Bola.com, Jakarta - Berikut ini adalah salah satu kisah kualifikasi Piala Dunia yang dikenal cukup tidak terduga. Kepulauan Faroe, sebuah gugusan 18 pulau vulkanik di antara Islandia dan Skotlandia, masih menyimpan impian untuk bisa tampil di putaran final musim panas mendatang dengan menyisakan hanya satu laga grup.
Sebelumnya Faroe belum pernah menang lebih dari dua kali dalam satu kampanye kualifikasi, tapi kini mereka telah memenangkan empat dari lima pertandingan terakhir, termasuk kemenangan penting 2-1 atas Republik Ceko yang berada di posisi kedua pada Oktober lalu.
Ini berarti tim yang namanya berarti "pulau domba" dan berperingkat 127 dari 211 negara anggota FIFA, kini dihadapkan pada kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga. Peringkatnya masih sedikit di bawah Timnas Indonesia, di mana Skuad Merah Putih duduk di posisi 122.
Jika mereka mampu mengejutkan pemuncak Grup L, Kroasia, pada hari Jumat, dan Gibraltar yang berada di posisi bawah tidak kalah saat melawan Republik Ceko pada Senin, maka Kepulauan Faroe akan finis di posisi kedua grup dan lolos ke babak play-off pada Maret mendatang.
Kuncinya adalah Menjaga Momentum
Kombinasi hasil tersebut memang sangat tidak mungkin mengingat Gibraltar belum pernah meraih poin di kualifikasi, sementara Kroasia telah memenangkan lima dari enam pertandingan grup mereka.
Namun, bagi bek tengah berusia 36 tahun, Odmar Faero, ini adalah pencapaian yang melampaui apa yang pernah diraih negaranya sebelumnya.
"Ide dasarnya adalah terus mengikuti momentum ini dan bertahan sampai kita lihat sejauh mana kita bisa melaju," kata Faero.
"Kita sedang menikmati momen ini sekarang dan dengan hasil-hasil akhir-akhir ini, kami yakin bisa meraih tiga poin saat bertandang ke Kroasia."
Faero, yang pernah bermain di Skotlandia bersama klub Keith dan Forfar Athletic, adalah satu-satunya pemain Faroe yang sudah tampil 50 kali dalam kompetisi klub Eropa. Ayah dan kakeknya, yang juga bernama Odmar, pernah mewakili negara yang hanya memiliki populasi sekitar 55.000 jiwa itu.
Meski antusias dengan peluang lolos ke Piala Dunia, Faero tetap realistis tentang kesempatan mereka.
"Saya rasa Gibraltar tidak akan meraih poin, jadi peluang itu agak kecil, tapi kami tidak akan membiarkan hal itu memengaruhi performa kami melawan Kroasia.
"Kami bakal sangat kecewa jika Gibraltar berhasil seri dan kami tidak bisa memenuhi tanggung jawab kami, itu akan sangat berat saya terima."
Prestasi Terbaik Kepulauan Faroe
Poin 12 yang sudah diraih Kepulauan Faroe adalah rekor terbaik mereka dalam kualifikasi apa pun. Mereka berhasil menempel Republik Ceko setelah menang 2-1 lewat gol Hanus Sorensen dan Martin Agnarsson.
Kedua pemain masih berusia di bawah 25 tahun dan menurut Faero, mereka adalah wajah baru timnas.
"Saya bilang mereka adalah pemain penuh tenaga," tambah bek tengah KI tersebut. "Mereka lincah, enerjik, dan masih muda dan polos, kalau bisa disebut begitu. Mereka seakan tidak peduli lawan siapa yang dihadapi, semuanya seperti air yang mengalir dari punggung bebek."
"Itulah yang kadang dibutuhkan. Seseorang yang tanpa rasa bersalah dan tanpa segan saat menyerang."
"Kami telah menunjukkan kekuatan dalam bertahan, tapi sekarang kami mulai punya beberapa pemain yang juga bisa melancarkan serangan balik, itu salah satu alasan kami bisa menaklukkan Montenegro 4-0."
"Jadi, saat kami melakukan serangan balik, saya rasa lawan mulai sadar bahwa ini bukan hanya tim yang fokus bertahan."
Banyak Pekerja Part-time
Berbeda dengan Sorensen dan Agnarsson yang bermain secara profesional di Slovenia dan Denmark, Faero menggabungkan sepak bola dengan pekerjaan lain.
Dia bekerja di sebuah toko furnitur di negaranya dan baru saja memenangkan liga lagi bersama klub KI.
Pelatih kepala Eyoun Klakstein sebelumnya adalah penulis kisah kriminal, sementara Faero dan beberapa pemain lain yang berkarier paruh waktu menunjukkan betapa kecilnya potensi Faroes jika dibanding tim besar saat mereka akan menghadapi bintang Kroasia seperti Luka Modric dan Josko Gvardiol di Rijeka.
"Ini tidak jauh berbeda dari bayangan jika itu adalah tim semi-pro di Inggris," katanya.
"Ada beberapa tukang listrik, beberapa tukang kayu. Ada guru, dan pekerjaan yang cukup populer di kalangan pemain muda di sini adalah bekerja di taman kanak-kanak karena jam kerjanya sedikit dan cocok dengan jadwal latihan sepak bola."
"Ada juga [Arni] Frederiksberg, yang mencetak penalti lawan Montenegro. Dia sebenarnya CEO sebuah perusahaan grosir yang menjual banyak produk makanan. Salah satunya pizza, jadi dia dijuluki ‘penjual pizza’, tapi dia memang seorang CEO."
Bisakah Kepulauan Faroe Membuat Keajaiban?
Faero mengaitkan performa tim yang baik dengan kehadiran pelatih lokal, yang baru kedua kalinya.
Klakstein menggantikan Hakan Ericson pada Februari lalu, langkah ini menandai tuntutan dan ekspektasi yang meningkat untuk tim. Ericson adalah pelatih paling sukses timnas selama lima tahun masa jabatannya, tapi hasil yang mengecewakan membuatnya dipecat.
"Saya rasa secara psikologis, ketika mulai ada pertemuan tim, pembicaraan motivasi, analisis, semuanya menggunakan bahasa kami sendiri, itu memberi rasa bahwa ini adalah tim nasional Faroe," kata Faero.
"Semuanya terjadi dalam bahasa Faroe dan ini adalah tim nasional kami, dan kami akan berjuang mati-matian untuk ini. Ini soal rasa kebangsaan dan semua yang kami lakukan adalah cara Faroe."
"Saya katakan kami orang-orang yang tahan banting, secara historis. Itu adalah fondasi yang kami pegang teguh."
"Kami 55.000 orang yang tinggal di 18 pulau di tengah samudra Atlantik. Jadi intinya, dengarkan, kamu harus menyelesaikannya sendiri, atau mati."
"Jadi kami punya sumber daya, punya orang-orang, dan mencari cara agar semuanya berhasil karena tidak ada pilihan lain."
"Berhasil" itu akan berubah menjadi 'membuat keajaiban' jika Kepulauan Faroe berhasil lolos ke Piala Dunia."