Bola.com, Jakarta - Klise dalam sepak bola, satu di antaranya, menyebut seorang pelatih punya "masalah yang menyenangkan" saat harus memilih dari sekumpulan pemain berbakat. Namun, mungkin belum ada yang menghadapi situasi semewah Arne Slot di Liverpool musim ini.
Sang juara bertahan Premier League membuka musim dengan sempurna, tiga kemenangan beruntun, termasuk menundukkan Arsenal yang musim lalu jadi pesaing terdekat mereka.
The Reds pun menjadi satu-satunya tim yang masih menyapu bersih poin di awal kompetisi.
Deadline day bursa transfer makin menegaskan status galacticos baru Liverpool.
Mereka berhasil mendatangkan Alexander Isak dengan harga fantastis 125 juta paun, memecahkan rekor transfer Inggris sekaligus melampaui nilai pembelian Florian Wirtz dari Bayer Leverkusen yang sudah lebih dulu menyita perhatian.
Belum lagi kehadiran Hugo Ekitike, striker muda Prancis yang harus berbagi menit dengan Isak, atau mungkin mengisi sisi kiri serangan bersama Cody Gakpo.
Dan tentu saja, ada Mohamed Salah. Pemenang penghargaan FWA dan PFA Player of the Year, kandidat Ballon d'Or, dan bersama Kevin De Bruyne dianggap sebagai pemain terbaik Premier League dalam satu dekade terakhir.
Musim Super Salah
Statistik Salah musim lalu sungguh luar biasa. Total 34 gol dan 23 assist di semua kompetisi, berarti ia terlibat dalam 57 gol atau hampir setengah dari total gol Liverpool.
Di Premier League, catatannya bahkan lebih dominan: 29 gol dan 18 assist dari 86 gol tim (54,6%).
Salah menjadi pusat permainan, menerima 602 umpan selama musim lalu, naik drastis dari 399 pada 2023/24. Ia juga tampil lebih banyak dari sebelumnya, 52 laga dengan 50 kali starter, mencatat 4.490 menit bermain. Semua itu ia lakukan di usia 33 tahun.
Produktivitas tersebut mengingatkan pada Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi di usia serupa. Jika Ronaldo menjelma menjadi penyerang sayap klinis di Real Madrid, Messi justru makin menonjol dengan kreativitasnya.
Salah kini berada di persimpangan serupa, di mana jumlah assist dan kontribusi peluangnya sama gemilangnya dengan torehan gol.
Adaptasi Era Slot
Namun, seiring usia, ada penurunan dalam aspek fisik. Salah musim lalu hanya mencatat rata-rata 0,69 perebutan bola di area lawan per 90 menit, lebih rendah dari rata-rata kariernya di Liverpool (sekitar 0,9).
Bandingkan dengan musim-musim puncaknya di era Klopp, di mana angka itu sempat tembus 1,16.
Sebagian perubahan dipengaruhi oleh transisi dari Klopp ke Slot, tetapi juga karena dukungan rekan setim yang bekerja keras menutup ruang untuknya.
Luis Diaz (yang kini berseragam Bayern Munchen), Darwin Nunez (ke Al Hilal), Diogo Jota (meninggal dunia), hingga Dominik Szoboszlai, pada masa lalu semuanya rela menjadi "mesin kerja" demi memberi ruang bagi Salah.
Kini, beban itu beralih ke Florian Wirtz. Sang gelandang Jerman dikenal disiplin pressing berkat didikan Xabi Alonso di Leverkusen, tetapi tetap perlu waktu untuk menyatu dalam pola Slot.
Kehadiran Isak dan Ekitike juga memberi fleksibilitas, sekaligus memastikan Salah tidak lagi harus menggendong beban tim sendirian.
Menghindari Ketergantungan
Slot tampaknya belajar dari musim lalu, saat Liverpool sedikit goyah di akhir musim, meski Arsenal gagal memanfaatkan peluang.
Mengandalkan satu sosok, bahkan selevel Salah, bukan strategi berkelanjutan. Dengan daya gedor kolektif yang lebih merata, Liverpool bisa menyelesaikan pertandingan dengan lebih meyakinkan.
Musim lalu mereka sering menang tipis 2-0, sementara pesta gol hanya sesekali, seperti ketika membantai Tottenham di laga penentu gelar.
Kini, dengan barisan serang yang menakutkan, The Reds bisa mengandalkan ledakan gol untuk keluar dari tekanan, seperti yang sudah terlihat saat melawan Bournemouth dan Newcastle.
Peran Baru untuk Sang Ikon
Kendati perannya mulai sedikit bergeser, kualitas Salah tetap menentukan. Dalam tiga laga awal, ia memang hanya menerima rata-rata 10,3 umpan progresif per laga, terendah sepanjang kariernya di Anfield.
Namun, ia tetap hadir di momen krusial: mengunci kemenangan atas Bournemouth dan memberi assist bagi Rio Ngumoha saat menundukkan Newcastle di St James' Park.
Momen-momen seperti itu diyakini akan terus berlanjut. Meski Liverpool kini tampil bak galacticos, Salah tetap menjadi poros emosional sekaligus teknis tim.
Peran utamanya mungkin sedikit bergeser, tteapi dalam mesin besar Slot, bintang Mesir ini masih menjadi roda gigi yang tak tergantikan.
Sumber: Sporting News