Bola.com, Jakarta The International Football Association Board (IFAB) dikabarkan tengah membahas kemungkinan penerapan batas waktu bagi pemain dalam melakukan lemparan ke dalam (throw-in).
Laporan ini pertama kali disampaikan oleh The Guardian, yang menyebut bahwa ide tersebut muncul dalam rapat terbaru badan pembuat aturan sepak bola dunia itu.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya IFAB untuk mempercepat tempo permainan dan mengurangi pemborosan waktu, terutama di momen-momen krusial ketika tim yang unggul sering memperlambat pertandingan.
Saat ini, tidak ada batas waktu resmi untuk lemparan ke dalam, sehingga pemain bebas menentukan kapan mereka akan melempar bola selama belum dianggap mengulur waktu oleh wasit.
Dalam tahap awal pembahasan, IFAB dikabarkan sedang meninjau beberapa opsi, termasuk penerapan batas waktu sekitar lima hingga delapan detik setelah wasit memberikan izin. Jika pemain tidak segera melakukan lemparan, bola kemungkinan akan diberikan kepada tim lawan.
Pro dan Kontra
Reaksi dari dunia sepak bola pun mulai bermunculan. Pelatih Arsenal, Mikel Arteta, menyebut bahwa ide tersebut bisa membantu menjaga intensitas permainan.
“Sepak bola modern menuntut tempo tinggi. Jika aturan ini bisa membuat pertandingan lebih dinamis dan adil, saya pikir itu langkah positif,” ujar Arteta kepada wartawan.
Namun, tidak semua pihak sepakat. Bek Brentford, Ben Mee, menilai penerapan aturan baru ini bisa menambah tekanan tidak perlu bagi pemain.
“Terkadang kami butuh waktu untuk menentukan arah lemparan, terutama saat di bawah tekanan lawan. Jika waktunya terlalu singkat, justru bisa menyebabkan kesalahan,” ujarnya.
Belum Final
Meski belum ada keputusan final, IFAB disebut akan melanjutkan diskusi ini dan kemungkinan melakukan uji coba di beberapa kompetisi pada tahun mendatang sebelum aturan tersebut diterapkan secara global.
Jika diterapkan, aturan batas waktu lemparan ke dalam bisa menjadi salah satu perubahan besar dalam sepak bola modern, sejajar dengan penerapan VAR dan perubahan aturan waktu tambahan pertandingan.
Sumber: Guardian