Bola.com, Jakarta - Barcelona memasuki jeda internasional Oktober 2025 dalam suasana murung setelah menelan dua kekalahan beruntun, masing-masing dari Paris Saint-Germain (PSG) di Liga Champions dan Sevilla di La Liga.
Hasil mengecewakan itu membuat pelatih Hansi Flick dan staf pelatihnya memanfaatkan waktu jeda untuk melakukan analisis mendalam mengenai penyebab di balik penurunan performa tim.
Menurut laporan Mundo Deportivo, tim pelatih telah menemukan pola masalah berulang dalam organisasi pertahanan, bukan semata-mata akibat kelelahan atau kualitas lawan, tetapi karena kurangnya koordinasi dan kebingungan saat fase penting permainan berlangsung.
Pola yang Terulang: Disorganisasi di Lini Belakang
Masalah tersebut paling jelas terlihat dalam dua gol yang bersarang ke gawang Barcelona saat menghadapi PSG.
Pada situasi gol pertama, dengan skor masih 1–0, serangan yang bermula dari area kiper Chevalier mengekspos kekacauan struktur pertahanan Blaugrana.
Setelah percobaan jarak jauh Dani Olmo gagal, lini depan Barcelona terlambat menekan sehingga PSG bisa membangun serangan dengan nyaman dari belakang.
Kedua bek sayap PSG, Achraf Hakimi dan Nuno Mendes, memperlebar area permainan dan memancing Barcelona untuk menekan lebih tinggi. Namun, langkah itu justru membuat bentuk pertahanan tim menjadi tidak seimbang.
Lamine Yamal tampak ragu, antara menutup ruang untuk Pacho di dalam kotak penalti atau menekan Mendes secara langsung. Keraguan itu memberi kesempatan bagi Mendes untuk menerima bola bebas dan melaju ke depan.
Dari situ, kekacauan mulai terjadi. Jules Kounde maju terlalu cepat untuk menekan Mendes, tapi kombinasi satu-dua cepat dengan Mbaye berhasil menembusnya, sebuah skema yang diyakini merupakan hasil instruksi langsung dari Luis Enrique di pinggir lapangan.
Eric Garcia, yang seharusnya menutup posisi Kounde, ikut tertarik keluar, sehingga lini belakang terbuka lebar. Dani Olmo dan Frenkie de Jong gagal membaca bahaya tepat waktu, sementara Pau Cubarsi juga sempat ragu untuk bereaksi.
Akibatnya, Mendes dengan mudah menembus sisi dalam pertahanan dan Mayulu memanfaatkan peluang untuk menyamakan kedudukan.
Menurut analisis internal klub, fase itu dianggap sebagai kegagalan kolektif, meski tekanan berlebihan Kounde dinilai menjadi pemicu utama rusaknya keseimbangan pertahanan.
Gol Kedua, Kesalahan yang Sama
Gol kedua PSG juga lahir dari pola serupa. Cubarsi keluar terlalu jauh dari areanya untuk menekan Lee Kang-in, namun gagal menghentikan permainan dengan pelanggaran taktis.
Langkah itu memaksa Alejandro Balde bergeser ke tengah untuk menutup ruang kosong di belakang Cubarsi—meninggalkan sisi kanan lapangan tanpa penjagaan.
Hakimi memanfaatkan celah tersebut dengan berlari cepat dan mengirim umpan silang akurat yang diselesaikan Goncalo Ramos.
Kali ini, Casado, Bernal, dan De Jong juga terlambat melakukan penyesuaian posisi, membuat Barcelona kembali kebobolan akibat disorganisasi pertahanan dalam hitungan detik.
Fokus Perbaikan di Jeda Internasional
Menjelang dimulainya kembali kompetisi, Hansi Flick dan staf pelatih kini berkomitmen untuk menghapus momen-momen kelengahan seperti itu.
Fokus utama mereka adalah mengembalikan soliditas dan konsistensi pertahanan, ciri khas yang menjadi kekuatan Barcelona pada musim-musim terbaik sebelumnya.
Dengan dua kekalahan terakhir sebagai bahan evaluasi, Hansi Flick berharap jeda internasional kali ini bisa menjadi titik balik dalam upaya membangun kembali keseimbangan antara agresivitas menyerang dan kestabilan bertahan di skuad Blaugrana.
Sumber: Sempre Barca