan nilainya naik sekitar 15 persen," ulasnya.


Peluang Besar Jadi Juara

Suporter Crystal Palace memberikan aplaus kepada para pemain tim kesayangannya yang berhasil melangkah ke final Piala FA 2024/2025 setelah meraih kemenangan 3-0 atas Aston Villa dalam laga semifinal yang berlangsung di Wembley, London, Sabtu (26/4/2025). (Glyn KIRK / AFP)

Maguire menambahkan, meski berada di kompetisi tingkat ketiga Eropa, Crystal Palace kini justru punya peluang besar untuk jadi juara dan kembali meraih tiket Liga Europa musim berikutnya.

"Klub Inggris sudah dua kali juara Conference League dalam tiga musim terakhir. Ini bisa jadi peluang kedua bagi Palace," ujarnya.

Akan tetapi, kondisi ini tetap memicu kekecewaan dari pihak klub, terlebih karena akar masalahnya, kepemilikan saham John Textor, sudah tidak berlaku lagi. Textor telah melepas seluruh sahamnya kepada pengusaha asal Amerika Serikat, Woody Johnson, yang juga pemilik klub NFL, New York Jets.

Situasi tersebut membuat banyak pihak mempertanyakan keputusan UEFA. Pasalnya, klub-klub lain yang melanggar aturan serupa sebelumnya hanya dikenai denda, bukan sanksi berupa pencabutan hak tampil di kompetisi.


Alasan untuk Optimistis

Woody Johnson dinominasikan oleh Donald Trump sebagai dubes AS untuk Inggris (AP Photo/Mel Evans, File)

Namun, di tengah kekecewaan itu, Palace punya alasan untuk optimistis. Menurut Adam Williams, Kepala Konten Keuangan dan Tata Kelola Sepak Bola di TBR, kehadiran Woody Johnson bisa menjadi titik balik positif.

"Dengan investasi sebesar 190 juta paun dari Johnson dan latar belakangnya di NFL, Crystal Palace berpotensi menghasilkan 30 juta paun per pertandingan di Selhurst Park setelah renovasi stadion rampung," ungkap Williams.

Ia menyebut Johnson memiliki daya tarik komersial luar biasa yang bisa mempercepat transformasi finansial klub.

Selhurst Park direncanakan akan direnovasi besar-besaran, dan dukungan finansial dari pemilik baru dinilai menjadi angin segar bagi masa depan Palace, meski mereka harus memulai dari Conference League musim ini.

 

Sumber: TBR Football