Presiden Kolombia Usir Diplomat Israel usai Penahanan Aktivis di Global Sumud Flotilla

Presiden Kolombia mengusir Diplomat Israel usai penahanan kapal Global Sumud Flotilla ke Gaza.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 04 Oktober 2025, 12:20 WIB
Presiden Kolombia, Gustavo Petro Urrego, saat berpidato di sidang ke-80 Majelis Umum PBB, Selasa (23/9/2025). (Dok. AP/Pamela Smith)

Bola.com, Jakarta - Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengambil langkah drastis setelah dua warganya ditahan oleh pasukan Israel.

Pada Rabu (1-10-2025), Petro mengumumkan pengusiran seluruh diplomat Israel yang masih berada di Kolombia. Kebijakan itu muncul sebagai bentuk protes atas intersepsi terhadap Global Sumud Flotilla, armada internasional yang membawa bantuan menuju Gaza.

Advertisement

"Dua perempuan Kolombia yang ikut dalam misi solidaritas kemanusiaan ditangkap di perairan internasional," ujar Petro, seperti dikutip Hindustan Times, Kamis (2-10-2025).

Kantor kepresidenan Kolombia menyebut kedua aktivis itu adalah Manuela Bedoya dan Luna Barreto, yang tergabung dalam Armada Sumud Global.

Pemerintah mendesak Israel segera membebaskan keduanya.

Kementerian Luar Negeri Israel membenarkan adanya operasi terhadap beberapa kapal dalam armada tersebut, yang disebut “"ihentikan dengan aman" sebelum para penumpangnya dibawa ke pelabuhan Israel.


Hubungan Diplomatik Sudah Putus

Presiden Kolombia, Gustavo Petro, di tengah para pendukungnya. (AP Photo/Fernando Vergara)

Kendati hubungan diplomatik antara Bogota dan Tel Aviv sudah diputus Petro sejak tahun lalu, masih ada empat diplomat Israel yang ditempatkan di Kolombia. Informasi itu diungkapkan sumber konsulat Israel di Bogota kepada AFP.

Lewat unggahan di platform X, Petro menyebut pengusiran seluruh delegasi diplomatik Israel sebagai respons atas apa yang ia anggap kejahatan internasional baru yang dilakukan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.


Kritikus Netanyahu

Gelombang aksi unjuk rasa muncul di Istanbul, Turki untuk memprotes tindakan Israel mencegat armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza. (KEMAL ASLAN/AFP)

Tak berhenti di situ, Petro juga mengumumkan penghentian perjanjian perdagangan bebas dengan Israel yang berlaku sejak 2020.

Presiden berhaluan kiri itu selama ini dikenal sebagai satu di antara kritikus paling keras terhadap Netanyahu. Ia menuding tindakan Israel sebagai bentuk genosida dan menuding Presiden AS, Donald Trump, sebagai kaki tangan dalam praktik tersebut.

Pekan lalu, Petro bahkan ikut dalam aksi pro-Palestina di New York. Dalam orasinya, ia menyerukan agar militer AS tidak mematuhi perintah Trump.

Pernyataan tersebut berujung pada pencabutan visa dirinya oleh Washington.

 

Sumber: merdeka.com