Bola.com, Jakarta - Muhammad Khalid Wardana hidup jauh dari kampung halamannya di Banda Aceh, Aceh. Namun Chiang Mai, Thailand, memberinya ruang untuk merasa tidak terlalu jauh dari rumah.
Mahasiswa berusia 30 tahun itu kini menapaki tahun kelimanya di Thailand dan tahun keduanya di Chiang Mai dengan tujuan menyelesaikan studi S2 di bidang Social Science, program Development Studies.
Selama dua tahun terakhir menempuh studi, Khalid mengakui perjalanan akademiknya berjalan bersisian dengan pekerjaan yang ia geluti. Kombinasi keduanya membuat waktunya lebih panjang, namun ia menikmati proses itu.
"Saya kuliah di Chiang Mai sudah jalan dua tahun, cuma saya sudah tahun kelima di Thailand dan saya kerja sambil kuliah. Memang tahun lalu saya baru beres defense proposal, jadi setelah itu tinggal fokus di publikasi," ujar Khalid membuka cerita kepada Bola.com, Kamis (11/12/2025).
Ketenangan Chiang Mai menjadi alasan kuat yang membuat Khalid bertahan sejauh ini. Diaa menemukan suasana yang akrab dan jauh dari hiruk pikuk kota besar Thailand.
"Chiang Mai kota yang lumayan damai, lumayan tenang, dengan kegiatan bisnisnya juga tidak banyak. Paling nyaman untuk tinggal, banyak tempat yang bisa dikunjungi, terus makanan halal juga banyak," tuturnya.
Kemiripan Chiang Mai dengan Banda Aceh
Khalid juga merasakan kemiripan suasana antara Chiang Mai dan Banda Aceh, sesuatu yang membuat adaptasinya lebih mudah. Dia menyebut kota itu seperti rumah kedua sejak pertama kali datang.
"Kalau di Chiang Mai ini pertama kali saya merasakan saya kayak kembali ke rumah karena memang suasana kota saya kan juga kota yang tidak terlalu ramai kayak di Bangkok," ucapnya.
Keberadaan komunitas Indonesia di Chiang Mai ikut memperkuat kenyamanan Khalid. Keberadaan puluhan mahasiswa dan pekerja Indonesia membuatnya tidak merasa sendirian.
"Kalau yang bekerja itu mungkin ada sekitar 20-30 orang, tapi untuk yang di kawasan mahasiswa juga ada sekitar 20 orang, kalau saya totalnya mungkin sekitar 60-80 orang," ungkap Khalid.
Di tengah kehidupannya di Thailand, Khalid tak menutup mata terhadap perbedaan budaya. Dia mengakui beberapa aspek sosial terasa lebih longgar dibandingkan Indonesia, tetapi pengalaman itu justru membuatnya belajar banyak.
"Culture shock di sini banyak sekali kegiatan-kegiatan itu yang sangat bebas, yang cukup bebas dan bebas dalam artian agak free, dan agak melanggar norma-norma sosial dibandingkan dengan Indonesia," terangnya.
Lebih Pilh Chiangmai daripada Bangkok
Keputusan memilih Chiang Mai sebagai tempat kuliah lahir dari pertimbangan finansial dan ritme hidup. Dia memilih beasiswa penuh di Chiang Mai dibanding kampus ternama di Bangkok.
"Kenapa saya mengambil Chiang Mai? Karena kalau saya mengambil di Bangkok, saya masih harus bayar biaya SPP, karena itu di luar dari budget saya, dan kedua di Bangkok itu kan saya kuliah, jadi saya harus kerja di Bangkok," paparnya.
Soal biaya hidup, Khalid menyebut Chiang Mai relatif lebih terjangkau dibanding Bangkok meski kini terasa meningkat karena kurs Rupiah yang makin melemah. Makanan dan kebutuhan sehari-hari masih bisa diatur tanpa membebani kantong.
"Di Chiang Mai itu bisa ada 30-40 baht (Rp15-21 ribu) untuk makan, kalau di Bangkok bisa 70-80 baht (Rp36-42 ribu). Tidak terlalu jauh tapi bisa memang hemat," katanya.
Menyusun Masa Depan, Mempelajari Chiang Mai
Di tengah peliputan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025, Bola.com yang berada di Chiang Mai sejak 7 Desember 2025, bertemu Khalid yang tampak mantap menyusun rencana masa depannya. Di ingin mencoba peluang di lembaga internasional setelah lulus nanti.
"Saya akan coba apply ke pusat-pusat internasional di UN. Tapi itu planning, itu sementara saya masih punya kerjaan lama saya, saya akan bertahan lebih dulu," ujar Khalid.
Khalid menilai Chiang Mai memberi banyak pelajaran penting, terutama soal hubungan antara alam, manusia, dan tata kelola ruang hidup. Kota itu menurutnya berhasil menjaga keseimbangan keduanya.
"Mereka menjaga adanya kesinambungan antara alam dan orang yang bermukim di situ. Saya sudah beberapa kali ke national park dan saya lihat itu cukup cerdik untuk menjaga alam yang ada di Chiang Mai," ucap Khalid.
"Kita harus belajar kembali gimana sih caranya kita sebagai warga Indonesia, sebagai pemerintah bisa hidup bersandingan dengan hutan dan alam yang di sekitar kita," imbuhnya mengakhiri.