Cerita Beratnya Jadi Rekan Setim Marc Marquez: Ketika Kamu Menderita dan Dia Menang, Itu Membunuhmu

Seorang mantan rekan setim Marc Marquez mengungkapkan betapa sulitnya menjadi rekan setim pengoleksi tujuh gelar juara dunia MotoGP itu.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 17 Desember 2025, 18:00 WIB
Pembalap MotoGP Spanyol dari Tim Ducati Lenovo, Marc Marquez (tengah), dan rekan setimnya dari Italia, Francesco Bagnaia (kiri), berjalan menuju pit sebelum sesi pemanasan MotoGP Grand Prix Jepang di Mobility Resort Motegi, Motegi, Prefektur Tochigi, pada 28 September 2025. (Toshifumi KITAMURA/AFP)

Bola.com, Jakarta - Mantan pembalap Honda, Pol Espargaro, mengungkapkan betapa beratnya menjadi rekan setim Marc Marquez.

Ia menyebut situasi tersebut bisa sangat menggerus mental, terutama ketika dirinya kesulitan, sementara Marquez justru tampil sebagai pemenang.

Advertisement

"Ketika Anda menderita dan dia menang, itu 'membunuh' Anda," ujar Espargaro.

Sepanjang kariernya di MotoGP, Marquez dikenal sebagai talenta luar biasa lintas generasi, dengan kemampuan beradaptasi yang hampir tak tertandingi terhadap berbagai karakter motor.

Bersama Honda, pembalap asal Spanyol itu merebut enam gelar juara dunia dalam rentang tujuh musim.

Sejumlah gelar tersebut diraih menggunakan RC213V, motor yang kerap menyulitkan pembalap Honda lainnya.

 


Cerita Espargaro

Pol Espargaro dari Spanyol dan Red Bull KTM Factory Racing serta pembicara TV tersenyum di dinding pit selama sesi latihan kualifikasi MotoGP AS - Kualifikasi pada 29 Maret 2025 di Austin, Texas. (Mirco Lazzari gp/Getty Images via AFP)

Espargaro bergabung dengan Honda pada musim 2021. Namun, selama dua musim yang ia jalani bersama tim pabrikan Jepang tersebut, hasil yang diraih tergolong minim.

Ia hanya mencatatkan dua podium, di tengah periode sulit yang justru masih bisa dilalui Marquez dengan meraih kemenangan, meski kondisi fisiknya belum sepenuhnya pulih setelah cedera lengan serius pada 2020.

Di akhir kebersamaannya dengan Honda, Espargaro mengakui tekanan yang ia rasakan tidak hanya berdampak pada lintasan, tetapi juga merembet ke kehidupan pribadinya.

Pengalaman Espargaro di Honda, menurutnya, memiliki kemiripan dengan situasi yang dialami Francesco "Pecco" Bagnaia pada musim 2025.

 


Memahami Situasi Pecco Bagnaia

Pecco Bagnaia pada balapan MotoGP Austria 2025. (ERWIN SCHERIAU / APA / AFP)

Ya, sepanjang 2025, Bagnaia kesulitan tampil kompetitif dengan Ducati yang justru didominasi Marquez hingga merebut gelar juara dunia.

"Ketika Anda menderita dan dia tidak, dan dia menang seperti yang dia lakukan, itu membunuh Anda," ungkap Espargaro dalam wawancara dengan AS

Espargaro, yang kini berperan sebagai pembalap penguji KTM, menilai Bagnaia berada dalam kondisi yang tidak ideal.

"Pecco ada dalam situasi di mana dia tidak nyaman; dia tidak nyaman dengan motornya," kata Espargaro.

Menurutnya, justru dalam kondisi seperti itulah keunggulan Marquez terlihat jelas.

"Dalam keadaan seperti ini, ketika motor mulai menunjukkan kekurangan, di situlah Marc mengeluarkan potensi sejatinya, potensi terbesarnya," ujarnya.

"Dia mampu beradaptasi dengan masalah dengan cara yang tidak bisa dilakukan pembalap lain," imbuh adik Aleix Espargaro itu.

 


Tak Perlu Bukti

Marc Marquez sukses merebut pole position MotoGP Jerman 2025. Tampak dalam foto, pembalap MotoGP asal Spanyol dari Ducati Lenovo Team, Marc Marquez saat sesi latihan Grand Prix motor MotoGP Jerman di di Sirkuit Sachsenring, Hohenstein-Ernstthal, Chemnitz, Jerman, 12 Juli 2025. (Ronny Hartmann/AFP)

Pada musim 2025, Marquez mencatatkan 11 kemenangan grand prix dan 14 kemenangan sprint. Hasil tersebut memastikan gelar juara dunia kelas utama ketujuh dalam kariernya, yang ia kunci dengan menyisakan lima seri sebelum musim berakhir.

Gelar itu datang dua tahun setelah keputusannya meninggalkan Honda dan bergabung dengan tim satelit Ducati, Gresini, pada 2023.

Saat itu, Marquez rela tidak menerima gaji demi menggunakan motor Ducati generasi lama untuk menemukan kembali performa terbaiknya setelah cedera 2020.

"Dia tidak perlu menjuarai dunia bersama Ducati untuk membuktikan bahwa dirinya yang terbaik," ujar Espargaro.

Meski brgitu, Marquez harus mengakhiri musim 2025 lebih cepat setelah mengalami cedera bahu yang rumit akibat insiden di Grand Prix Indonesia, yang membuatnya absen pada empat seri terakhir.

Proses pemulihannya disebut berjalan positif. Marquez diperkirakan sudah bisa kembali turun lintasan pada tes pramusim pertama yang dijadwalkan berlangsung di Sepang, Februari mendatang.

 

Sumber: Crash

Berita Terkait