Mengapa MU Kerap Kehilangan Kendali saat Sudah Unggul?

Mengapa MU kesulitan mengendalikan permainan saat unggul? Berikut ini ulasannya.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 18 Desember 2025, 15:15 WIB
Bek Manchester United asal Belanda #04, Matthijs de Ligt (2R), merayakan gol kedua mereka di menit-menit akhir bersama rekan satu timnya dalam pertandingan Premier League Inggris antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di Stadion Tottenham Hotspur, London, pada 8 November 2025. (Ben STANSALL/AFP)

Bola.com, Jakarta - Kemenangan 2-1 Manchester United atas Crystal Palace bulan lalu sempat memberi kepuasan tersendiri bagi Ruben Amorim.

Namun, di balik hasil positif itu, pelatih MU itu masih melihat persoalan yang belum terselesaikan: ketidakmampuan timnya mengontrol pertandingan setelah berada dalam posisi unggul.

Advertisement

Masalah tersebut berulang sepanjang musim ini. Sejak awal kompetisi 2025/26, Setan Merah berkali-kali lebih dulu memimpin laga, tetapi kemudian kehilangan kendali permainan dan kebobolan.

"Ketika kami mencetak gol, kami melupakan cara bermain yang seharusnya kami pertahankan," ujar Amorim setelah hasil imbang 1-1 melawan Fulham, Agustus lalu.

"Kami hanya berpikir untuk menjaga hasil. Kami sangat ingin menang sampai lupa menjaga penguasaan bola dan mendorong lawan lebih ke dalam. Kami justru memberikan sedikit permainan kepada Fulham," lanjutnya.

Baca ulasan The Athletic selengkapnya, di bawah ini.


Hilang Kontrol

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim memberikan instruksi pada Matheus Cunha di laga melawan Bournemouth, 16 Desember 2025. (AP Photo/Jon Super)

Kehilangan keunggulan kembali terjadi pada dua hasil imbang 2-2 melawan Nottingham Forest dan Tottenham Hotspur pada November. Seusai laga di City Ground, Amorim menilai momen krusial menjadi penentu.

"Kami kehilangan kontrol permainan selama lima menit dan kami harus membayarnya," kata Amorim dalam konferensi pers seusai pertandingan.

Tren serupa terlihat saat MU ditahan 1-1 oleh West Ham United di Old Trafford. Gol Soungoutou Magassa pada menit ke-83 menggagalkan keunggulan yang sebelumnya dibawa Diogo Dalot.

Kendati tidak sepenuhnya kehilangan kontrol, Bruno Fernandes dkk. gagal menciptakan cukup peluang untuk mencetak gol kedua dan mengunci kemenangan.

Puncaknya terjadi pada hasil imbang dramatis 4-4 melawan Bournemouth, Selasa dini hari WIB.


Gagal Mengelola Situasi

Gelandang Manchester United asal Inggris bernomor punggung 37, Kobbie Mainoo (C), berduel dengan gelandang Bournemouth asal Inggris bernomor punggung 16, Marcus Tavernier (L), selama pertandingan Liga Inggris antara Manchester United dan Bournemouth di Old Trafford, Manchester, barat laut Inggris, Selasa (16-12-2025) dini hari WIB. (PETER POWELL/AFP)

Dalam laga tersebut, masalah MU dalam mengelola situasi unggul terlihat jelas: gagal memaksimalkan peluang untuk memperlebar keunggulan di babak pertama, kehilangan kontrol di awal babak kedua, hingga tak mampu mempertahankan keunggulan 4-3 menjelang akhir laga.

"Jika melihat pertandingan ini, orang mungkin berpikir kami kehilangan dua poin di babak kedua," kata Amorim kepada wartawan seusai laga.

"Saya justru berpikir kami kehilangan dua poin di babak pertama. Kami seharusnya mencetak lebih banyak gol, hasil di babak pertama seharusnya berbeda," ucap pelatih asal Portugal itu.

Ketajaman MU saat unggul juga tecermin dalam data expected goals (xG). Musim ini, Setan Merah mencatat selisih minus 3,2 dari non-penalty xG ketika berada dalam kondisi unggul, yang terburuk di Liga Inggris dalam kategori winning game states.

Ketika gagal menambah gol, MU membiarkan lawan tetap berada dalam pertandingan dan mengancam kerja keras yang telah mereka bangun sejak awal.

Sepanjang musim ini, MU mencetak gol pembuka dalam 11 dari 16 laga Liga Inggris, serta menghabiskan sekitar 40 persen menit pertandingan dalam kondisi unggul, persentase tertinggi ketiga di liga setelah Arsenal (42 persen) dan Manchester City (55 persen).


Sirkulasi Bola

Pemain West Ham, Jarrod Bowen (kiri) melepaskan tendangan ke arah gawang Manchester United pada lanjutan Liga Inggris 2025/2026 di Stadion Old Trafford, Jumat (5/12/2025) malam WIB. (AP Photo/Ian Hodgson)

Namun, performa MU saat memimpin skor kerap tidak diiringi kontrol permainan yang memadai. Alih-alih memperlambat tempo, menjaga penguasaan bola, dan menunggu momen yang tepat untuk menyerang, Amad Diallo cs. justru terus bermain dengan ritme yang sama.

"Kami memulai pertandingan dengan sangat baik, babak pertama sangat bagus, hasilnya seharusnya jauh berbeda," ujar Amorim kepada Sky Sports setelah laga kontra Bournemouth.

"Lagi-lagi, enam menit di awal babak kedua mirip seperti saat melawan Nottingham Forest. Kami kehilangan konsentrasi."

"Kami bisa kembali ke pertandingan, lalu kami harus menyelesaikannya. Bahkan hanya dari lemparan ke dalam saat bola ada dalam penguasaan kami, kami perlu berpikir untuk tidak terus menyerang, tapi tetap tenang dan menutup pertandingan," ulas Amorim.

Secara sederhana, MU dinilai kurang melakukan sirkulasi bola ketika sudah unggul. Berdasarkan data rangkaian umpan terbuka dengan 10 operan atau lebih, MU hanya mencatat 4,4 rangkaian per 90 menit saat memimpin skor, angka kesembilan terendah di Liga Inggris musim ini.


Serangan Langsung

Freddie Potts mencoba merebut bola dari kaki Bryan Mbeumo di laga Manchester United vs West Ham Jumat (5/12/2025) (AP Photo/Ian Hodgson)

Minimnya penguasaan bola dalam waktu lama membuat MU rentan kehilangan bola dan menghadapi transisi cepat lawan. Selain itu, rangkaian umpan yang pendek turut memengaruhi struktur rest-defence tim.

Ketika bola terlalu cepat dialirkan ke depan sebelum bek tengah dan gelandang berada di posisi yang siap bertahan, MU menjadi rapuh saat kehilangan penguasaan.

Kerentanan ini terlihat dari jumlah serangan langsung yang mereka terima ketika unggul.

Serangan langsung didefinisikan sebagai penguasaan bola yang dimulai dari area sendiri dan berujung pada tembakan atau sentuhan di kotak penalti lawan dalam waktu 15 detik, dengan kata lain, serangan balik.

Dalam kondisi unggul, MU kebobolan 2,8 serangan langsung per 90 menit di Liga Inggris musim ini, catatan terburuk ketiga di kompetisi.


Gaya Main Tim

Penyerang Tottenham Hotspur asal Brasil #09, Richarlison (3 kiri), berebut dengan bek Manchester United asal Prancis #15, Leny Yoro (2 kiri), dan penyerang Manchester United asal Pantai Gading #16, Amad Diallo (tengah), dalam pertandingan Premier League Inggris antara Tottenham Hotspur dan Manchester United di Stadion Tottenham Hotspur, London, pada 8 November 2025. (Ben STANSALL/AFP)

Gaya bermain tim saat memimpin skor sangat menentukan jumlah serangan balik yang dihadapi.

Tim yang memilih bertahan rendah setelah unggul memang jarang kebobolan lewat serangan balik, tetapi mereka harus merelakan penguasaan bola dan memberi lawan kesempatan menekan terus-menerus.

Di situlah keseimbangan dibutuhkan: tetap menyerang tanpa kehilangan kontrol pertandingan.

"Ini soal pemahaman permainan dan bagaimana memainkan laga di momen-momen yang berbeda," kata Amorim dalam konferensi pers seusai laga melawan Bournemouth.

"Kadang, menutup pertandingan dengan baik itu sangat penting untuk memberi dampak berbeda pada semua hal yang sebenarnya sudah kami lakukan dengan sangat baik," ujarnya.

 

Sumber: The Athletic via NY Times

Berita Terkait