Bola.com, Jakarta - Sebelum menekuni karier sebagai pelatih, Alessandro Nesta menorehkan perjalanan panjang dan gemilang sebagai pesepak bola profesional selama lebih dari dua dekade.
Kariernya dimulai di Lazio, tempat ia menapaki akademi muda dan debut untuk tim senior pada 1993. Nesta kemudian menjadi sosok sentral di lini pertahanan Lazio selama hampir sepuluh tahun.
Selama membela Lazio, Nesta membantu klub meraih gelar Serie A musim 1999/2000, dua Coppa Italia, Cup Winners' Cup, Super Cup, dan Supercoppa Italiana.
Prestasinya pun diakui secara individual, ketika ia tercatat sebagai bek terbaik Serie A setiap tahun antara 2000 hingga 2002.
Namun, masalah finansial memaksa Lazio melepasnya ke AC Milan pada 2002.
Puncak di Milan
Di AC Milan, Nesta berada di puncak performa. Ia membentuk pertahanan tangguh bersama Paolo Maldini, Jaap Stam, dan Cafu.
Nesta langsung meraih gelar Liga Champions di musim debut, lalu menambahkan satu trofi Serie A di musim berikutnya.
Selama sepuluh tahun memperkuat Milan, Nesta menambah koleksi gelar domestik dan Eropa, termasuk menjadi bagian dari skuad Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006.
Sebelum gantung sepatu pada 2014, ia sempat bermain singkat untuk Montreal Impact dan Chennaiyin FC, sebelum memulai karier kepelatihan setahun kemudian.
Mental Nesta Hancur
Sebagai bek kelas dunia, Nesta menghadapi banyak talenta sepak bola terbaik sepanjang kariernya. Pada 2021, dalam wawancara dengan Calciatori Brutti melalui GOAL, legenda Italia itu mengungkap pemain yang menurutnya paling sulit ditaklukkan.
Pada musim 2011/12, yang menjadi musim terakhirnya di AC Milan, Nesta berusia 37 tahun. Meski sudah tidak berada di puncak fisik, ia tetap menjadi andalan tim di berbagai kompetisi, termasuk Liga Champions.
Tahun 2012, Lionel Messi mencetak 91 gol di bawah arahan Pep Guardiola, memimpin Barcelona menjadi tim terbaik dunia saat itu.
Milan menghadapi Barcelona di kompetisi Eropa, dan Nesta mengenang satu momen yang membuatnya merasa kewalahan secara mental.
"Dalam menit ke-10, saya menendang Messi dan jatuh ke tanah kelelahan, saya sampai melihat bintang-bintang. Dia sudah menyalurkan tangannya untuk membantu saya bangkit. Saat itulah dia menghancurkan mental saya. Mengerti? Saya di tanah, dan ketika membuka mata dua detik kemudian, wajahnya sudah ada di depan saya, dengan tangan yang ingin menolong saya bangun. Dia benar-benar menghancurkan mental saya saat itu," ujar Nesta.
Kewalahan Hadapi GOAT
Pengalaman tersebut mungkin menjadi satu di antara indikator bahwa waktunya di sepak bola Eropa mulai berakhir, sebelum ia akhirnya pindah ke MLS pada 2012.
Kendati Messi tampil luar biasa, Barcelona gagal menjuarai Liga Champions 2011/12, yang dimenangkan Chelsea setelah menaklukkan Bayern Munchen di final.
Messi, delapan kali pemenang Ballon d'Or, memang dikenal begitu dominan di dekade awal 2010-an.
Bagi Nesta, seorang ikon pertahanan, mengakui bahwa ia kewalahan menghadapi Messi justru menegaskan kehebatan sang bintang Argentina.
Sumber: Give Me Sport