BMKG Jelaskan Pemicu Banjir Bandang di Sumatra, Peringatan Sudah Disampaikan Sepekan Lebih Awal

BMKG mengungkap penyebab banjir bandang yang terjadi di wilayah Pulau Sumatra. Peringatan dini sudah dikeluarkan delapan hari sebelum banjir sumatra menerjang.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 01 Desember 2025, 18:20 WIB
Gambar udara ini menunjukkan jembatan rusak akibat banjir bandang di jalan utama yang menghubungkan Aceh dan Sumatra Utara di Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia pada 28 November 2025. (Chaideer MAHYUDDIN/AFP)

Bola.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan penyebab banjir bandang yang melanda sejumlah daerah di Pulau Sumatra. BMKG menyampaikan bahwa sinyal bahaya sebenarnya telah diperingatkan jauh hari sebelum bencana terjadi.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, mengungkapkan, kemunculan Siklon Tropis Senyar, yang menjadi satu di antara pemicu banjir dan tanah longsor, telah terpantau sejak delapan hari sebelum sistem itu terbentuk sepenuhnya.

Advertisement

"Siklon Tropis Senyar itu sudah bisa kami prediksi sekitar delapan hari sebelum proses pembentukan siklon. Jadi, di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, Kepala Balai Besar BMKG wilayah 1 sudah memberikan warning delapan hari sebelumnya, diulang lagi empat hari sebelumnya, dan dua hari sebelumnya," ujar Teuku dalam rapat bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Jakarta, Senin (1-12-2025).

Menurut Teuku, peringatan dini tersebut seharusnya dapat segera ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah untuk diteruskan ke jajaran di bawahnya, sekaligus mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan.


Dampak Destruktif

Tim penyelamat memegang tali dalam upaya mengevakuasi kendaraan dan warga yang terjebak banjir di Padang, Provinsi Sumatera Barat pada Kamis 27 November 2025. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Sumatra Barat melaporkan, total 27.433 warga terdampak banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak awal pekan lalu. (REZAN SOLEH/AFP)

Teuku menjelaskan bahwa Indonesia pada dasarnya bukan wilayah yang rentan terhadap pembentukan siklon tropis.

Namun, anomali atmosfer yang terjadi pada periode tersebut membuat Senyar yang berada di Selat Malaka memproduksi hujan ekstrem dan memicu bencana besar di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

Ia memaparkan, kombinasi anomali cuaca, seruakan dingin (cold surge), dan faktor atmosfer lain membuat Senyar berkembang dalam suhu permukaan laut yang sangat hangat sehingga menghasilkan konsentrasi awan hujan dalam jumlah besar.

Kondisi tersebut memicu dampak destruktif, meski Senyar hanya tergolong siklon kategori rendah (1–5).

"Siklon Senyar itu bertabrakan dengan Siklon Koto yang menyebabkan hujan lebat terjebak di antara dataran Sumatra dan Semenanjung Malaysia sehingga berputar-putar, hujan lebat lebih dari dua hingga tiga hari. Di Pos Langsa (Aceh), tercatat 380 mm, itu hujan satu bulan dijatuhkan dalam satu hari, jadi bisa kita bayangkan dahsyatnya bencana akibat Siklon Senyar," tutur Teuku, seperti dikutip Antara.


BMKG Minta Mitigasi Diperkuat

Selain berdampak pada warga, bencana hidrometeorologi yang terjadi ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur dan permukiman. Tampak dalam foto, tim penyelamat mengevakuasi perempuan dan anak-anak dengan perahu karet saat banjir melanda permukiman di Padang, Sumatra Barat, pada 25 November 2025. (Ade Yuandha/AFP)

Teuku mengingatkan bahwa fenomena siklon tropis yang belakangan lebih sering muncul harus menjadi alarm bagi pemerintah.

Ia menilai, kini makin banyak bibit siklon yang tumbuh menjadi siklon dewasa, meskipun kawasan ekuator biasanya tidak mendukung pembentukan sistem tersebut.

"Kita harus bersiap-siap bahwa Indonesia tidak lagi menjadi negara yang aman terhadap siklon tropis. Sejak beberapa tahun terakhir, BMKG sudah membentuk pusat peringatan siklon tropis (tropical cyclone warning centre) karena bagaimanapun, kita harus waspada dengan ini," katanya.

Di tengah upaya distribusi bantuan bagi korban banjir di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara, BMKG juga sedang melaksanakan operasi modifikasi cuaca. Langkah ini dilakukan untuk menekan peluang hujan turun di lokasi-lokasi krusial.

Operasi tersebut dipusatkan di tiga posko, yaitu Posko Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda (Aceh), Posko Kualanamu (Medan), dan Posko Bandara Internasional Minangkabau (Padang).

Proses modifikasi cuaca diperkirakan berlangsung hingga Rabu (3-12-2025).

Berita Terkait