Investigasi 13 Tahun Tragedi Hillsborough: Polisi Dianggap Lalai dan Salahkan Suporter Tanpa Bukti

Laporan yang telah lama dinantikan mengenai tragedi Hillsborough akhirnya dipublikasikan pada Rabu (3/12/2025).

BolaCom | Wiwig PrayugiDiterbitkan 03 Desember 2025, 15:45 WIB
1. Tragedi Hillsborough (Inggris 1989) - Laga yang tak terlupakan bagi fans Liverpool dan Nottongham Forest. Pertandingan yang penting di laga semifinal FA Cup berimbas penuh sesaknya stadion Hillborough oleh fans fanatik kedua tim. (AFP/Paul Ellis)

Bola.com, London - Laporan yang telah lama dinantikan mengenai tragedi Hillsborough akhirnya dipublikasikan pada Rabu (3/12/2025).

Pengawas kepolisian Inggris merilis laporan mengejutkan yang mengungkap kegagalan serius aparat sebelum, selama, dan setelah tragedi Hillsborough 1989, bencana stadion terburuk dalam sejarah olahraga Inggris yang menewaskan 97 pendukung Liverpool.

Advertisement

Mengutip Sky Sport, Hasil investigasi ini mengungkap temuan yang mengguncang terkait peran kepolisian dalam bencana stadion terburuk dalam sejarah Inggris pada 1989. Investigasi selama 13 tahun tersebut menyimpulkan bahwa petinggi South Yorkshire Police menunjukkan kelalaian mendalam, gagal menjalankan tugas saat insiden berlangsung, dan kemudian berupaya terorganisasi untuk menyalahkan para suporter.

Laporan itu menyatakan bahwa 12 mantan perwira seharusnya menghadapi sidang pelanggaran berat (gross misconduct) jika masih bertugas, sementara satu lainnya akan menghadapi pelanggaran tingkat lebih rendah.

Investigasi menegaskan bahwa keputusan operasional krusial yang dibuat pada hari pertandingan berkontribusi langsung pada terjadinya penumpukan massa di area Leppings Lane, yang mengakibatkan 97 orang meninggal dunia.

Temuan tersebut kembali menegaskan hal yang telah lama diperjuangkan keluarga korban: para pendukung sama sekali tidak bersalah.


Persiapan yang Gagal

Mengenang tragedi Hillsborough, buket bunga dan hadiah lainnya diletakkan pada 20 April 1989. (AFP)

Menurut laporan, persiapan kepolisian untuk laga semifinal Piala FA tersebut berlangsung tanpa penilaian risiko yang memadai dan menunjukkan kurangnya kesadaran atas potensi bahaya.

Pada hari pertandingan, petugas juga gagal melihat meningkatnya ancaman di dalam penjara pembatas (central pens) dan tidak mengambil langkah yang tepat untuk mengurangi tekanan massa. Kelalaian inilah yang disebut sebagai penyebab langsung dari konsekuensi fatal.

Investigasi ini juga mengonfirmasi bahwa setelah tragedi terjadi, pihak kepolisian melakukan tindakan sistematis untuk mengalihkan tanggung jawab. Laporan tersebut menemukan bahwa banyak pernyataan polisi telah diubah secara signifikan guna menghapus kritik terhadap tindakan kepolisian.

Narasi menyesatkan mengenai perilaku pendukung yang menuding mereka mabuk, tidak memiliki tiket, atau bertindak tidak tertib, disebarluaskan meski tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

Bagi keluarga korban dan para penyintas, temuan ini menjadi validasi atas apa yang telah mereka perjuangkan selama puluhan tahun.


Tidak Transparan

Meski begitu, banyak keluarga dan penyintas menyampaikan kekecewaan karena tidak ada tindakan disipliner yang bisa dilakukan saat ini, mengingat seluruh perwira yang disebut dalam laporan telah pensiun. Regulasi saat ini tidak memungkinkan proses pelanggaran profesi dilakukan secara retrospektif kepada mantan petugas.

Temuan ini muncul menyusul hasil inquest tahun 2016, yang menyimpulkan bahwa 97 korban "dibunuh secara tidak sah” dan perilaku pendukung tidak berkontribusi pada tragedi. Satu-satunya sosok yang pernah dipidana terkait kejadian ini hanyalah mantan sekretaris Sheffield Wednesday FC, Graham Mackrell.

iLaporan terbaru ini memperkuat kesimpulan sebelumnya sekaligus menyoroti kegagalan institusional berulang, baik sebelum maupun setelah tragedi berlangsung. IOPC (Independent Office for Police Conduct) memuji keteguhan luar biasa keluarga korban dalam mengejar kebenaran selama lebih dari tiga dekade.

 


Tragedi

Laporan tersebut memberikan penilaian keras terhadap keputusan serta perilaku sejumlah perwira South Yorkshire Police, yang dinilai menunjukkan kelalaian, penanganan buruk saat situasi darurat berlangsung, dan upaya berulang untuk mengalihkan kesalahan kepada para suporter setelah kejadian.

Publikasi itu memicu gelombang reaksi luas dari keluarga korban, komunitas sepak bola, hingga para pemimpin politik. Banyak pihak menyoroti betapa temuan ini semakin memperkuat apa yang telah disampaikan keluarga korban selama puluhan tahun: para pendukung tidak bersalah dan justru menjadi korban dari kegagalan institusional yang parah.


Reaksi Keluarga Korban

Dalam konferensi pers yang digelar di kantor firma hukum Broudie Jackson Canter yang mewakili sejumlah keluarga korban, Charlotte Hennessy menyampaikan reaksinya atas laporan terbaru mengenai tragedi Hillsborough. Ayah Charlotte, Jimmy Hennessy, adalah salah satu dari 97 pendukung Liverpool yang meninggal dalam bencana tersebut.

“Tidak akan ada seorang pun yang masuk penjara karena membunuh mereka, jadi kami tidak akan pernah mendapatkan keadilan dan kami sudah tahu itu,” kata Charlotte dengan suara penuh emosi.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa laporan yang baru dirilis setidaknya memberikan satu hal penting yang telah diperjuangkan para keluarga dan penyintas selama puluhan tahun: pengakuan resmi bahwa kesaksian mereka benar.

Menurut Charlotte, temuan laporan itu mengonfirmasi apa yang sejak awal telah diceritakan oleh para penyintas  bahwa para suporter tidak bersalah dan tidak bertanggung jawab atas tragedi tersebut.

“Yang terpenting, kebenaran sekarang sudah tidak bisa disangkal,” ujarnya.

Sumber: Sky Sport, BBC