Sukses


Beda Perlakuan Antara Robert Alberts dan Luciano Leandro di PSM

Bola.com, Makassar - Robert Alberts mendapat perlakuan dan fasilitas istimewa dari manajemen PSM Makassar selama bertugas sebagai pelatih Juku Eja di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Hal ini sangat jauh berbeda dengan apa yang didapatkan Luciano Leandro, salah satu legenda PSM yang digantikannya sebagai arsitek klub kebanggaan Makassar.

Perbedaan itu diawali dengan perkenalan sebagai pelatih PSM. Manajemen memperkenalkan Robert Alberts secara resmi kepada media seperti Alfred Riedl tahun lalu. Sedangkan Luciano tidak mendapat perlakuan sama seperti keduanya.

Setelah itu, selama di Makassar, Robert menginap di Hotel Aryaduta yang berstatus bintang lima dengan fasilitas wah. Hotel ini merupakan salah satu tempat favorit Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudoyono bila berkunjung ke Makassar. Lokasinya di kawasan Pantai Losari yang terletak di tengah kota Makassar.

Tiga pelatih PSM sebelumnya, yakni Petar Segrt, Alfred Riedl, dan Hans Peter Schaller juga menginap di hotel mewah ini. Bandingkan dengan Luciano yang menginap di Hotel Aswin, hotel kecil yang letaknya bukan di jalan utama Makassar. Padahal, status keempatnya sama-sama pelatih asing.

Berdasarkan sumber bola.com dari internal manejemen, gaji yang didapatkan Robert di PSM, nominalnya jauh lebih besar dari Luciano.

Dari sisi teknik tim juga begitu. Dalam jumpa media, manajemen PSM Makassar menegaskan memberi kebebasan kepada Robert untuk menentukan asisten yang diinginkannya. Sedangkan Luciano hanya bisa 'menerima' asisten yang disediakan manajemen.

Begitu pun dengan pemain, manajemen sudah memberi keleluasan kepada Robert untuk merombak materi pemain sesuai keinginannya di putaran kedua. Bandingkan dengan Luciano yang terpaksa menerima keputusan manajemen memulangkan dua pemain asing pilihannya dari Brasil, Jean Philippe Dutra dan Carlos Eduardo.

Ironisnya, beban yang harus ditanggung Robert dan Luciano jauh berbeda. Untuk Robert, manajemen sudah menegaskan memberi jaminan kepada pelatih asal Belanda ini tetap bertahan sampai TSC 2016 berakhir dengan target tiga besar diujung kompetisi.

Sedangkan Luciano terus mendapat tekanan di setiap partai. Hasil akhir PSM di setiap partai berdampak pada posisinya sebagai pelatih kepala.

Dimintai pendapatnya, Andi Coklat, jenderal lapangan The Maczman, meminta manajemen memberi target yang sebanding dengan perlakuan dan fasilitas yang diterima Robert.

"Iya, harus sebanding. Sudah sepantasnya, Robert juga mendapat tekanan yang lebih besar dibanding Luciano," tegas Coklat, pria bergelar Doktor yang juga adalah dosen pada sejumlah perguruan tinggi di Sulsel.

Sebelumnya, legenda PSM, Syamsuddin Umar menyayangkan keputusan manajemen memberhentikan Luciano sebagai pelatih. Di mata pelatih yang sukses membawa PSM juara Piala Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 1999/2000 ini, Luciano tidak sepenuhnya gagal sebagai pelatih.

"Tidak mudah bagi seorang pelatih meramu strategi dengan mayoritas pemain bukan pilihannya sendiri. Luciano Leandro mengemban tugas cukup berat dan persiapannya mepet," tegas Syamsuddin.

Video Populer

Foto Populer