Sukses


Eduard Tjong Blak-blakan usai Kegagalan Timnas U-19 di Piala AFF

Bola.com, Solo - Timnas Indonesia U-19 pulang lebih dini dari ajang Piala AFF U-19 2016 di Vietnam, 11-24 September. Skuat racikan Eduar Tjong terhenti di babak penyisihan setelah hanya menempati posisi ketiga Grup B di bawah Thailand dan Australia.

Garuda Muda menelan tiga kekalahan beruntun masing-masing dari Myanmar (2-3), Thailand (2-3), dan Australia (1-3) memastikan Timnas U-19 angkat koper.

Dua kemenangan atas Laos (3-1) dan Kamboja (4-3) sedikit menyelamatkan muka tim Tanah Air. Lalu bagaimana cerita Eduard Tjong atas kegagalan itu, dan apa rencana dia ke depan? Berikut wawancara Bola.com dengan Eduard Tjong

Bagaimana perasaan Anda saat ini setelah Timnas gagal ke semifinal Piala AFF U-19?

Kalau melihat hasil jelas kecewa karena gagal lolos ke semifinal sesuai rencana awal. Namun melihat performa anak-anak sepanjang turnamen saya puas, terutama semangat juang. Boleh dibilang bertanding lima kali dalam delapan hari mereka tetap menunjukkan permainan yang spartan. Anak-anak sangat bekerja keras dan saya mengapresiasi itu.

Bagaimana Anda memandang penampilan Timnas U-19 secara keseluruhan selama penyisihan grup? Apa kekurangan dan kelebihan?

Kekurangan paling terlihat adalah jam terbang di turnamen internasional. Contohnya kami beberapa kali unggul lebih dulu namun anak-anak seperti ingin pertandingan cepat selesai. Konsentrasi mereka menjadi menurun dan akhirnya gagal meraih kemenangan. Butuh kematangan dalam bertanding terutama laga internasional.

Bagaimana Anda memetakan kekuatan timnas kelompok usia khususnya U-19 di ASEAN setelah melihat penampilan lawan kemarin?

Dari 11 peserta, Thailand dan Australia masih jadi yang terkuat. Dua tim itu sudah menunjukkan kedewasaan dan kematangan dalam bermain. Untuk yang lain masih berimbang dengan Indonesia.

2 dari 2 halaman

Pelajaran Penting

Melatih Timnas U-19 adalah pengalaman pertama anda selain jadi pelatih klub profesional. Pengalaman seperti apa yang Anda petik?

Paling terasa adalah terus memberi dukungan mereka mulai dari persiapan latihan, sebelum pertandingan dan saat bertanding. Misalnya sebelum bertanding saya pasti mengecek berat badan mereka berapa untuk menghindari kegemukan. Melatih anak-anak muda harus lebih cerewet karena mereka masih butuh bimbingan dan mencari jati diri.

Banyak-banyak memberi pengertian dan masukan. Kadang mereka belum tahu kapan persiapan sebelum bertanding untuk mendapatkan performa terbaik. Kalau klub profesional lebih mudah karena mayoritas pemain sudah paham.

Bila diminta, masukan seperti Apa yang akan Anda berikan kepada PSSI agar timnas kelompok usia lebih berprestasi?

Paling penting adalah persiapan menghadapi segala ajang jangan instan. Harus memiliki waktu panjang dan rencana itu sudah disiapkan sejak beberapa tahun sebelumnya.

Contoh bagus adalah Timans U-19 saat era Indra Sjfari yang dipersiapkan secara matang selama tiga tahun. Hasilnya mereka bisa juara. Jangan sampai nanti dua bulan sebelum turnamen, tim baru dibentuk. Hasilnya akan tidak maksimal. Apalagi agenda ke depan sudah bisa dibaca dari sekarang.

Menurut Anda, kira-kira siapa pemain yang punya potensi jadi tulang punggung timnas Indonesia beberapa tahun ke depan?

Kalau tulang punggung masih jauh waktunya. Hanya jika berbicara prospek, mereka punya modal untuk jadi pemain hebat. Saya lihat Bagas Adi Nugroho, Asnawi Mangkualam, Muhammad Rafli, dan Sadill Ramdhani punya prospek untuk berkembang. Visi bermaih mereka sudah jelas dan terlihat. Hanya saja mereka harus berkerja keras dan jangan berpuas diri.

Bagaimana rencana Anda ke depan? Apalagi kontrak di Timans U-19 hanya sampai Piala AFF U-19 berakhir.

Rencana tetap melatih lagi. Sudah ada komunikasi dengan salah satu tim. Namun belum bisa saya sebutkan karena masih proses membangun kerjasama.

Video Populer

Foto Populer