Korban Jiwa Revolusi Gen Z Nepal Bertambah, Tembus 72 Orang

Korban jiwa kerusuhan Nepal 'Revolusi Gen Z' bertambah menjadi 72 orang.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 15 September 2025, 07:20 WIB
Ribuan orang yang mayoritas anak-anak muda di Nepal menggelar aksi unjuk rasa sebagai bentuk perlawanan atas kebijakan pemerintah yang dianggap mengekang kebebasan pada Senin pada 8 September 2025. (PRABIN RANABHAT/AFP)

Bola.com, Jakarta - Jumlah korban tewas akibat gelombang protes besar-besaran di Nepal, yang populer disebut "revolusi Gen Z", kembali bertambah.

Pemerintah mengumumkan pada Minggu (14-9-2025) bahwa 72 orang telah kehilangan nyawa dalam kerusuhan yang mengguncang negara itu sejak pekan lalu.

Advertisement

Kepala Sekretaris Pemerintah Nepal, Eaknarayan Aryal, merinci bahwa dari total korban jiwa, 59 orang merupakan pengunjuk rasa, 10 orang narapidana, dan tiga lainnya petugas keamanan.

Selain itu, sedikitnya 134 pengunjuk rasa dan 57 polisi luka-luka akibat bentrokan yang terjadi di berbagai wilayah.

Aparat keamanan pun masih menjaga ketat ibu kota Kathmandu dan sejumlah kota lain. 


Dari Pemblokiran Medsos ke Gelombang Kerusuhan

Para pengunjuk rasa saat berkumpul di luar gedung Parlemen di Kathmandu, Nepal, Senin, (8/9/2025). (Dok. AP Photo/Niranjan Shrestha)

Kerusuhan bermula pada 4 September, saat pemerintah memutuskan memblokir sejumlah platform media sosial karena melewati tenggat waktu pendaftaran ke Kementerian Komunikasi.

Keputusan itu memicu kemarahan publik, terutama generasi muda yang sangat bergantung pada media sosial.

Kendati larangan tersebut kemudian dicabut, protes justru meluas dan berubah menjadi aksi kekerasan. Massa turun ke jalan menuntut perubahan, menyerbu parlemen, hingga membakar rumah pejabat di Kathmandu.

Situasi kian memanas ketika Perdana Menteri Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa, setelah parlemen diserbu pengunjuk rasa.

Polisi mencoba membubarkan massa dengan gas air mata, meriam air, hingga peluru tajam. Ketika kerusuhan tak terkendali, militer akhirnya diterjunkan untuk menjaga ketertiban di ibu kota dan kota-kota besar lain.


Vandalisme dan Kerugian Besar

Di tengah memanasnya situasi, Perdana Menteri KP Sharma Oli mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (9/9/2025). (Anup OJHA/AFP)

Selain menelan banyak korban, kerusuhan diwarnai aksi vandalisme. Gedung parlemen, Mahkamah Agung, kompleks bisnis, hingga sejumlah properti pribadi menjadi sasaran.

Pemerintah menyebut kerugian material sangat besar dan membutuhkan upaya rekonstruksi signifikan.

"Dari total korban tewas, 59 orang adalah pengunjuk rasa, 10 narapidana, dan tiga petugas keamanan," jelas Aryal, dikutip dari media lokal, Khabar.


Pemerintah Sementara Ambil Alih

Sushila Karki (kanan) resmi dilantik sebagai perdana menteri sementara Nepal oleh Presiden Ram Chandra Poudel (tengah) di Kathmandu, Jumat (12/9/2025). Dia menjadi perempuan pertama yang menjabat posisi tersebut setelah runtuhnya pemerintahan akibat gelombang protes. (Dok. Kantor Kepresidenan Nepal via AP)

Pascamundurnya Oli, jabatan perdana menteri sementara dipegang oleh Sushila Karki, mantan hakim agung.

Karki langsung menetapkan kompensasi bagi keluarga korban tewas, masing-masing 1 juta rupee Nepal (sekitar Rp114,8 juta).

Ia menegaskan pemerintah tidak hanya fokus pada pemulihan stabilitas, tetapi juga memastikan keadilan ditegakkan.

"Tindakan vandalisme selama protes adalah kriminal, dan akan diusut tuntas," kata Karki.

Pemerintah sementara kini sedang menyelidiki serangan terhadap fasilitas publik dan properti pribadi, dengan tujuan mengungkap dalang kerusuhan sekaligus mencegah tragedi serupa terulang.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait