Bola.com, Jakarta - Mohamed Salah mendapat pembelaan dari mantan penyerang Liverpool, Dean Saunders, yang menyebut kritik terhadap sang bintang asal Mesir sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.
Salah, kini berusia 33 tahun, sebelumnya mengakhiri spekulasi mengenai masa depannya dengan menandatangani kontrak baru berdurasi dua tahun di Anfield pada akhir musim lalu.
Kabar itu disambut gembira oleh para pendukung The Reds, sementara fans klub rival justru dibuat waswas.
Sejak datang dari AS Roma pada 2017, dominasi Salah di Premier League hampir tak tertandingi. Namun, musim ini menjadi periode terberat baginya.
Dari tujuh pertandingan liga yang sudah dijalani Liverpool, ia baru mencetak dua gol, satu lewat gol telat ke gawang Bournemouth yang tak mengubah hasil akhir, dan satu lagi melalui penalti di masa tambahan waktu kontra Burnley.
Perubahan Besar
Penurunan produktivitas itu membuat sejumlah pihak mulai meragukan kontribusi Salah.
Kritik pun makin tajam setelah dua rekrutan anyar dengan nilai besar, Alexander Isak dan Florian Wirtz, belum menunjukkan kerja sama yang padu dengannya di lini depan.
Namun, Saunders menilai performa Salah dipengaruhi oleh perubahan besar di sektor serang dan gaya bermain baru di bawah pelatih Arne Slot.
Ia menegaskan bahwa menilai Salah secara negatif tanpa mempertimbangkan konteks itu adalah kekeliruan besar.
"Sekarang mulai muncul tanda tanya terhadap Salah, dan itu sungguh tidak masuk akal," ujar Saunders kepada Daily Star Sport melalui Mighty Tips.
Ia kemudian membandingkan situasi saat ini dengan era ketika Salah bermain bersama Sadio Mane dan Roberto Firmino di lini depan.
Salah Bukan Pemalas
Saat itu, kata Saunders, trio penyerang tersebut sangat terbantu oleh para gelandang pekerja keras seperti Georginio Wijnaldum, Fabinho, James Milner, dan Jordan Henderson.
"Dulu mereka punya pemain seperti Henderson yang bersedia melakukan 'pekerjaan kotor'. Saat Salah kehilangan bola, dia tidak perlu buru-buru mundur karena sudah ada pemain yang menutup ruang atau membantu Trent (Alexander-Arnold)," jelasnya.
Menurut Saunders, sistem lama itu memungkinkan Salah menghemat energi untuk fokus pada serangan, sementara para gelandang bertanggung jawab menjaga keseimbangan tim.
"Semua pemain yang saya sebut tadi adalah pemain yang tidak egois. Mereka rela berkorban demi memberi kebebasan bagi tiga pemain depan yang luar biasa itu. Jadi, ketika sekarang orang bilang Salah malas, itu tidak benar. Dia hanya terbiasa bermain dalam sistem yang mendukungnya seperti dulu," ulasnya.
Liverpool dijadwalkan menjamu Manchester United di Anfield, Minggu (19-10-2025). Laga itu bisa menjadi momentum bagi Salah untuk membungkam kritik, apalagi Setan Merah merupakan satu di antara tim yang paling sering ia bobol, dengan total 16 gol sejauh ini.
Sumber: Dailystar