Sukses


Matang vs Caretaker, Adu Strategi Pelatih Grup B Piala Presiden

Bola.com, Jakarta - Persaingan fase penyisisihan Grup B Piala Presiden 2015 di Stadion Kanjuruhan, Malang, menyajikan sensasi berbeda. Arema Cronus, Sriwijaya FC, Persela Lamongan, dan Martapura FC disokong pelatih beda gaya dan pengalaman.

Satu kesamaan dari sosok-sosok arsitek tim kontestan Grup B. Mereka sama-sama doyan bermain ofensif, mungkin hanya Persela yang akan cenderung bertahan. Jangan heran pertandingan-pertandingan penyisihan di grup ini nantinya bakal menghibur, karena keempat tim bakal bermain terbuka saling jual serangan. Bola.com menyajikan profil pelatih di Grup B. Siapa saja mereka?

1. Joko Susilo (Arema)

Caretaker Arema Cronus, Joko Susilo bertekad membawa timnya meraih hasil terbaik di Piala Presiden untuk mendiang Suharno. (Bola.com/Kevin Setiawan)

Joko Susilo naik posisi sebagai pelatih kepala Arema Cronus secara mendadak. Komandan asli Tim Singo Edan, Suharno, pada Rabu (19/8/2015), secara mendadak meninggal dunia karena serangan jantung.

Beruntung, jam terbang Joko sebagai asisten pelatih di Arema terhitung tinggi. Pria yang akrab disapa Gethuk tersebut juga pernah dihadapkan situasi serupa saat almarhum Miroslav Janu secara mendadak meninggalkan pos pelatih Arema karena faktor nonteknis di pengujung Liga Indonesia 2007-2008.

Posisi Joko sebagai asisten pelatih di Arema awet sejak 2007. Sebagai salah satu legenda di Arema, ia amat memahami filosofi permainan Kera-kera Ngalam. Keunggulan itu yang mempermudah tugas Gethuk di Piala Presiden 2015. Ia sosok kepercayaan Suharno pada musim lalu. Sejumlah pemain yang ada saat ini di Arema pernah ditempa Joko Susilo di level junior.

Joko diprediksi tidak akan banyak melakukan perubahan strategi bermain Arema. Ahmad Bustomi dkk. akan bermain dengan pakem andalan Suharno 3-5-2 dan 4-4-2.

Status tuan rumah di fase penyisihan bakal mempermudah Joko menjalankan tugasnya. Injeksi dukungan dari kelompok suporter Aremania akan membuat para pemain bersemangat saat berlaga di lapangan. 

2. Benny Dollo (Sriwijaya FC)

Benny Dollo, pengalamannya diharapkan membawa tuah bagi Sriwijaya FC. (Bola.com/Riskha Prasetya)

Sosok Benny Dollo jadi pelatih paling berpengalaman di Grup B. Nakhoda asal Manado, Sulawesi Utara, 22 September 1950, sudah memulai karier menjadi pelatih sejak 1983 di klub UMS 80. Jam terbang yang tinggi dibarengi prestasi.

Di era Galatama pelatih yang akrab disapa Bendol itu sukses mempersembahkan dua gelar juara buat Pelita Jaya pada 1990 dan 1993-1994. Memasuki periode Liga Indonesia, Bendol membuat sensasi dengan mengantarkan Persita Tangerang menembus final kompetisi kasta elite pada musim 2001-2002.

Pencapaian yang istimewa karena Tim Pendekar Cisadane dihuni banyak pemain hijau pengalaman. Dari Persita, Bendol mementaskan pemain belia macam Ilham Jayakesuma, Firman Utina, dan Zaenal Arif yang di kemudian hari jadi langganan Timnas Indonesia. Benny Dollo pun didapuk sebagai pelatih Timnas SEA Games 2001.

Tim Merah-Putih racikan Bendol menembus final ajang multi event kawasan Asia Tenggara itu. Di level klub, pelatih yang dikenal galak ke pemainnya, sukses mengantarkan Arema juara Piala Indonesia (Copa Indonesia) dua tahun beruntun, 2005 dan 2006. Kesuksesan itu kembali mengantarnya ke singgasana Timnas Indonesia.

Di kesempatan keduanya ia mengantar Tim Garuda menembus semifinal final Piala AFF 2008. Setahun sebelumnya ia mempersembahkan trofi juara di ajang Piala Kemerdekaan. Ia menepi dari timnas karena gagal di Kualifikasi Piala Asia 2011. Tetapi, selepas itu prestasi Bendol meredup. Sempat menukangi Mitra Kukar serta Persija, Benny tak meninggalkan gelar apa-apa buat kedua klub.

Walau begitu ia tetap sosok pelatih yang disegani. Tak heran klub elite Sriwijaya FC tanpa ragu-ragu mendatangkannya di musim 2015. Tangan dingin Benny diharapkan memberi tuah kepada Tim Laskar Wong Kito. Ajang Piala Presiden jadi momen yang pas membuktikan kematangan arsitek yang doyan mengusung skema 4-4-2 dan 4-2-3-1 tersebut.

3. Didik Ludiyanto (Persela Lamongan)

Didik Ludiyanto, matang pengalaman di level junior Persela. (Liga Indonesia)

Didik Ludiyanto punya jam terbang tinggi di tim Persela junior. Sejak 2006 ia aktif melatih tim kelompok umur di Tim Laskar Jaka Tingkir. Mulai dari U-16 hingga U-21. Pada musim 2010-2011 Didik sukses mempersembahkan gelar juara Indonesia Super League U-21.

Karena pencapaian itu, Didik naik pangkat jadi asisten pelatih Persela. Ia kerap jadi penyelamat saat Persela oleng ditinggal pelatih kepala saat kompetisi berjalan. Pada musim 2013, ia naik sebagai caretaker setelah manajemen Persela memecat  pelatih kepala, Gomes Oliviera. Persela sempat jadi juru kunci sebelum akhirnya menutup ISL dengan berada di posisi 12.

Pengurus Persela mengakui bahwa sepantasnya Didik dipermanenkan sebagai pelatih kepala di klub berkostum biru langit. Hanya, Didik terbentur lisensi kepelatihan. Ia baru mengantongi lisensi B AFC sementara penyelenggara kompetisi PT Liga Indonesia mengisyaratkan seorang pelatih kepala klub ISL harus memiliki lisensi A AFC. Ambil contoh di musim 2015 ini, Didik harus rela jadi asisten mendampingi Iwan Setiawan. Keberuntungan datang ke sang mentor. Iwan memutuskan pindah ke Pusamania Borneo FC di Piala Presiden.

Jadilah Didik yang menghuni pos arsitek Persela. Pergantian tersebut diyakini tak akan membuat keseimbangan tim terganggu. Mayoritas pemain Laskar Jaka Tingkir pada musim ini merupakan pilihan Didik, yang juga dikenal kerap memeragakan paham catenaccio.

4. Heri Rafni Kotari (PSGC Ciamis)

Heri Rafni Kotari, aktor sukses di balik kesuksesan PSGC Ciamis dari level Divisi II hingga Divisi Utama. (Fokus Jabar)

Heri Rafni Kotari jadi sosok penting di PSGC Cilacap. Pelatih yang notabene legenda hidup Bandung Raya itu sosok yang berjasa mengangkat prestasi klub berjulukan Laskar Galuh dari level Divisi Dua hingga Divisi Utama pada 2014 silam.

Uniknya, saat PSGC berjuang tinggal selangkah lagi sampai ke kompetisi elite ISL, Heri memutuskan mengundurkan diri. Ia mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Ciamis. Posisinya digantikan Budiman Yunus. Tanpa Heri, PSGC menembus semifinal Divisi Utama 2014, sebelum ditaklukkan Pusamania Borneo FC.

Heri kembali turun gunung menukangi PSGC di ajang Piala Presiden 2015 ini. PSGC jadi peserta tamu asal Divisi Utama di turnamen yang sejatinya diperuntukkan buat klub-klub ISL. PSGC kesulitan mencari pelatih seusai kompetisi Divisi Utama 2015 gagal digelar karena konflik PSSI kontra Kemenpora.

Heri Rafni dipandang sebagai sosok yang pas karena ia dinilai memahami betul karakter permainan PSGC, yang tak banyak melakukan perubahan komposisi pemain dibanding musim lalu.

Heri dikenal sosok pelatih yang suka gaya bermain ofensif. Skema 4-3-3 dan 4-5-1 jadi andalan PSGC di Divisi Utama. Kejutan dibuat PSGC di masa persiapan Piala Presiden. Mereka sukses menekuk saudara tua Persib Bandung 1-0. Dalam laga itu Osas Saha dkk. terlihat tidak takut meladeni gaya bermain agresif Maung Bandung yang berstatus sebagai juara ISL 2014.

Baca Juga :

Persib Terfavorit, 3 Klub Lain Membayangi dengan Ketat

Adu Taktik Empat Pelatih di Grup A, Siapa Unggul?

Empat Calon Bintang Grup A Piala Presiden 2015

Video Populer

Foto Populer