Bola.com, Jakarta - Manajer hebat di sepak bola terus bermunculan, meski jumlahnya juga tidak masif. Ada manajer yang tak benar-benar berhasil menghadapi persaingan sengit di papan atas.
Beberapa pelatih berpengalaman menikmati tahun 2024 yang gemilang, sementara para pelatih muda mulai muncul dan menunjukkan mereka juga layak dianggap sebagai yang terbaik pada 2025.
Di tengah musim 2025/2026 yang kini telah berlangsung, para pelatih sudah memiliki cukup waktu untuk membuktikan pantas berada di posisi lebih tinggi dibandingkan para juru taktik top lainnya.
Lalu siapa yang cocok menyandang status pelatih terbaik di dunia saat ini. Parameter penilaian adalah trofi, kesuksesan terbaru, konsistensi dan durasi karier, serta faktor performa dibandingkan ekspektasi.
Berikut ini 10 manajer terbaik di dunia saat ini, seperti dikutip dari Give Me Sport.
10. Simone Inzaghi (Al Hilal)
Untuk bisa berada di atas nama-nama seperti Hansi Flick, Xabi Alonso, dan Diego Simeone pada tahun 2025 adalah pencapaian luar biasa dan menjadi bukti atas kerja brilian yang dilakukan Simone Inzaghi di Italia bersama Inter Milan.
Namun, setelah ia meninggalkan gemerlap sepak bola Eropa menuju Timur Tengah, peringkatnya sedikit menurun.
Inter Milan sukses merebut kembali gelar Serie A, dan melakukannya dengan cara paling manis. Mereka memastikan trofi di Derby della Madonnina melawan rival sengit AC Milan di San Siro.
Inzaghi juga nyaris menjadi pelatih pertama Inter Milan yang membawa kembali Liga Champions ke Italia pada musim 2022/2023 dan 2024/2025. Namun, mereka dua kali gagal di fina, pertama dari Manchester City, lalu dari Paris Saint-Germain.
Kekalahan telak 0-5 dari PSG membuat Inzaghi meninggalkan Milan dan bergabung dengan Al-Hilal. Mereka membuat kejutan besar dengan menyingkirkan Manchester City di Piala Dunia Antarklub 2025.
9. Thomas Tuchel (Timnas Inggris)
Thomas Tuchel mungkin meninggalkan Bayern Munchen dalam kondisi kurang menyenangkan setelah gelar Bundesliga direbut Bayer Leverkusen. Namun, itu tidak merusak reputasinya sebagai manajer kelas dunia.
Manchester United bahkan sempat menjalin pembicaraan untuk menjadikannya pengganti Erik ten Hag, sebelum pelatih Jerman itu menarik diri dari proses negosiasi.
Meski menghadapi masalah di kompetisi domestik, rekam jejak Tuchel di Eropa tetap solid. Ia berhasil membawa Bayern mencapai semifinal Liga Champions, sebelum disingkirkan oleh Real Madrid. Mengingat reputasi Madrid sebagai raja kompetisi tersebut, kekalahan itu sulit dijadikan penilaian negatif terhadap Tuchel.
Pelatih berusia 52 tahun itu kini resmi ditunjuk sebagai manajer baru Timnas Inggris, dengan misi mengakhiri penantian panjang meraih trofi bergengsi lagi.
Awal kepemimpinannya berjalan sempurna. Inggris menjadi tim Eropa pertama yang menuntaskan seluruh laga kualifikasi tanpa kehilangan satu poin pun dan tanpa kebobolan satu gol pun.
8. Enzo Maresca (Chelsea)
Enzo Maresca layak mendapatkan pujian besar atas kinernya impresifnya pada musim perdananya sebagai pelatih Chelsea. The Blues dikenal sebagai klub yang tidak mudah ditangani dan telah membuat banyak pelatih top sebelumnya gagal.
Setelah Chelsea hanya memenangkan satu dari enam laga pramusim jelang musim 2024/2025, banyak yang memperkirakan Maresca akan menjadi manajer Premier League pertama yang kehilangan pekerjaan musim itu.
Meski sempat mengalami periode yang goyah sepanjang musim, Maresca akhirnya berhasil membawa Chelsea finis di posisi keempat.
Lebih penting lagi, mantan pelatih Leicester City itu mempersembahkan dua trofi, UEFA Europa Conference League dan FIFA Club World Cup, yang mereka menangkan setelah tampil memukau dengan kemenangan 3-0 atas juara Liga Champions, Paris Saint-Germain, di partai final.
Musim ini, kemenangan terbaru atas Liverpool semakin memperkuat keyakinan bahwa Maresca semakin mantap duduk di kursi panas Stamford Bridge. Ia bahkan membawa Chelsea menang 3-0 atas Barcelona dan menutup pekan yang sama dengan hasil 1-1 melawan Arsenal, meski bermain dengan 10 pemain.
7. Antonio Conte (Napoli)
Meski masa-masa ketika Antonio Conte menjadi salah satu manajer paling panas di dunia telah berlalu, pelatih asal Italia itu berhasil kembali menegaskan diri sebagai salah satu ahli taktik terbaik bersama Napoli setelah membawa mereka meraih Scudetto keempat pada musim 2024/2025.
Kini, dengan tambahan pemain seperti Rasmus Hojlund dan Kevin De Bruyne, kesuksesan di musim ini tampaknya tinggal menunggu waktu!
Reputasi Conte sempat menurun setelah masa kepemimpinannya yang tidak berjalan mulus di Tottenham. Namun, sejarah menunjukkan ia sebenarnya melakukan pekerjaan yang patut diapresiasi mengingat situasi saat itu.
Sebelumnya, ia membawa Inter Milan menjuarai Serie A, membawa Chelsea meraih gelar Premier League, dan tampil impresif sebagai pelatih Timnas Italia. Semua itu terjadi hanya dalam rentang satu dekade.
6. Arne Slot (Liverpool)
Setelah menjalani periode yang solid bersama Feyenoord, Arne Slot dipilih menggantikan Jurgen Klopp di Liverpool pada musim panas 2024. Bebannya sungguh besar, mengingat warisan besar yang ditinggalkan Klopp di Anfield.
Slot memikul ekspektasi besar, dan sangat mudah baginya untuk langsung tertekan. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ia membawa Liverpool melesat ke puncak klasemen Premier League.
Slot menikmati start terbaik dalam sejarah manajer Liverpool, dan hingga kini tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. The Reds benar-benar tepat dalam memilih penerus Klopp, bahkan lebih dari yang diharapkan, berkat kecerdasan taktik pelatih asal Belanda tersebut.
Ia meroket dalam daftar peringkat manajer terbaik dunia musim ini, dan pihak klub pun langsung memberi dukungan penuh di bursa transfer.
Liverpool mendatangkan Hugo Ekitike, Florian Wirtz, dan Alexander Isak untuk memperkuat skuad. Namun, kedatangan para pemain itu belum langsung berbuah kesuksesan tambahan, karena Liverpool kini berada dalam periode buruk dengan sembilan kekalahan dari 13 pertandingan terakhir di semua kompetisi.
5. Xabi Alonso (Real Madrid)
Sepak terjang Xabi Alonso selama tiga musim bersama Bayer Leverkusen benar-benar luar biasa. Bayer Leverkusen mencatatkan rekor tak terkalahkan terpanjang di 10 liga top Eropa dan berhasil menumbangkan dominasi Bayern Munchen di Bundesliga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Alonso mempersembahkan gelar Bundesliga dan menambahkan DFB Pokal 2024 ke lemari trofi Leverkusen. Namun, ia gagal meraih kesuksesan di kompetisi Eropa pada musim yang sejatinya luar biasa tersebut.
Banyak klub besar di seluruh Eropa dikaitkan dengan pelatih muda terbaik di dunia itu, tetapi Real Madrid berhasil memenangkan persaingan untuk mendapatkan tanda tangannya.
Los Blancos kini merasakan hasil dari keputusan tersebut. Pada musim keduanya di Santiago Bernabeu, Alonso membawa Madrid duduk manis di puncak klasemen La Liga.
4. Hansi Flick (Barcelona)
Meski sempat mendapat kritik keras setelah periode buruk bersama Timnas Jerman, Hansi Flick kembali menunjukkan kelasnya sebagai salah satu pelatih top Eropa. Datang ke Barcelona dengan tekanan besar, eks pelatih Bayern Munchen itu justru mampu beradaptasi cepat dan mengembalikan permainan agresif khas Blaugrana.
Flick sukses membawa Barcelona menjuarai La Liga 2024/2025, tampil dengan sepak bola menyerang yang memikat publik Camp Nou. Pelatih berusia 60 tahun tersebut juga mempersembahkan Copa del Rey serta Piala Super Spanyol, memastikan treble domestik di musim perdananya di Catalonia. Ini awal yang nyaris sempurna.
Dengan fondasi permainan yang solid dan skuad yang kembali kompetitif, langkah selanjutnya bagi mantan klub Lionel Messi itu adalah kembali berjaya di Eropa. Dari apa yang ia tunjukkan sejauh ini, Flick tampak memiliki kapasitas dan mentalitas untuk membawa Barcelona kembali bersaing di level tertinggi benua.
3. Mikel Arteta (Arsenal)
Para pendukung Arsenal tentu akan menjagokan Mikel Arteta sebagai salah satu pelatih terbaik dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, ia berhasil mengubah wajah klub dan membawa The Gunners kembali bersaing memperebutkan gelar Premier League untuk tiga musim beruntun.
Andaikan Arsenal mampu menjadi juara Inggris untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, pelatih asal Spanyol itu hampir pasti dielu-elukan sebagai pahlawan.
Namun, realitasnya Arsenal belum berhasil menuntaskan perjuangan menuju trofi. Musim lalu, mereka tersingkir dari dua kompetisi domestik, yaitu gugur di perempat final Carabao Cup dan babak ketiga Piala FA. Perjalanan di Liga Champions juga berhenti di semifinal setelah dikalahkan Paris Saint-Germain.
Meski begitu, Arteta tetap mendapat apresiasi besar atas pekerjaannya membangun proyek jangka panjang di London Utara. Di bawah asuhannya, para suporter kembali berani bermimpi menyaksikan kesuksesan besar.
Kritik yang tersisa untuk Arteta adalah bahwa sejauh ini, harapan tersebut selalu bergantung pada kalimat yang sama, mungkin tahun depan akan menjadi tahun untuk mengakhiri puasa trofi.
2. Pep Guardiola (Manchester City)
Pep Guardiola masih memiliki reputasi yang cukup kuat untuk dipandang sebagai pelatih terbaik kedua di dunia saat ini. Manchester City sempat menorehkan sejarah dengan empat gelar Premier League beruntun, sebuah pencapaian yang belum pernah diraih klub Inggris lain.
Setelah mempersembahkan trofi Eropa pertama City sebagai bagian dari treble bersejarah tiga musim lalu, Guardiola semakin mengukuhkan statusnya sebagai salah satu manajer terhebat sepanjang masa. Meski musim 2024/2025 menjadi periode yang mengecewakan, kualitas dan rekam jejaknya membuatnya tetap berada di jajaran elit.
Kini, di usia 54 tahun, Guardiola masih memiliki waktu untuk mendekati warisan besar Sir Alex Ferguson di Premier League, sesuatu yang dahulu dianggap mustahil sejak sang legenda pensiun pada 2013. Walaupun City sempat goyah belakangan ini, kebangkitan performa pada awal musim terbaru menempatkan mereka kembali dalam perburuan gelar, posisi yang diyakini banyak pihak sebagai tempat alami The Citizens di bawah Guardiola.
1. Luis Enrique (Paris Saint-Germain)
Kemampuan Luis Enrique sebagai manajer benar-benar diuji ketika harus membawa Paris Saint-Germain memasuki era baru tanpa Kylian Mbappe. Sang megabintang hijrah ke Real Madrid pada musim panas 2024, dan Enrique dituntut menemukan formula kemenangan tanpa pemain terpenting klub dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, tugas berat itu justru berhasil ia tuntaskan dengan gemilang.
Enrique membawa PSG mengamankan gelar Ligue 1 lebih awal pada April 2025, sekaligus mentransformasi tim menjadi lebih solid dan dinamis dibanding era Mbappe. Dengan kehadiran Ousmane Dembele dan Khvicha Kvaratskhelia, Les Parisiens tampil eksplosif baik di kompetisi domestik maupun Eropa.
Musim 2024/2025 menjadi puncak kejayaan mereka. PSG sukses meraih treble bersejarah, yaitu Ligue 1, Coupe de France, dan gelar Liga Champions pertama dalam sejarah klub. Enrique mendapat banyak pujian atas peran krusialnya dalam membentuk identitas serta performa tim yang tampil luar biasa sepanjang musim.
Sumber: Give Me Sport