Direktur FBI Dikritik karena Kenakan Dasi Liverpool saat Bahas Kematian Charlie Kirk

Direktur FBI, Kash Patel, tuai kritik gara-gara dasi Liverpool saat sidang kematian Charlie Kirk.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 18 September 2025, 11:45 WIB
Direktur FB, Kash Patel, dilantik saat hadir di hadapan Komite Kehakiman Senat untuk sidang pengawasan pertamanya, Selasa, 16 September 2025, di Gedung Capitol, Washington. (Foto AP/Julia Demaree Nikhinson)

Bola.com, Jakarta - Penampilan Direktur FBI, Kash Patel, dalam sidang komite kehakiman Senat AS pada Selasa sore waktu setempat menarik perhatian publik, bukan hanya karena isu sensitif yang dibahas, tetapi juga pilihan dasinya.

Foto Patel, yang hadir dengan dasi berlogo klub Liga Inggris, Liverpool, cepat menyebar di media sosial dan menuai kritik karena dianggap "sangat tidak profesional".

Advertisement

Patel, 45 tahun, datang untuk menjawab pertanyaan seputar penyelidikan pembunuhan komentator konservatif Charlie Kirk, hingga pemecatan sejumlah pegawai lama yang pernah terlibat penyelidikan serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.

Suasana sidang memanas ketika ia terlibat adu mulut dengan senator Cory Booker dan Adam Schiff.

Namun, di tengah tensi politik tersebut, banyak mata justru tertuju pada atribut sepak bola yang melekat di lehernya.


Kebiasaan Lama, Bukan Kebetulan

Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Kash Patel, tiba untuk memberikan kesaksian di hadapan Komite Kehakiman Senat di Gedung Kantor Senat Hart di Capitol Hill pada 16 September 2025 di Washington, DC. (Chip Somodevilla/Getty Images via AFP)

Laporan The Guardian mengungkap bahwa Patel bukan sekali ini mengenakan dasi Liverpool. Ia pernah terlihat memakai dasi serupa pada 12 Desember 2024 saat berkunjung ke Capitol Hill usai kemenangan Donald Trump dalam pemilu.

Ketika itu, Patel santer disebut masuk lingkaran pemerintahan.

Momen kedua terjadi pada 9 April 2025, saat konferensi pers penangkapan jaringan narkotika besar. Pada titik itu, Patel sudah resmi menjabat sebagai Direktur FBI.

Fakta kepemilikan lebih dari satu dasi Liverpool membuat publikasi tersebut menyimpulkan bahwa gaya itu bukan kebetulan semata.

Patel pernah secara terbuka menyatakan dukungannya kepada klub asal Merseyside itu. Melalui unggahan media sosial pada April lalu, ia menulis:

"#YNWA... Liverpool Premier League champs. Our good luck tie."

 


Kontras antara Klub dan Politik

Bill Shankly (Indonesia Liverpoolfc.com)

Pilihan Patel terhadap Liverpool memunculkan ironi. Sebagai pejabat tinggi penegak hukum dalam pemerintahan Trump yang dikenal menerapkan kebijakan otoritarian, pandangan politiknya kontras dengan identitas kota Liverpool.

Liverpool dibangun dari akar kelas pekerja yang kuat dan lama diasosiasikan dengan politik sayap kiri.

Legenda klub, Bill Shankly, pernah menggambarkan filosofi itu dengan kalimat:

"Saya percaya satu-satunya cara untuk hidup dan benar-benar sukses adalah dengan usaha kolektif, semua orang bekerja untuk satu sama lain, saling membantu, dan semua mendapat bagian dari hasil pada akhirnya. Mungkin terdengar muluk, tapi itulah cara saya melihat sepak bola dan cara saya memandang hidup."

Kota itu pernah terpuruk akibat kebijakan pemerintahan Konservatif, terutama di era Margaret Thatcher pada 1970–1980-an, yang dinilai mengabaikan kawasan utara Inggris.

Selain itu, publik Liverpool, baik pendukung merah maupun biru, bertahun-tahun berjuang melawan ketidakadilan usai tragedi Hillsborough 1989 serta pemberitaan media yang menyertainya.

Perlawanan panjang itu makin menguatkan identitas masyarakat Merseyside sebagai kelompok yang sering merasa terpinggirkan, tetapi tetap percaya pada kekuatan solidaritas rakyat.

 

Sumber: Give Me Sport