Bola.com, Jakarta - Banyaknya pelatih asing yang berkarier di Liga Indonesia, khususunya BRI Super League, masih saja menjadi sorotan.
Itu tentu saja berdampak kepada pelatih lokal karena peluang untuk bersaing di kasta teratas Indonesia semakin sempit bahkan nyaris tak ada tempat.
Jessie Mustamu, mantan pemain Timnas Indonesia yang juga dikenal sebagai pelatih sejumlah klub ikut angkat suara ketika menjadi tamu di kanal YouTube Etv Sport belum lama ini.
"Kalau dari saya, itu kembali lagi yang membuat kebijakan sebenarnya. Membuat kebijakan berarti di federasi. Kalau federasi membuat sebuah regulasi di mana ada pembatasan, kita mampu kok sebenarnya pelatih-pelatih lokal untuk bersaing di level Liga 1," kata Jessie Mustamu.
"Cuma kita tidak tahu apakah ada faktor lain. Istilahnya dengan menggunakan pelatih asing, dalam hal ini juga pemauin asing, kita juga bicara market. Akhirnya lari ke bisnis juga," imbuh eks pemain PSIS Semarang yang pernah menukangi PSCS Cilacap, PS Batam, dan PSAP Sigli.
Soal Kuantitas?
Ketika ditanya apakah arah federasi ingin menciptakan banyak pelatih secara kuantitas atau sebenarnya ingin menciptakan pelatih yang berkualitas, pria 62 tahun yang saat ini membesut Lombik FC, mengatakan tentu saja kualitas.
"Tujuan akhirnya memang berkualitas. Jadi sekarang kita memang karena wilayah Indonesia yang begitu luas, di mana pembinaannya itu harus merata semuanya memang kita berharap bahwa setiap daerah sudah ada muncul pelatih-pelatih yang paham cara melatih yang benar," ujarnya.
Kejar Target
Terkait adanya anggapan bahwa yang tak lulus akhirnya diluluskan guna mengejar target, Jessie Mustamu mencoba meluruskan.
"Sebenarnya memang dalam setiap kursus pelatih ya istilah, kebetulan saya yang bekerja di sana ada memang yang tidak lulus juga. Memang ada yang tidak secara 100 persen bahwa mereka harus lulus semua. Bergantung dari kualitas mereka. Kalau memang betul-betul kita sebagai institusi tidak layak dan kita tidak akan luluskan mereka," paparnya.
Kalau di luar negeri kalau mau dapat lisensi dari C ke B kan ada persyaratannya. Dia harus berapa tahun melatih. Misalnya entah dua atau tiga tahun. Tapi di Indonesia tak perlu waktu bertahun-tahun ya?
"Aturan awalnya memang, sebenarnya aturannya memang tidak bisa langsung. Pelatih-pelatih itu ada jenjang. Istilahnya dari C ke B itu harus 2 tahun mereka sudah harus mengimplementasikan ilmu yang mereka dapat," kata Jessie Mustamu.
Butuh Mentor
Menurut Jessie Mustamu, hal yang menjadi perhatian serius saat ini adalah setiap pelatih butuh seorang mentor saat menjalankan tugas di lapangan.
"Cuma yang saya jadi pertanyaan saya adalah ketika 2 tahun dia mengimplementasikan, tetap seorang pelatih itu butuh mentor. Nah, ini yang kita kurang di situ. Pelatih-pelatih itu ketika selesai kursus, mereka dengan apa yang mereka dapat di kursus mereka jalankan di seso kepelatihan di lapangan," jelasnya.
"Buat saya pentingnya seorang mentor di situ dalam membimbing mereka sebenarnya. Nah, kita lemahnya di situ banyak pelatih yang kurang memiliki mentor. Tetap harus ada mentor. Saya pikir mentor itu penting sekali," pungkas Jessie Mustamu.