Sukses


Rudy Eka Priyambada, Pelatih Muda yang Hijrah ke Bahrain

Bola.com, Jakarta - Pemegang lisensi A AFC termuda di Indonesia saat ini, Rudy Eka Priyambada, bersiap menuju Bahrain untuk menjalani babak baru dalam karier kepelatihannya.

Pria berusia 32 tahun itu menjalani kesepakatan dengan klub Bahrain, Al Najma, untuk jadi asisten pelatih serta direktur analis teknik mulai musim 2015-2016. Dengan itu, Rudy jadi pelatih Indonesia pertama yang menapaki karier kepelatihan di klub profesional luar negeri.

Berikut wawancara Bola.com dengan asisten pelatih Mitra Kukar 2013-2015 itu terkait kesiapan menuju Bahrain serta mimpi-mimpinya.

Bisa diceritakan bagaimana awalnya hingga Anda bisa ditawari masuk jajaran pelatih di Al Najma?

Semua bermula dari ajakan teman seangkatan di AFC Project Future Asia Coach pada 2009. Kami masih berteman baik dan suatu ketika dia menghubungi saya dan memberitahukan perihal peluang ini. Proses kesepakatan dan sebagainya tak berjalan lama karena tekad saya sudah bulat. Memang sempat ada pembicaraan dengan Mitra Kukar ketika saya mengutarakan niat saya, namun akhirnya pihak Mitra mengizinkan saya meninggalkan klub karena memang begitu kompetisi terhenti, sesuai kontrak, saya bisa meninggalkan klub.

Apa yang membuat Anda bersedia menerima tawaran itu?

Pertama, karena kondisi sepak bola Indonesia yang seperti ini. Saya tak mau larut terlalu lama dalam kondisi sekarang yang serba tak menentu. Tapi, lebih besar dari itu, saya punya mimpi berkarier sebagai pelatih di luar negeri, terutama Eropa. Keberadaan saya di Bahrain, bisa dibilang jadi batu loncatan buat saya mencapai impian itu. 

Seperti yang saya sampaikan, saya ingin membuktikan bila orang Indonesia juga bisa berkarier di bidang kepelatihan di mancanegara, tidak hanya kedatangan pelatih asing terus. Saya juga ingin menunjukkan bisa jadi inspirasi bagi pelatih yang bukan berlatar belakang mantan pemain untuk tidak ragu menapaki karier mereka.

Saya bangga bisa jadi pelatih Indonesia pertama yang berkarier di luar negeri sebagai pelatih. Untuk awalnya, memang sebagai asisten pelatih dulu, tetapi saya tentu punya impian jadi pelatih kepala. Hanya, perjalanan ke sana masih panjang karena untuk mengambil lisensi lain, seperti AFC Pro, dengan lisensi A AFC ini saya harus menambah pengalaman melatih selama dua tahun lagi. Untuk sementara, lisensi A AFC yang saya miliki sudah cukup tinggi. Doakan saja saya semoga mampu menggapai impian itu.

Berapa lama di Al Najma dan berapa besaran nilai kontrak Anda?

Sebenarnya saya ditawari kontrak jangka panjang hingga empat-lima tahun, tetapi saya putuskan mengambil durasi setahun dulu. Kontrak saya akan berakhir April 2016. Soal besaran kontrak, hal itu relatif. Bisa dianggap besar, bisa dianggap kecil, atau cukup. Yang pasti saya sudah mencapai kesepakatan dan tidak merasa dirugikan.

Bagaimana menurut Anda sepak bola di Timur Tengah yang akan Anda hadapi?

Sepak bola di kawasan itu bisa dibilang maju, terbukti ada yang bisa jadi peserta Piala Dunia, tidak kalah dengan negara-negara di kawasan Asia Timur. Negara seperti Qatar dan Irak sepak bola-nya cukup kuat. UEA juga akan jadi tuan rumah Piala Asia 2019. Saya beruntung akan mendapat pengalaman di sana.

Tertarik memperkenalkan atau membawa pemain Indonesia ke Bahrain?

Ada keinginan seperti itu, tetapi dilihat saja nanti.

Kapan Anda berangkat dan persiapan seperti apa yang dilakukan?

Saya berangkat pada 25 Juli. Saya berangkat sendirian karena anak dan istri untuk sementara tidak saya ajak. Soal persiapan, selain mental, ya paling terkait bahasa. Saya sedang mempelajari bahasa Arab secara otodidak. Dulu, saya juga belajar bahasa Inggris dengan cara sama. Yang lain sih, biasa saja dan sejauh ini saya juga terus kontak-kontakan dengan pihak klub Al Najma.

Baca Juga : 

Pemain Mitra Kukar Ditawari Gabung Klub Myanmar

Menang Tipis Atas Mitra Kukar, Gresik United Tembus Tiga Besar

Resmi Perkuat Klub Myanmar, Dedi Deg-degan Nantikan Debut

Video Populer

Foto Populer