Bola.com, Jakarta - Momen kebobolan kedua menjadi awal dari sorotan tajam terhadap performa Liverpool di markas Brentford, Sabtu malam waktu setempat atau Minggu (26-10-2025) dini hari WIB.
Kevin Schade baru saja menaklukkan gawang Giorgi Mamardashvili untuk membawa tuan rumah unggul 2-0.
Virgil van Dijk tampak frustrasi dan menegur Cody Gakpo, sementara Ibrahima KonatE hanya menunduk menatap rumput ketika para pemain The Reds berjalan gontai kembali ke tengah lapangan.
Bagi Liverpool, yang akhirnya kalah 2-3, pemandangan seperti itu sudah terlalu sering terjadi belakangan ini.
Kekalahan tersebut menjadi yang keempat secara beruntun di Premier League, torehan terburuk mereka sejak Februari 2021. Saat itu, badai cedera di lini belakang menyebabkan kegagalan besar dalam upaya mempertahankan gelar juara.
Kini, alasan serupa tak bisa digunakan, tetapi hasilnya sama: Liverpool sedang dalam krisis.
Setelah Igor Thiago mencetak gol lewat penalti kontroversial di babak kedua dan mengembalikan keunggulan dua gol Brentford, suporter tuan rumah menyindir pelatih Arne Slot dengan nyanyian "You're getting sacked in the morning".
Cemoohan itu mungkin bernada bercanda, mengingat Slot masih punya kredit besar usai membawa klub menjuarai liga musim lalu dan kini sedang memimpin masa transisi besar pasca-musim panas yang berat.
Namun, ejekan itu tetap menjadi pengingat betapa jauh performa timnya menurun.
Mirip Tim Papan Bawah
Kemenangan besar atas Eintracht Frankfurt di Liga Champions tengah pekan sempat memberi napas lega, tetapi lawatan ke London Barat langsung mengembalikan mereka ke realitas pahit.
Jika Arsenal mampu menaklukkan Crystal Palace di Emirates pada Minggu malam ini, Liverpool akan tertinggal tujuh poin dari pemuncak klasemen.
Musim memang masih panjang, dan defisit lebih besar pernah terkejar di masa lalu. Namun, untuk saat ini, penampilan Liverpool lebih menyerupai tim papan bawah ketimbang juara bertahan.
Brentford membuka keunggulan cepat di menit kelima lewat tendangan voli indah Dango Ouattara, hasil lemparan jauh Michael Kayode yang disundul Kristoffer Ajer.
Itu menjadi gol kedelapan Brentford dari skema lemparan ke dalam di Premier League sejak musim lalu, terbanyak di antara semua tim, dan lagi-lagi Liverpool tampak tak siap mengantisipasi.
Kesempatan emas Mohamed Salah dan Florian Wirtz yang terbuang menambah frustrasi sebelum Schade menuntaskan umpan terobosan Mikkel Damsgaard dengan penyelesaian tenang untuk menggandakan keunggulan Brentford.
Mempertegas Tren Negatif
Gol Milos Kerkez di masa tambahan waktu babak pertama sempat memberi harapan, tetapi Liverpool gagal memanfaatkan momentum.
Saat Thiago menambah gol lewat penalti yang diputuskan lewat tinjauan VAR, setelah pelanggaran Van Dijk terhadap Ouattara dinilai terjadi di tepi kotak penalti, The Reds terlihat kehilangan arah.
Kekalahan ini mempertegas tren negatif yang menghapus semangat awal musim. Liverpool kini telah menelan empat kekalahan liga, jumlah yang sama dengan keseluruhan musim lalu, padahal sebelumnya mereka hanya kalah empat kali dalam 47 laga terakhir.
Tendangan keras Salah di menit ke-89 memang memperkecil ketertinggalan, tetapi tak cukup menghindarkan kekalahan. Striker asal Mesir itu juga menjadi simbol dari penurunan performa tim.
Setelah dicadangkan saat menghadapi Frankfurt, Salah kembali ke daftar starter dan mencatat rekor sebagai penyerang pertama yang tampil sebagai starter dalam lebih dari 50 laga liga beruntun sejak Ian Rush pada 1986–1987.
Masalah Jauh Lebih Kompleks
Kendati gol tersebut bisa dianggap satu-satunya kabar baik dari laga itu, Salah terlihat jauh dari performa terbaiknya, jauh dari sosok yang musim lalu kerap menjadi penentu kemenangan tim.
"Saya sudah sering mengatakan bahwa tim-tim lawan kini punya gaya bermain tertentu menghadapi kami, dan itu strategi yang bagus. Kami belum menemukan jawabannya," ujar Slot ketika dimintai penjelasan atas performa buruk timnya.
"Iya, kami memang banyak melakukan perubahan di musim panas, dan dalam situasi seperti itu, hal semacam ini bisa saja terjadi. Tapi, saya tak menyangka akan berakhir dengan empat kekalahan beruntun. Kalau banyak perubahan, memang jalannya tidak selalu mulus, itu sudah biasa," lanjutnya.
Cedera pemain utama seperti Alexander Isak, Ryan Gravenberch, Jeremie Frimpong, dan Alisson Becker memang memperburuk keadaan. Namun, masalah Liverpool tampaknya jauh lebih kompleks daripada sekadar kehilangan beberapa nama penting.
Ketika para suporter terakhir meninggalkan stadion malam itu, lagu "Celebration" milik Kool and the Gang terdengar dari pengeras suara. Namun, bagi Liverpool, masa-masa yang layak dirayakan kini terasa begitu jauh...
Sumber: ESPN