Di Balik Keputusan Arsenal Melepas Visit Rwanda

Alasan Arsenal mengakhiri kerja sama sponsor lengan jersey dengan Visit Rwanda.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 25 November 2025, 08:30 WIB
Logo "Visit Rwanda" terlihat di lengan gelandang Arsenal asal Norwegia, Martin Odegaard, dalam pertandingan persahabatan klub antara Arsenal dan Sevilla di Stadion Emirates, London, pada 30 Juli 2022. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Bola.com, Jakarta - Mulai musim depan, logo Visit Rwanda tidak lagi terpampang di lengan kostum Arsenal.

Pengumuman itu disampaikan klub pada Rabu pekan lalu, bersamaan dengan keputusan untuk mengakhiri kemitraan delapan tahun dengan Rwanda Development Board pada Juni 2026.

Advertisement

Bagi banyak pendukung Arsenal, keputusan tersebut melegakan. Kerja sama ini memang kerap menjadi sorotan menyusul tuduhan berbagai kelompok HAM terhadap pemerintah Rwanda, termasuk dugaan pelanggaran serius dan dukungan negara itu terhadap milisi M23 di Kongo, yang membuat kekhawatiran makin besar.

Dalam survei terbaru Arsenal Supporters' Trust, lebih dari 90 persen responden menyatakan ingin kemitraan tersebut dihentikan.

Sebanyak 67 persen mendorong negosiasi penghentian segera, sementara 23 persen lainnya memilih menunggu hingga kontrak berakhir pada musim panas mendatang.

Namun. penghentian lebih awal sejak awal dianggap tidak realistis. Membatalkan perjanjian Visit Rwanda akan sangat rumit dan berpotensi membuat Arsenal kehilangan pendapatan signifikan. Meski begitu, Meriam London kini menegaskan keinginan untuk mengambil arah berbeda.

Berikut ulasan dari The Athletic, selengkapnya.


Keputusan Mengejutkan

Viktor Gyoekeres merayakan gol ketiga bersama rekan-rekan setimnya dalam laga Liga Champions antara Arsenal dan Atletico Madrid di London, Inggris, 21 Oktober 2025. (AP Photo/Alastair Grant)

Arsenal akan memiliki sponsor lengan baru mulai musim 2026/27. Di sisi lain, Visit Rwanda menyebut pihaknya kini fokus "memperluas momentum itu ke olahraga dan pasar baru".

Keputusan ini cukup mengejutkan sebagian pihak. The Athletic melaporkan pada Oktober lalu bahwa Arsenal masih berdiskusi mengenai kemungkinan perpanjangan kontrak. Pembicaraan tersebut berlangsung hampir setahun, ketika Arsenal mengevaluasi masa depan sponsor lengan mereka.

Menurut sumber dekat negosiasi yang tak disebutkan namanya, perpanjangan dengan Rwanda sebenarnya masih mungkin.

Arsenal menjalin hubungan yang kuat dengan lembaga pengembangan Rwanda, terutama dalam program promosi konservasi dan sektor pariwisata mewah yang berkembang.

Klub juga membantu mempromosikan Rwanda sebagai pusat olahraga internasional di Afrika, sekaligus terlibat dalam beberapa program sepak bola akar rumput.


Jajaki Opsi Lain

Pemain Arsenal merayakan gol yang dicetak oleh Leandro Trossard dalam kemenangan atas Tottenham Hotspur pada laga pekan ke-21 Premier League 2024/2025 di Emirates Stadium, Kamis (16/1/2025). Arsenal menang 2-1 dalam derbi London utara itu. (Bradley Collyer/PA via AP)

Ada pula pertimbangan finansial. Kerja sama dengan Visit Rwanda menghasilkan pemasukan besar dan stabil, yang menjadi fondasi ambisi Arsenal di lapangan. Presiden Rwanda, Paul Kagame, adalah penggemar Arsenal, dan kemitraan itu dipandang bisa berjangka panjang.

Namun, kompetisi komersial di sepak bola makin ketat. Arsenal perlu memaksimalkan seluruh sumber daya, dan struktur ekonomi olahraga membuat nilai sponsor sangat berpengaruh terhadap kemampuan klub berinvestasi di skuad.

Jumlah merek yang mampu menandingi nilai komitmen Rwanda sangat terbatas. Arsenal sadar bahwa mencari pengganti yang bisa menawarkan paket sebanding bukan perkara mudah.

Meski begitu, klub tetap ingin menjajaki opsi lain. Staf internal diminta mencari kandidat sponsor alternatif agar Arsenal memiliki gambaran lebih jelas mengenai pilihan yang tersedia.


Persoalan Citra Publik

Para pemain Arsenal merayakan gol pada laga Premier League melawan Tottenham di London, Minggu, 23 November 2025. (AP Photo/Frank Augsten)

Di sisi lain, Arsenal juga tidak menutup mata terhadap persoalan citra publik yang muncul akibat hubungan tersebut dan meningkatnya ketidaknyamanan di kalangan suporter. Kemitraan ini telah lama menjadi isu sensitif.

Laporan Human Rights Watch pada 2023 menyebut Front Patriotik Rwanda pimpinan Kagame terus melakukan tindakan terhadap lawan politik nyata maupun yang dianggap lawan pemerintah", serta menyatakan bahwa lebih dari selusin anggota oposisi politik berada di penjara, dengan dugaan beberapa di antaranya dituntut atau divonis berdasarkan tuduhan yang diragukan.

Kekhawatiran suporter juga meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada April 2022, pemerintah Inggris mengusulkan kebijakan pengiriman pencari suaka yang masuk secara ilegal ke Rwanda, kebijakan yang kemudian dinyatakan tidak sah oleh Mahkamah Agung Inggris.

Di tahun yang sama, pasukan Rwanda memasuki Republik Demokratik Kongo untuk mendukung kelompok pemberontak M23.

Pada Februari 2025, pemerintah Inggris menangguhkan bantuan untuk Rwanda terkait situasi di wilayah timur DRC.


Diprotes Fans

Seorang suporter melihat papan reklame bertuliskan "Kunjungi Tottenham", sebuah kampanye satir yang diluncurkan oleh suporter Arsenal sebagai protes terhadap sponsor klub yang kontroversial di Rwanda, saat ia tiba untuk menonton pertandingan Premier League Inggris antara Arsenal dan Crystal Palace di Stadion Emirates, London, pada 23 April 2025. (Ben STANSALL/AFP)

Musim lalu, kelompok suporter Gunners for Peace memasang papan reklame satir di luar Stadion Emirates bertuliskan "Visit Tottenham".

"Ini adalah rezim yang mendanai milisi brutal dengan ribuan korban di Kongo Timur. Kami rasa apa pun, secara harfiah apa pun, lebih baik daripada Visit Rwanda. Bahkan Tottenham," demikian pernyataan tertulis mereka.

Kekhawatiran Arsenal tidak hanya terkait citra atau protes fans. Jika muncul sanksi internasional besar terhadap Rwanda, kemitraan komersial itu bisa terancam dan menjadi pukulan berat bagi pendapatan klub.

Arsenal sempat mengkaji opsi untuk meminimalkan risiko tersebut, tetapi upaya itu mahal dan rumit. Hal itu, ditambah risiko reputasi, menjadi faktor penting dalam pertimbangan klub.

Desakan waktu juga berperan. Jika Arsenal ingin menampilkan sponsor lengan baru untuk musim depan, keputusan harus diambil sebelum pergantian tahun.

Klub memiliki kontrak suplai dan kemitraan utama dengan Adidas hingga 2030, dan perubahan mendadak berpotensi menimbulkan masalah besar dalam proses produksi kostum.


Pilih Jalur Baru

Slogan "Visit Rwanda" terlihat di kaus gelandang Arsenal asal Jerman bernomor punggung 29, Kai Havertz, dalam pertandingan Liga Primer Inggris antara Arsenal dan Chelsea di Stadion Emirates, London, pada 23 April 2024. (Glyn KIRK/AFP)

Akhirnya, Arsenal memilih mengambil jalur baru. Chief commercial officer Arsenal, Juliet Slot, mengajukan tawaran alternatif yang secara keseluruhan dianggap lebih menarik.

Slot dikenal sebagai sosok yang mendorong peningkatan pendapatan komersial klub dari 169,3 juta paun menjadi 218,3 juta paun dalam laporan terbaru.

Dengan adanya opsi kuat di meja negosiasi, dewan Arsenal, yang kini diisi sejumlah figur baru, memutuskan bergerak ke arah baru.

Klub menerima minat dari berbagai merek, termasuk perusahaan teknologi dan kripto. Identitas sponsor baru belum diumumkan, tetapi kesepakatan disebut sudah mendekati final.

Sementara itu, Visit Rwanda mengalihkan fokus ke pasar Amerika dan tetap menjalin hubungan dengan pemilik Arsenal, Kroenke Sports & Enterprises, melalui kemitraan dengan LA Rams dan Stadion SoFi di Los Angeles.

Arsenal akan mempertahankan kerja sama dengan Rwanda Development Board hingga akhir musim. Bukan tidak mungkin, mereka justru menutup musim dengan gelar Premier League Inggris ketika logo Visit Rwanda masih terpasang di lengan jersey.

 

Sumber: NY Times - The Athletic

Berita Terkait