Bola.com, Jakarta - Cengkeraman Liverpool di puncak klasemen Liga Inggris mulai longgar. Setelah satu tahun menukangi tim di Anfield, Arne Slot kini menghadapi badai cedera, performa menurun, dan keraguan taktik yang kian nyata.
Kepercayaan diri skuad The Reds tampak rapuh. Jika Arsenal berhasil unggul empat poin sebelum laga melawan Manchester United pada Minggu (19-10-2025) malam WIB, tekanan terhadap Slot akan makin besar.
Namun, lawan mereka pun belum benar-benar stabil. Proyek Ruben Amorim di Old Trafford masih naik-turun, memperlihatkan kilasan potensi di satu laga dan kekacauan di laga berikutnya.
Meski begitu, duel ke-100 antara Liverpool dan MU di ajang kompetitif terasa seperti peluang besar.
Dengan kondisi tuan rumah yang dilanda cedera dan krisis kepercayaan diri, MU mencium adanya celah. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, peluang di Anfield tampak cukup seimbang.
Liverpool Mulai Goyah
Menjelang jeda internasional Oktober, Liverpool tampak kelelahan. Untuk pertama kalinya sejak kedatangan Slot musim panas tahun lalu, mereka menelan tiga kekalahan beruntun di semua kompetisi.
Kukuhnya lini pertahanan yang dulu jadi kekuatan utama, kini menghilang. Sembilan gol bersarang ke gawang mereka dalam tujuh laga liga, bandingkan dengan hanya dua pada periode yang sama musim lalu. Catatan nirbobol pun hanya dua kali, melawan Burnley dan Arsenal.
Daftar pemain cedera juga makin panjang. Alisson Becker, Ibrahima Konate, dan Ryan Gravenberch absen, dua nama terakhir karena masalah hamstring dan paha.
Gravenberch, yang sempat tampil gemilang di awal musim, kini mudah ditekan lawan. Saat melawan Chelsea, ia benar-benar diredam oleh Enzo Fernandez dan Malo Gusto.
Masalah lain muncul di lini depan. Kedatangan Florian Wirtz senilai 116 juta paun diharapkan menjadi awal era kreatif baru, tetapi pemain asal Jerman itu belum mencetak gol maupun assist di Premier League.
Menenangkan Situasi
Pelatih Timnas Jerman, Julian Nagelsmann, meminta publik bersabar, dengan menyebut Wirtz hanya perlu waktu beradaptasi. Statistik pun mendukungnya, tak ada pemain lain di liga yang menciptakan peluang lebih banyak (21 kali) sejauh ini.
Mantan pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, bahkan ikut menenangkan situasi.
"Dia adalah talenta langka yang muncul sekali dalam seratus tahun. Cepat atau lambat, ia akan menunjukkannya lagi seperti di Leverkusen," kata Klopp tentang Wirtz kepada RTL.
Nasib serupa dialami Alexis Mac Allister. Gelandang asal Argentina itu belum sekalipun bermain penuh 90 menit musim ini karena cedera otot yang dibawa sejak musim lalu.
Situasinya di dalam klub dibandingkan dengan Alexander Isak di Newcastle, sama-sama tertinggal dalam kebugaran akibat pramusim yang terganggu.
Masalah di Depan dan Sayap
Di lini depan, Mohamed Salah baru mencetak dua gol di liga. Catatan 16 gol dalam 17 laga melawan MU tetap mengesankan, tetapu performanya menurun.
Ketiadaan Trent Alexander-Arnold membuat sisi kanan Liverpool kehilangan koneksi alami; Jeremie Frimpong dan Conor Bradley belum mampu menggantikannya dengan baik.
Akibatnya, Salah sering terisolasi dan kontribusi defensifnya pun menurun, membuat sisi kanan rentan diserang. Slot menyadari risiko itu, tetapi masih menilai kemampuan ofensif Salah cukup berharga untuk dipertahankan.
Masalah makin terasa di sektor sayap. Setelah Luis Diaz pindah ke Bayern Munchen, hanya Federico Chiesa yang menjadi pelapis utama di bangku cadangan. Opsi rotasi pun sangat terbatas.
Masa Transisi yang Tertunda?
Keputusan pergantian pemain Slot juga menuai kritik, terutama saat menarik Isak di menit ke-74 kontra Chelsea ketika sang striker mulai tampil lebih hidup.
Meski begitu, Liverpool tetap dikenal sering mencetak gol di menit akhir, delapan dari 11 laga musim ini mereka mencetak gol setelah menit ke-83. Namun, statistik itu lebih menunjukkan rasa terdesak ketimbang dominasi.
Musim yang awalnya diyakini akan jadi lanjutan sukses debut Slot, kini terlihat sebagai masa transisi yang tertunda setahun.
Dan dengan jadwal berat menanti, Brentford tandang, Aston Villa di kandang, lalu kunjungan ke Manchester City dan West Ham, beban untuk segera bangkit makin besar.
Arsenal Makin Matang, Tekanan Kian Berat
Kemerosotan Liverpool datang di saat yang buruk. Arsenal terlihat lebih solid, lengkap, dan nyaman di puncak klasemen.
Setelah tujuh laga, The Gunners unggul satu poin dan bisa memperlebar jarak menjadi empat sebelum Liverpool bertanding. Mereka akan menghadapi Fulham pada Sabtu malam, dan dengan performa yang stabil, kecil kemungkinan mereka terpeleset.
Mikel Arteta telah memperbaiki kelemahan terbesar musim lalu: kedalaman skuad. Dalam kemenangan 2-0 atas West Ham, ia bisa memasukkan Martin Zubimendi, Mikel Merino, Gabriel Martinelli, Myles Lewis-Skelly, serta Ethan Nwaneri tanpa menurunkan kualitas tim.
Satu-satunya catatan hanyalah Viktor Gyokeres, striker baru yang belum mencetak gol dalam enam laga.
Arsenal memang belum punya penyerang 20 gol per musim sejak era Pierre-Emerick Aubameyang, tetapi mereka kini mampu menyebar sumber gol dari berbagai posisi.
Situasi ini menjadi bayangan kelam bagi Liverpool. Jika Arsenal menjauh, tekanan psikologis terhadap Slot akan meningkat, apalagi Manchester City juga siap mengejar dari belakang.
MU: Tak Konsisten, tapi Berbahaya
Jika Liverpool sedang goyah, MU justru tampil tak terduga. Musim pertama Amorim penuh pasang surut, dengan permainan menyerang yang berani diselingi kesalahan mendasar yang membingungkan.
Statistik menunjukkan potensi besar: MU mencatatkan expected goals (xG) tertinggi di liga dengan 10,1. Namun, efektivitas mereka masih buruk, banyak menembak, sedikit yang tepat sasaran.
Dalam enam dari tujuh laga, mereka unggul jumlah tembakan, tetapi gagal menang di laga tandang.
Kemenangan terakhir MU di Anfield terjadi pada 2016 lewat gol tunggal Wayne Rooney. Sejak itu, mereka sering menelan kekalahan menyakitkan, meski hasil imbang 2-2 musim lalu memberi sedikit harapan.
Sir Jim Ratcliffe tetap memberi dukungan penuh pada Amorim.
"Ruben harus membuktikan dirinya pelatih hebat dalam tiga tahun, bukan tiga bulan," ujarnya kepada media pekan lalu, pesan yang menegaskan pentingnya kesabaran.
Namun, angka tetap berbicara: Amorim baru menang 19 kali dari 50 laga sejak ditunjuk November tahun lalu dan belum pernah mencatat dua kemenangan liga beruntun.
Peluang Mengubah Arah Musim
Formasi 3-4-2-1 milik Amorim menuai kritik karena dianggap membatasi peran Bruno Fernandes serta membuat lini tengah mudah ditembus. Meski begitu, beberapa perubahan belakangan menunjukkan sikap lebih pragmatis.
Saat melawan Sunderland, kiper debutan Senne Lammens diminta bermain langsung dengan bola panjang ketimbang umpan pendek berisiko.
Benjamin Sesko menjadi target utama, sementara Bryan Mbeumo dan Mason Mount bergerak cepat memanfaatkan bola kedua, gaya yang lebih langsung, tetapi lebih sesuai karakter tim.
Masalah cedera tetap menghantui, termasuk Ayden Heaven yang baru saja cedera saat memperkuat Timnas Inggris U-20.
Namun, di balik itu semua, ada optimisme baru. Kecepatan Mbeumo, kreativitas Fernandes, dan ketajaman Sesko memberi ancaman nyata.
Anfield tetap momok bagi Setan Merah, tetapi kali ini, Liverpool sedang tidak dalam kondisi terbaik. Dengan tuan rumah yang rentan dan di bawah tekanan, Amorim memiliki peluang besar untuk mengubah arah musim.
Jika ada momen bagi MU untuk menaklukkan Anfield kembali, mungkin inilah saatnya.
Sumber: Metro