Bola.com, Jakarta - Mohamed Salah kembali menjadi sorotan usai hasil Ballon d'Or 2025 diumumkan. Bintang Liverpool itu hanya finis di posisi keempat, meski tampil luar biasa sepanjang musim lalu.
Banyak yang menilai penghargaan bergengsi ini kembali "merampok" satu di antara pemain terbaik dunia, seperti yang sebelumnya dialami Erling Haaland (2023), Robert Lewandowski (2020), hingga Thierry Henry (2003).
Memasuki usia 32 tahun dan menjalani musim terakhir kontraknya bersama Liverpool, Salah justru menorehkan performa terbaik dalam kariernya.
Di musim 2024/25, ia mencatat 57 kontribusi gol (34 gol dan 23 assist) dalam 52 pertandingan di semua ajang. Hanya tiga kontribusi gol yang lahir di luar Premier League dan Liga Champions. Bahkan, ia sukses mencetak gol sekaligus assist dalam 11 laga berbeda Premier League musim lalu.
Lebih dari Sekadar Statistik
Catatan itu menjadikan Salah sebagai pemain dengan gol + assist terbanyak dalam satu musim sepanjang sejarah Liga Inggris, 47 kontribusi, melampaui rekor Andy Cole dan Alan Shearer di era 1990-an.
Bedanya, Cole memainkan 40 pertandingan dan Shearer 42, sementara Salah mencatatkan prestasi tersebut hanya dalam 38 laga.
Tak heran ia diganjar gelar PFA Players' Player of the Year untuk ketiga kalinya, sebuah rekor baru.
Lebih dari sekadar statistik, peran Salah benar-benar menentukan gelar Liverpool musim lalu. Ia menjadi top scorer sekaligus raja assist liga. Dari total 86 gol The Reds, 54 persen terlibat langsung lewat kontribusinya.
Tanpa Salah, Liverpool diyakini takkan meraih trofi. Namun, semua torehan itu hanya membawanya ke peringkat keempat Ballon d'Or. Di atasnya ada Vitinha, Lamine Yamal, dan Ousmane Dembele.
Semata Tak Beruntung?
Alasannya sederhana: trofi. PSG dan Barcelona meraih lebih banyak gelar ketimbang Liverpool musim lalu sehingga peran Salah seakan terpinggirkan. Padahal, musim Salah jauh lebih impresif ketimbang sebagian pemenang Ballon d'Or dalam 20 tahun terakhir.
Apakah ia hanya sial? Sebagian menyebut begitu, mengingat secara individu ia lebih gemilang dibanding Dembele, Yamal, maupun Vitinha.
Dembele, misalnya, memang punya kontribusi penting dalam raihan empat trofi PSG musim lalu dengan 35 gol dan 16 assist dari 53 laga, plus gol di Anfield dan Emirates di ajang Liga Champions.
Namun, sebagian besar kontribusinya lahir di Ligue 1 dan Coupe de France, kompetisi yang jelas tak seketat Premier League. Bayangkan jika Salah bermain di Prancis, jumlah golnya mungkin bisa lebih menakutkan.
Kesempatan Salah Sudah Lewat?
Dukungan moral juga datang dari pelatih Mesir, Hossam Hassan.
"Mengingat segala kesulitan yang ia hadapi sepanjang perjalanannya, ia pantas meraihnya. Berdasarkan besar tantangan yang berhasil ia atasi, ia pantas meraihnya. Jika menilai tahun-tahun penuh kejayaan, kehebatan, dan kreativitasnya di liga terkuat dunia, ia pantas meraihnya. Sulit untuk mencapai puncak, tapi yang lebih sulit adalah tetap bertahan di sana," ujarnya.
"Dan, ia sudah sampai di puncak dan bertahan di sana selama bertahun-tahun berkat Tuhan terlebih dahulu, lalu bakat, kerja keras, dan tekadnya hingga ia menjadi anutan bagi semua pencari kesuksesan. Apakah sudah saatnya sepak bola bersikap adil dengan memilihnya sebagai pemenang?" lanjut sang pelatih.
Sayangnya, kesempatan Salah untuk benar-benar meraih Ballon d'Or tampaknya sudah lewat. Sebelumnya, ia finis keenam pada 2018 (dengan 44 gol), kelima pada 2019 dan 2022, ketujuh pada 2021, ke-11 pada 2023, dan kini keempat pada 2025.
Fakta bahwa pemain seperti Antoine Griezmann (2016), Jorginho (2021), hingga Vinicius Jr (2024) pernah finis lebih tinggi darinya, hanya makin menegaskan bahwa Salah akan tercatat sebagai satu di antara pemain terbaik yang tak pernah memenangkan Ballon d'Or, dan satu di antara yang paling diremehkan sepanjang masa.
Sumber: Express