Kekalahan Beruntun Liverpool Jadi Tanda Krisis yang Lebih Dalam

Keterpurukan Liverpool kini menjadi sesuatu yang lebih dalam.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 20 Oktober 2025, 17:00 WIB
Di sisi lain, kalah dari Manchester United membuat posisi Liverpool tertahan di peringkat keempat klasemen dengan 15 poin atau tertinggal empat angka dari Arsenal yang berada di puncak klasemen. (PETER POWELL/AFP)

Bola.com, Jakarta - Pemandangan Mohamed Salah berjalan lesu meninggalkan lapangan saat Liverpool berupaya keras mencari gol penyeimbang melawan Manchester United menjadi gambaran jelas betapa berat situasi yang kini mereka hadapi.

Selama ini, jika ada satu pemain yang bisa diandalkan untuk menciptakan keajaiban di Anfield, sosok itu adalah sang "Raja Mesir", simbol kesuksesan Liverpool dalam beberapa tahun terakhir.

Advertisement

Namun, kali ini, Salah justru ditarik keluar dan digantikan Jeremie Frimpong beberapa saat setelah Harry Maguire menanduk bola menjadi gol kemenangan 2-1 bagi MU di menit ke-84.

Hasil itu mengakhiri puasa kemenangan Setan Merah di Anfield yang sudah berlangsung hampir selama satu dekade. 

Kekalahan tersebut menandai hasil buruk keempat secara beruntun bagi Liverpool, rekor terburuk mereka sejak 2014 di era Brendan Rodgers.

Apa yang semula dianggap sekadar penurunan performa sementara kini berubah menjadi krisis yang lebih serius, terutama jika dibandingkan dengan standar tinggi yang ditetapkan Arne Slot pada musim perdananya yang berakhir dengan gelar juara.

"Kalau kalah empat kali berturut-turut, tentu harus khawatir," ujar Slot kepada Match of the Day.

"Kami tahu bagaimana dunia sepak bola bekerja. Jika kami terus tampil seperti ini, peluang menang di laga-laga berikutnya akan tetap ada. Tapi, kekalahan beruntun pasti berpengaruh besar pada tim, " lanjutnya.

 


Kekecewaan Suporter

Pemain Liverpool, Alexander Isak, berusaha mencetak gol melewati kiper Manchester United, Senne Lammens, dalam pertandingan Liga Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Liverpool, Inggris, Minggu, 19 Oktober 2025. (AP Photo/Ian Hodgson)

Jika mereka kembali kalah dari Eintracht Frankfurt di Liga Champions pada Kamis dini hari WIB mendatang, itu akan menjadi lima kekalahan beruntun pertama Liverpool sejak September 1953.

Kekecewaan suporter pun sempat terdengar di tribune. Pergerakan bola yang lambat dan minim kreativitas membuat Liverpool kesulitan menembus pertahanan rapat Setan Merah.

Padahal, ada momen sial di mana Cody Gakpo tiga kali mengenai tiang sebelum akhirnya menyamakan kedudukan di menit ke-78.

Sementara itu, Salah gagal memanfaatkan peluang emas dengan tendangan yang tidak meyakinkan, memperpanjang catatan buruknya tanpa gol dari permainan terbuka menjadi tujuh laga beruntun.

Pemain berusia 33 tahun itu terlihat kehilangan ketajaman dan kepercayaan diri, bahkan sempat dicadangkan saat Liverpool kalah dari Galatasaray di Istanbul.

 


Tak Lagi Sama

Liverpool menelan kekalahan 1-2 dari Crystal Palace pada laga pekan keenam Premier League di Selhurst Park, London, Sabtu (27/9/2025) malam WIB. (Jonathan Brady/PA via AP)

Liverpool kini tampak jauh berbeda dari tim efisien yang mendominasi Premier League musim lalu.

Sejak kalah di Community Shield melawan Crystal Palace di Wembley, mereka tampak rapuh, meski Slot sudah mendapat dana sekitar 450 juta paun (sekitar Rp10 triliun) untuk memperkuat skuad juara bertahannya.

Kendati dua rekrutan besar, Florian Wirtz (116 juta paun) dan Alexander Isak (125 juta paun), masih dalam masa adaptasi, performa keduanya sejauh ini belum memenuhi ekspektasi. Isak kembali tampil tanpa kontribusi berarti, sementara Wirtz hanya masuk dari bangku cadangan.

"Arne Slot punya beberapa keputusan penting untuk diambil," kata mantan bek Liverpool, Stephen Warnock, kepada BBC Radio 5 Live.

"Szoboszlai sebenarnya lebih cocok bermain sebagai bek kanan yang bisa masuk ke tengah, meski dia tidak suka posisi itu. Frimpong juga lebih berpengaruh dalam 10 menit daripada Salah sepanjang laga. Ia mengirim dua umpan silang berbahaya, dan salah satunya seharusnya berbuah gol lewat Gakpo. Ekitike pun memberi dampak lebih besar dibanding Isak," ulasnya.

Secara keseluruhan, Liverpool kini kehilangan struktur permainan yang dulu membuat mereka ditakuti. Lini belakang tampil kacau, Milos Kerkez bahkan hampir mencetak gol bunuh diri lewat bola pantul yang mengenai wajahnya.

 


Statistik Membuktikan

Pemain Liverpool, Milos Kerkez (kanan), berebut bola dengan pemain Manchester United, Amad Diallo, dalam pertandingan Liga Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Liverpool, Inggris, Minggu, 19 Oktober 2025. (AP Photo/Ian Hodgson)

Perdebatan juga muncul terkait keputusan wasit Michael Oliver yang membiarkan permainan berlanjut ketika Alexis Mac Allister tergeletak usai terkena sikutan rekan setimnya, Virgil van Dijk.

Dari situ, Bruno Fernandes menguasai bola dan memberikan umpan yang dimanfaatkan Bryan Mbeumo untuk membuka keunggulan MU setelah Van Dijk gagal bereaksi cepat.

Masalah organisasi pertahanan makin terlihat dari statistik: Liverpool sudah kebobolan lima gol dari situasi bola mati dalam delapan laga Premier League musim ini, padahal pada periode yang sama musim lalu, mereka tak kebobolan satu pun dengan cara itu.

Selain mudah ditembus lewat serangan balik cepat, mereka juga kerap kesulitan mengantisipasi umpan terobosan di belakang garis pertahanan.

Akibatnya, Liverpool kini turun ke peringkat keempat klasemen, tertinggal empat poin dari pemuncak sementara Arsenal.

Dengan kualitas pemain yang dimiliki, tim ini diyakini belum akan terpuruk lama. Namun, Slot menghadapi pekerjaan berat: membangkitkan bintang-bintang yang kehilangan sentuhan sekaligus menambal kelemahan yang terus terekspos.

"Sekarang masa-masa yang menarik bagi kami," ujar kapten Virgil van Dijk.

"Kami harus tetap bersatu, rendah hati, dan terus bekerja keras. Saat situasi sulit datang, yang terpenting adalah tetap menjaga semangat untuk saling mendukung. Musim masih panjang," tambahnya.

 

Sumber: BBC

Berita Terkait