Bola.com, Jakarta - Presiden Ferrari, John Elkann, dikabarkan sedang berupaya keras memboyong Christian Horner sebagai manajer tim baru, menyusul musim 2025 yang berjalan suram bagi tim asal Maranello tersebut.
Horner saat ini berstatus bebas setelah resmi meninggalkan Red Bull, di mana ia mengabdi selama dua dekade sebagai CEO sekaligus team principal.
Selama masa kepemimpinannya, pria berusia 51 tahun itu sukses mempersembahkan enam gelar konstruktor dan delapan gelar dunia pembalap, masing-masing empat diraih Sebastian Vettel dan Max Verstappen.
Namun, hubungan panjang Horner dengan Red Bull berakhir pada Agustus lalu. Pabrikan asal Austria itu mengajukan permohonan ke Companies House untuk mencopot namanya dari daftar direktur perusahaan.
Tak lama kemudian, terungkap bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan kompensasi senilai 52 juta paun.
Horner bahkan menerima jumlah yang lebih kecil agar masa "gardening leave"-nya bisa dipersingkat sehingga ia bebas bergabung dengan tim Formula 1 lain mulai musim depan.
Dengan rekam jejak gemilangnya, minat terhadap Horner tentu membeludak. Beberapa laporan bahkan menyebut ia sempat mempertimbangkan untuk mencari investor demi mendirikan tim F1 miliknya sendiri.
Fokus Ferrari Beralih ke Horner
Menurut jurnalis senior Jerman, Ralf Bach, Elkann kini disebut sepenuhnya terfokus untuk mengamankan posisi Christian Horner sebagai bos tim Ferrari pada musim 2026.
Kabar ini muncul hanya beberapa bulan setelah Ferrari memperpanjang kontrak manajer mereka saat ini, Fred Vasseur.
Namun, Bach menilai perubahan sikap Elkann menunjukkan ketidaksabarannya terhadap hasil buruk tim sepanjang musim ini.
"Horner memiliki 14 gelar juara dunia dalam portofolionya," tulis Bach.
"Elkann dikenal sebagai sosok emosional yang tidak terpaku pada keputusan kemarin, tapi lebih pada apa yang ia yakini hari ini. Kontrak Vasseur memang sudah diperpanjang, tapi posisinya tampaknya mulai goyah lagi. Dan, di situlah Horner masuk rencana," tambahnya.
Musim yang Mengecewakan
Ferrari memang belum meraih satu pun kemenangan di musim 2025. Lewis Hamilton, yang baru bergabung dari Mercedes, masih kesulitan menyesuaikan diri dengan mobil barunya.
Sementara rekan setimnya, Charles Leclerc, tampil sedikit lebih baik dengan torehan lima podium sejauh ini, hasil yang jauh dari ekspektasi tim.
Dalam ajang Capital Markets Day awal pekan ini, Elkann bersama CEO Ferrari, Benedetto Vigna, secara terbuka mengakui kegagalan tim di lintasan.
"Kami harus berkembang," ujar keduanya tanpa tedeng aling-aling.
"Tujuan kami adalah memenangkan balapan. Kami berhasil melakukannya di ketahanan dengan 499P yang menjuarai Le Mans 24 Hours, tetapi di Formula 1 kami masih tertinggal. Kami harus menang karena itu adalah kewajiban kami kepada para penggemar setia di seluruh dunia," imbuh mereka.
Horner dan Hamilton, Duet yang Menarik
Apabila rumor perekrutan ini terwujud, langkah Ferrari mendatangkan Horner akan menjadi satu di antara manuver paling menarik di dunia Formula 1.
Bukan hanya karena reputasinya, tetapi juga karena kemungkinan kolaborasi antara Horner dan Hamilton, dua figur yang sebelumnya kerap bersaing sengit.
Selama bertahun-tahun, Horner dan Verstappen menjadi rival utama Hamilton bersama Mercedes dalam perebutan gelar juara dunia.
Ironisnya, hubungan Horner dan Verstappen tidak selalu harmonis, dengan sejumlah perselisihan internal yang sempat mencuat ke publik selama mereka bekerja sama di Red Bull.
Namun, tidak ada yang meragukan kapasitas Horner sebagai pemimpin tim. Rekam jejaknya berbicara: sukses membawa Red Bull mendominasi era modern F1 dan mengubah tim tersebut menjadi kekuatan besar sejak 2010.
Dengan Ferrari belum pernah lagi mengantarkan pembalapnya meraih gelar juara dunia sejak Kimi Raikkonen pada 2007, Elkann diyakini melihat Horner sebagai sosok yang mampu mengakhiri masa paceklik terpanjang dalam sejarah tim.
Apakah pria asal Warwickshire itu akan benar-benar mendarat di Maranello masih menjadi tanda tanya besar. Namun, satu hal pasti, jika langkah ini terwujud, dunia Formula 1 akan menyaksikan babak baru yang bisa mengubah peta persaingan di puncak balapan dunia.
Sumber: Give Me Sport