Ronaldo dan Pengampunan Sanksi Piala Dunia: Perlakuan Istimewa atau Keputusan yang Layak?

Membedah keputusan FIFA terkait sanksi kartu merah Cristiano Ronaldo. Perlakuan khusus atau dibenarkan?

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 27 November 2025, 20:15 WIB
Ekspresi Cristiano Ronaldo saat membela Portugal menghadapi Republik Irlandia pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Paul Faith / AFP)

Bola.com, Jakarta - Keputusan ini sempat memicu tanda tanya, meski sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Cristiano Ronaldo tetap dapat bermain untuk Timnas Portugal pada laga-laga awal Piala Dunia 2026, walaupun sebelumnya mendapat kartu merah saat menghadapi Republik Irlandia.

Alasannya? FIFA memutuskan menangguhkan selama satu tahun dua pertandingan terakhir dari hukuman skorsnya.

Advertisement

Mengacu pada kode disiplin FIFA untuk tindakan kekerasan, Ronaldo seharusnya menerima larangan tampil dalam tiga pertandingan akibat sikutannya kepada Dara O'Shea dalam kekalahan Portugal 20-2 pada laga Grup F kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa, awal bulan ini.

Namun, komite Disiplin FIFA menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan rekam jejak Ronaldo, yang tidak pernah mendapatkan kartu merah dalam 225 penampilan internasional sebelumnya.

Ia telah menjalani satu pertandingan skors saat Portugal menghadapi Armenia pada laga kualifikasi terakhir di Grup F.

Dua pertandingan lainnya hanya akan diberlakukan jika ia "melakukan pelanggaran lain yang serupa dalam sifat dan tingkat keseriusannya selama masa percobaan".

Dengan demikian, Ronaldo bebas tampil di Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada, bergabung kembali dengan rival abadinya, Lionel Messi.

Lalu, apakah keputusan FIFA ini merupakan perlakuan khusus demi memastikan Ronaldo hadir di turnamen utama mereka, atau memang sudah ada preseden serupa?

Simak ulasan kompletnya di bawah ini, dari BBC.


Apakah FIFA Berhak Menangguhkan Hukuman Ronaldo?

Selebrasi Cristiano Ronaldo dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Portugal vs Hungaria, Rabu (15/10/2025). (AP Photo/Armando Franca)

Jawabannya singkat: ya. Ada klausul dalam kode disiplin FIFA yang memberi wewenang untuk memangkas atau bahkan membatalkan hukuman apa pun.

Pasal 27 menyatakan bahwa FIFA dapat "menangguhkan sepenuhnya atau sebagian" sebuah sanksi disiplin untuk "masa percobaan satu hingga empat tahun".

Sementara Pasal 25 menegaskan bahwa "badan yudisial FIFA yang berwenang dapat mengurangi sanksi disiplin yang dijatuhkan atau bahkan membatalkannya sepenuhnya".


Apakah Ada Pemain Lain yang Pernah Mendapat Penangguhan Sanksi untuk Tampil di Piala Dunia? (1)

Striker Kroasia, Mario Mandzukic, melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Inggris pada laga semifinal Piala Dunia di Stadion Luzhniki, Rabu (11/7/2018). Kroasia menang 2-1 atas Inggris. (AP/Frank Augstein)

Belum pernah ada kasus yang persis seperti Ronaldo, di mana skors tiga pertandingan tetap berlaku, tetapi sebagian ditangguhkan.

Namun, beberapa pemain lain pernah mendapat keringanan dari FIFA, berupa pemangkasan hukuman yang seharusnya bersifat wajib.

Piala Dunia adalah puncak karier banyak pesepak bola, dan Pasal 25 serta 27 memberi ruang bagi FIFA untuk menilai dampak dan kelayakan sebuah sanksi, dan ini tidak hanya berlaku bagi pemain bintang.

Pada 2014, bek Prancis, Laurent Koscielny, diusir karena menampar Oleksandr Kucher dari Ukraina di laga play-off pertama. Seperti Ronaldo, ia otomatis absen pada laga kualifikasi terakhir.

Namun, FIFA memutuskan tidak menambah hukumannya sehingga ia dapat bermain di Piala Dunia.

Mario Mandzukic dari Kroasia seharusnya absen pada dua laga awal Piala Dunia 2014 setelah kartu merah karena pelanggaran serius saat play-off melawan Islandia. FIFA hanya memberikan skors satu pertandingan sehingga ia bisa tampil di laga kedua melawan Kamerun, dan mencetak dua gol dalam kemenangan 4-0.


Apakah Ada Pemain Lain yang Pernah Mendapat Penangguhan Sanksi untuk Tampil di Piala Dunia? (2)

Bek Jepang, Makoto Hasebe, berusaha membuang bola saat melawan Belgia pada babak 16 besar Piala Dunia di Rostov Arena, Rostov-on-Don, Senin (2/6/2018). Belgia menang 3-2 atas Jepang. (AP/Petr David Josek)

Pada kualifikasi menjelang Piala Dunia 2006, gelandang Belanda, Phillip Cocu, juga diusir karena diduga menyikut pemain Albania. FIFA menjatuhkan skors dua laga, membuatnya absen pada sisa dua pertandingan kualifikasi, tetapi ia bisa tampil pada laga pembuka Piala Dunia.

Makoto Hasebe dari Jepang pada kualifikasi Piala Dunia 2010 juga menerima hukuman dua pertandingan setelah kartu merah, tetapi ia kurang beruntung karena pertandingan kedua jatuh pada laga pertama Piala Dunia.

Hal serupa dialami gelandang Iran, Saeid Ezatolahi, yang mendapat dua pertandingan skors dan harus absen pada laga pembuka Piala Dunia 2018.

Pada Piala Dunia 2002, gelandang Meksiko, Jesus Arellano, dijatuhi skors tiga pertandingan setelah tindakan kekerasan melawan Kosta Rika.

Ia seharusnya melewatkan dua laga pertama Piala Dunia, tetapi Meksiko memenangkan banding dan hukumannya dikurangi sehingga ia hanya absen di laga pembuka.


Bagaimana dengan Kasus Lauren James dan Wayne Rooney?

Wayne Rooney. Striker Inggris ini mengoleksi 6 gol dalam 3 edisi Piala Eropa, yaitu Euro 2004, 2012 dan 2016. Pencapaian terbaiknya adalah lolos hingga perempatfinal di edisi 2004 dan 2012. Wayne Rooney memutuskan pensiun pada 15 November 2018 dengan koleksi 120 caps. (Foto: AFP/Paul Ellis)

Gelandang Inggris, Lauren James, diusir pada Piala Dunia Wanita 2023 karena menginjak punggung Michelle Alozie dari Nigeria. James khawatir akan menerima skors tiga laga, yang membuatnya absen sepanjang turnamen.

Namun, FIFA memberi skors dua pertandingan sehingga ia bisa kembali sebagai pemain pengganti pada final yang dimenangkan Spanyol 1-0.

Inggris juga pernah berhasil memperjuangkan pengurangan hukuman untuk Wayne Rooney pada Euro 2012. Rooney menerima skors tiga pertandingan setelah menendang Miodrag Dzudovic dalam hasil imbang 2-2 melawan Montenegro.

Hukuman itu dikurangi menjadi dua pertandingan melalui banding, dan Rooney kemudian mencetak gol penentu kemenangan atas Ukraina yang memastikan Inggris memuncaki grup.


Apakah Ada Pemain yang Tidak Sebagus Itu Nasibnya?

Pemain Timnas Belanda, Denzel Dumfries (kanan) berduel udara dengan pemain Timnas Argentina, Nicolas Otamendi, dalam laga babak perempatfinal Piala Dunia 2022 di Lusail Stadium, Lusail, Qatar, Sabtu (10/12/2022) dini hari WIB. (AP/Ebrahim Noroozi)

Ada, dan pemain yang diusir pada laga kompetitif terakhir sebelum Piala Dunia hampir pasti harus absen minimal satu laga.

Pada Piala Dunia 2006, penyerang Jerman, Mike Hanke, menjadi contoh kasus yang kurang beruntung.

Ia dikartu merah pada Piala Konfederasi setahun sebelumnya. Lantaran Jerman sebagai tuan rumah tidak lagi menjalani laga kompetitif hingga Piala Dunia, FIFA tetap menerapkan skors dua pertandingan.

Hanke tetap dipanggil ke skuad, dan hanya tampil sekali selama 19 menit, ironisnya pada laga perebutan tempat ketiga, melawan Portugal.

Pada Oktober tahun ini, bek Qatar, Tarek Salman, diusir pada laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia melawan Uni Emirat Arab dan menerima skors dua laga untuk tindakan kekerasan.

Moises Caicedo dari Ekuador dan Nicolas Otamendi dari Argentina juga harus absen pada laga pembuka Piala Dunia tahun depan setelah kartu merah akibat dua kartu kuning di pertandingan terakhir kualifikasi.

Nasib yang sama juga dialami Fredy Guarin (Kolombia) pada 2014 serta Nemanja Vidic (Serbia dan Montenegro) pada 2006.

Skors dua pertandingan bahkan membuat sejumlah pemain kehilangan tempat di skuad Piala Dunia. Miranda (Brasil) dan Cristian Rodriguez (Uruguay) pada 2010 keduanya dicoret karena hukuman yang harus mereka jalani.

 

Sumber: BBC

Berita Terkait