Sukses


    PB ISSI Buka-bukaan soal Kegagalan Indonesia di Balap Sepeda Trek di Asian Games

    Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari angkat bicara soal kegagalan tim sepeda trek Indonesia yang belum menyumbang medali Asian Games. Apa katanya?

    Hingga hari keempat, Kamis (30/8/2018), di cabang olahraga sepeda trek Asian Games 2018, Ayustina Delia Priatna dan kawan-kawan belum mampu meraih medali emas. Ayustina yang sudah tampil di dua nomor, omnium dan individual pursuit 3.000 meter gagal mendulang medali.

    Sementara itu, atlet sepeda balap trek Indonesia, Nandra Eko Wahyudi yang turun di nomor omnium putra juga gagal. Dia berada di peringkat ke-14 dengan raihan 56 poin.

    Penyebab kegagalan ini, kata Okto, akibat minimnya atlet balap sepeda trek. PB ISSI kesulitan mencari atlet untuk tampil di Asian Games 2018 lantaran tak punya venue latihan.

    Jakarta International Velodrome sendiri baru rampung pada 30 Juli 2018. Venue yang dibangun oleh Wika selama dua tahun itu sudah mendapat sertifikasi dari Union Cycliste Internationale (UCI) pada 15 Agustus 2018.

    "Ya, kami kekurangan atlet. Tapi ini tantangan buat kami. Di ajang multi event kali ini kami hanya memberikan jam terbang kepada atlet," kata Raja Sapta.

    "Atlet balap sepeda Indonesia itu terbatas banget. Buat Asian Games, kami bahkan masih pinjam atlet dari BMX. Susah banget cari atlet sesuai ekspekstasi. Wajar saja Indonesia baru punya trek Velodrome baru-baru ini buat keperluan Asian Games," ujarnya menambahkan.

    Raja Sapta melanjutkan, dengan adanya Jakarta International Velodrome, PB ISSI bisa menemukan banyak atlet. Dia berharap pemerintah bisa membebaskan venue tersebut untuk berbagai ajang sepeda trek.

    "Ya, semoga sebulan sekali ada kegiatan di sini. Ibaratnya, seperti ini kira-kira, kita pengen juara motor balap, tapi tak punya motor. Sekarang kan sudah, tentu harus juara ke depannya," ucapnya.

    Kendala lain yang dijumpai PB ISSI adalah alat. Mereka sempat kesulitan mencari perlengkapan untuk Asian Games, termasuk sepeda.

    "Sepeda itu, kami baru dapat sebulan yang lalu. Kalaupun punya duit, belum tentu kami bisa beli, karena harus menunggu selama enam bulan. Untungnya, saya punya koneksi dari negara tetangga. Kuota milik mereka yang kami bayar," kata Raja Sapta mengakhiri percakapan.

    Video Populer

    Foto Populer