Tak Lagi Punya Ikon Global, Siapa Wajah Baru Tottenham setelah Era Bale, Kane, dan Son?

Tottenham Hotspur kehilangan ikon global. Era baru dimulai tanpa sosok sentral.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 07 Agustus 2025, 15:00 WIB
Tottenham Hotspurs - Gareth Bale, Harry Kane, Son Heung-min (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Setelah satu dekade penuh warna di London Utara, era Son Heung-min di Tottenham Hotspur berakhir.

Eks kapten tim asal Korea Selatan itu sudah hijrah ke klub Major League Soccer, Los Angeles FC, menandai berakhirnya era terakhir 'franchise player' Spurs, sosok yang menjadi wajah tim baik di dalam maupun luar lapangan.

Advertisement

Kepergian Son bukan sekadar kehilangan pemain produktif. Ia adalah simbol global klub, penerus tongkat estafet dari dua ikon sebelumnya: Gareth Bale dan Harry Kane.

Bale, yang hengkang ke Real Madrid pada 2013, tak langsung tergantikan, meski Spurs membelanjakan 85 juta paun dari hasil penjualannya untuk tujuh pemain baru. Justru, dari akademi muncul Kane yang menjelma menjadi simbol klub dan Inggris.

Ketika Kane pergi ke Bayern pada 2023, Son naik sebagai figur utama, peran yang selama ini mereka bagi bersama.

Kini, Son telah mengucapkan selamat tinggal, setelah merasa telah mencapai segalanya bersama klub, termasuk gelar Liga Europa yang diraih Mei lalu.

Bagi Spurs, ini berarti satu hal: tidak ada lagi bintang utama yang menjadi pusat perhatian.


Kehilangan Magnet Komersial

Pemain Tottenham Hotspur, Son Heung-min berpelukan dengan sejumlah rekannya setelah laga persahabatan pramusim melawan Newcastle di Seoul World Cup Stadium, Seoul, Korea Selatan, Minggu (03/08/2025) waktu setempat. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Performa Son musim lalu memang tak seimpresif biasanya, tetapi kontribusinya tetap tinggi: tujuh gol dan sepuluh assist dari 30 laga liga. Catatan itu setara dengan nama-nama seperti Bruno Fernandes dan Morgan Rogers. Namun, pengaruh Son jauh melampaui statistik.

Pelatih Spurs sebelumnya, Ange Postecoglou, menunjuknya sebagai kapten karena kharisma dan kemampuannya menyatukan tim.

"Dia bisa duduk di meja mana pun, dengan siapa pun, staf atau pemain, dan mencairkan suasana," kata Postecoglou kepada The Athletic.

Bahkan saat Son tidak turun sebagai starter di final Liga Europa karena cedera, Postecoglou tetap mengaitkan hasil laga itu dengan warisan sang kapten

Figur Son juga menginspirasi lawan. Anthony Gordon dari Newcastle menyebutnya anutan dan kedekatan mereka terlihat saat pertandingan terakhir Spurs di liga.


Aset di Luar Lapangan

Son Heung-min memiliki andil besar mengakhiri puasa trofi Tottenham Hotspur selama 17 tahun. Ia memimpin Spurs menjuarai Liga Europa 2024/25 usai menumbangkan Manchester United di laga final. (Patrick T. Fallon/AFP)

Di luar lapangan, Son adalah aset luar biasa. Riset dari sponsor utama Spurs, AIA, menunjukkan sekitar 12 juta warga Korea Selatan menganggap Spurs sebagai klub favorit, hampir seperempat dari total populasi negara itu. Angka itu sebagian besar disumbangkan oleh Son seorang diri.

Kepopulerannya menjadikan Spurs destinasi tur pramusim ke Korea sebanyak tiga kali dalam empat tahun. Dua sponsor klub berasal dari Korea Selatan: Kumho Tyre dan Paris Baguette.

Di media sosial, terutama TikTok, Spurs menjadi klub Premier League dengan pengikut terbanyak, sebagian besar karena daya tarik Son.


Mencari Penerus yang Sulit Digantikan

Pemain Tottenham Hotspur, Son Heung-min dan James Maddison, merayakan gol ke gawang Fulham pada laga Liga Inggris di Stadion Tottenham Hotspur, Selasa (24/10/2023). (AP Photo/Kin Cheung)

Menurut pakar budaya olahraga dan bisnis, Daniel-Yaw Miller, Son adalah fenomena unik.

"Tak pernah ada pemain yang mampu menarik ribuan orang datang setiap pekan seperti dia," ujar Miller.

Penjualan kaus Son pun luar biasa, mencapai 700 helai per laga kandang, angka tertinggi di skuad.

Walau penggemar Korea masih mungkin bertahan, kecil kemungkinan mereka akan tetap memadati stadion seperti sebelumnya. Kehadiran pemain muda Korea, Yang Min-hyeok, mungkin menjaga minat, tetapi dampaknya tak akan setara.

Spurs kini menghadapi dilema: siapa yang bisa mengisi kekosongan besar ini?

James Maddison punya karakter kuat, tetapi cedera lutut yang dialaminya dalam tur ke Korea menjadi pukulan berat. Cristian Romero punya prestasi, termasuk gelar Piala Dunia, tetapi posisi bek tengah sulit menjadi wajah klub.

Nama-nama seperti Lucas Bergvall, Mohammed Kudus, hingga rekrutan anyar Dominic Solanke masuk radar, tetapi belum ada yang benar-benar menjanjikan.


Satu-Satunya Klub Big Six Tanpa 'Wajah' Jelas

Pemain depan Tottenham Hotspur asal Korea Selatan #07, Son Heung-Min, merayakan kemenangan setelah pertandingan final Liga Eropa UEFA antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di stadion San Mames di Bilbao, Kamis dini hari WIB (22-5-2025). (ANDER GILLENEA/AFP)

Saat klub-klub besar lain punya tokoh utama, Bukayo Saka di Arsenal, Cole Palmer di Chelsea, Fernandes di Manchester United, hingga duo Erling Haaland dan Mohamed Salah di Manchester City dan Liverpool, Spurs justru memasuki musim baru tanpa sosok sentral yang mudah dikenali.

Apakah ini akan berdampak besar? Jawabannya tergantung pada bagaimana pelatih Thomas Frank merancang fase baru Spurs tanpa Son.

Mungkin, seperti Kane dulu, ada talenta tersembunyi yang siap mencuat.

 

Sumber: NYTimes

Berita Terkait