Jurgen Klopp tentang Pekerjaannya di Red Bull: Kami Bukan Liverpool atau MU di Masa Lalu

Mantan manajer Liverpool, Jurgen Klopp, menyebut Liverpool dan Manchester United saat ditanya mengenai pekerjaannya sekarang.

BolaCom | Wiwig PrayugiDiterbitkan 01 Oktober 2025, 11:00 WIB
Di pekan-pekan akhir yang menentukan, Liverpool mulai tak masuk hitungan dalam persaingan merebut gelar juara Liga Inggris 2023/2024. Hasil imbang 2-2 di markas West Ham United, Sabtu (27/4/2024) menjadikan Liverpool tak beranjak dari posisi ketiga klasemen sementara dengan jumlah pertandingan sisa yang paling sedikit dibanding dua pesaingnya, Arsenal dan Manchester City. Pasukan Jurgen Klopp yang mengoleksi 75 poin dari 35 laga, tertinggal dua poin dari Arsenal sebagai pemuncak klasemen yang baru memainkan 34 laga dan tertinggal satu poin dari Mancester City di posisi kedua yang baru memainkan 33 laga. (AP Photo/Kin Cheung)

Bola.com, Jakarta - Mantan manajer Liverpool, Jurgen Klopp, menyebut Liverpool dan Manchester United saat ditanya mengenai pekerjaannya sekarang.

MU menjadi sorotan setelah keruntuhan mereka dalam beberapa tahun terakhir.

Advertisement

Manajer Setan Merah saat ini, Ruben Amorim, hanya meraih dua kemenangan dari enam pertandingan pertama Liga Inggris dan berada di posisi ke-14 klasemen, jauh di belakang pemuncak klasemen Liverpool meskipun kalah di akhir pekan.

Kemunduran MU dalam beberapa tahun terakhir telah banyak diberitakan dan banyak manajer telah mencoba dan gagal membalikkan keadaan Setan Merah sejak kepergian Sir Alex Ferguson lebih dari 10 tahun yang lalu.

Dalam sebuah wawancara, Klopp berbicara tentang perkembangan peran barunya sebagai Kepala Sepak Bola Global dan menyentil atas penurunan mereka dalam piramida sepak bola.

“Kami bukanlah tujuan akhir. Kami bukan Liverpool atau Man United di masa lalu! Anda bisa menulisnya jika Anda mau.”

MU tidak bermain di kompetisi Eropa musim ini dan juga telah tersingkir dari Piala Liga, kalah adu penalti yang brutal dari klub League Two, Grimsby Town. Seiring mereka terus gagal, musuh lama seperti Klopp akan terus menikmati kekecewaan dan kurangnya kesuksesan mereka di tahun-tahun mendatang.


Jejak Klopp di Anfield: Tak Tergantikan

Winger Liverpool, Mohamed Salah, berhasil mencetak tiga gol ke gawang Leeds United pada laga pekan perdana Premier League musim ini di Stadion Anfield, Sabtu (13/9/2020). (AFP/Shaun Botterill/POOL)

Jurgen Klopp bukan sekadar pelatih bagi Liverpool, ia adalah simbol dari kebangkitan kembali klub legendaris asal Merseyside itu. Sejak resmi ditunjuk sebagai manajer pada Oktober 2015, pelatih asal Jerman tersebut telah mengubah wajah Liverpool, membawa mereka kembali ke puncak sepak bola Eropa dan dunia.

Ketika Klopp datang, Liverpool tengah terjebak dalam masa transisi panjang pasca-era kejayaan. Namun, dengan filosofi “gegenpressing” yang agresif dan semangat tak kenal menyerah, ia perlahan membangun fondasi yang kokoh. Klopp tak hanya mengubah gaya bermain tim, tetapi juga mentalitas klub secara menyeluruh.

Puncak dari revolusi Klopp terjadi pada musim 2018/19, ketika ia mempersembahkan gelar Liga Champions keenam dalam sejarah Liverpool usai menundukkan Tottenham Hotspur di final.

Setahun berselang, Klopp mencatatkan sejarah lebih besar: membawa Liverpool meraih gelar Liga Inggris pertama dalam 30 tahun, sebuah pencapaian monumental yang menegaskan statusnya sebagai legenda klub.

Ekspresi bahagia pelatih Liverpool, Jurgen Klopp (kiri), dengan memeluk asisten pelatih, Pepijn Lijnders (tengah), setelah Liverpool memenangkan pertandingan putaran ketiga FA Cup 2023/2024 melawan Arsenal yang berlangsung di Emirates Stadium, Minggu (7/1/2024) malam WIB. (AFP/Ben Stansall)

Lebih dari sekadar trofi, pengaruh Klopp terasa pada identitas tim. Di bawah arahannya, Anfield kembali menjadi benteng angker, atmosfernya kembali bergelora setiap pekan. Pemain-pemain seperti Mohamed Salah, Virgil van Dijk, Alisson Becker, dan Trent Alexander-Arnold berkembang menjadi bintang kelas dunia di bawah asuhannya.

Selain prestasi, Klopp dikenal karena karismanya. Ia membangun hubungan erat dengan para suporter, pemain, hingga staf klub. Senyum lebar dan selebrasi khasnya di pinggir lapangan menjadi bagian dari cerita kebangkitan Liverpool di era modern.

Berita Terkait