Sukses


Ruben Sanadi: Putra Biak Kepala Suku Baru Persebaya

Bola.com, Jakarta - Terpilih Ruben Sanadi sebagai kapten baru Persebaya Surabaya menggantikan Rendi Irwan mengejutkan publik. Setelah beberapa kali dijabat pemain jebolan kompetisi internal, manajemen Tim Bajul Ijo akhirnya memilih pemain asal luar Surabaya sebagai kapten.

Dari segi pengalaman, tentu tidak ada yang meragukan Ruben. Bek sayap kiri pernah membela Timnas Indonesia dan menjadi bek kiri andalan Persipura Jayapura saat periode kejayaan. Ia juga kaya jam terbang di berbagai klub.

Persigubin Gunung Bintang, Persikota Tangerang, PSMS Medan, Persipasi Bekasi, Pelita Jaya (kini Madura United), dan Persipura Jayapura adalah deretan klub yang dibelanya. Nama klub terakhir bisa dibilang paling berkesan karena Ruben pernah meraih gelar juara ISL 2013 dan ISC A 2016.

Pengalamannya bersama Persipura juga tidak bisa diremehkan. Pada musim 2014, sebagai putra Papua, Ruben meraih gelar runner-up ISL 2014. Bersama klub berjulukan Mutiara Hitam itu, pemain berusia 32 tahun tersebut melaju ke babak semifinal Piala AFC 2014.

Faktor usia dan rekam jejak itu sepertinya menjadi pertimbangan utama manajemen Persebaya menunjuknya sebagai kapten. Kematangan dan senioritas yang dimilikinya diperlukan untuk membimbing pemain muda Persebaya.

Namun, pemain kelahiran Biak, 8 Januari 1987 itu belum pernah sekali pun menjabat sebagai kapten tim di level klub. Banyak yang mulai membandingkannya dengan beberapa kapten Persebaya di masa lalu seperti Aji Santoso (juara Ligina 1996-97) dan Chairil Anwar (juara Divisi Utama 2004).

 Apalagi, dia sebenarnya pernah mendapat tawaran dari berbagai klub untuk hengkang dari Persebaya. Namun, dia kemudian memutuskan bertahan dan kembali berseragam tim kebanggan Arek Suroboyo di musim 2019.

Baru-baru ini, Bola.com berhasil melakukan wawancara terkait jabatan baru yang didapat oleh Ruben Sanadi ini. Berikut petikan wawancaranya:

2 dari 3 halaman

Cerita Penunjukkan Jadi Kapten

Apa alasan kuat Anda memilih bertahan di Persebaya?

Saya di sini karena teman-teman dan semua jajaran manajemen masih membutuhkan saya di tim. Terutama, orang yang punya klub ini (Presiden Persebaya). Apapun keputusannya, saya harus tinggal di sini. Suasana tim ini sangat bagus.

Saya memilih Persebaya karena berisikan anak-anak muda. Sekarang enak, kami sudah membangun kekeluargaan di tim. Itu yang paling utama. Saya rasa, tahun ini kami akan membangun kekeluargaan ini lebih erat lagi dari sebelumnya.

Musim lalu sudah jadi bukti. Kami sempat terseok-seok di Liga 1. Tapi kekeluargaa menyatukan kami dan melahirkan bukti (finis peringkat kelima). Puji Tuhan, kami bisa berada di urutan yang sangat baik. 

Bagaimana rasanya dipilih sebagai kapten Persebaya?

Pertama, saya bertahan di sini bukan karena saya ditunjuk sebagai kapten. Tidak ada pemikiran seperti itu. Saya juga sebenarnya tidak tahu, tiba-tiba ditunjuk. Ini bukan dari saya, keputusan saya bertahan bukan soal ban kapten dan itu tidak ada pengaruhnya buat saya.

Saya bilang pada teman-teman, di sini sistemnya tidak berubah, walaupun ban kapten pindah pada saya. Saya tetap menghargai Rendi, dan dia jadi pemimpin ketika berlatih, tetap dia harus pimpin dan mengontrol itu. Saya juga minta dukungan dari dia dan seluruh teman-teman.

Siapapun di tim ini punya hak, yang paling penting kami saling menghargai. Di sini tidak ada pemain yang merasa lebih hebat. Kami semua sama-sama dan saling merangkul, tidak boleh menunjukan individualis. Saya tidak suka seperti itu.

Siapa tepatnya yang menunjuk Anda sebagai kapten?

Saat itu rapat, orang yang punya klub ini (Presiden Persebaya) dan pelatih menunjuk saya. Jadi, pertimbangannya manajemen dan pelatih yang menentukan. Saya juga tidak tahu apa alasannya. Tanggung jawab ini harus saya jaga baik.

Itu mungkin koordinasi pelatih dan manajemen. Saya ditunjuk sebagai kapten dan mungkin mereka sudah koordinasi dengan Rendi juga. Saya diberi tahu setelah tanda tangan kontrak baru. Tapi, sebelumnya saya juga dapat kabar bahwa mandat ini diberi kepada saya.

Bagaimana komunikasi Anda dengan Rendi sebagai mantan kapten Persebaya?

Saya dan Rendi termasuk pemain senior di Persebaya. Kami berdua berusaha merangkul pemain-pemain muda bagaimanapun caranya. Level kompetisi Liga 1 akan berbeda. Saya yakin, kalau teman-teman kompak di luar lapangan, kami juga kompak di dalam lapangan.

Selebihnya, pelatih akan meracik akan membuat tim bagaimana. Kami akan berusaha menjaga itu. Situasi setiap tim berbeda-beda dan belum tentu seperti ini. Saya rasa di sini aroma keluarganya sudah sangat kuat. Selebihnya, kami harus saling membantu demi tim.

Ada beban menjadi kapten di klub sebesar Persebaya?

Kalau saya melihatnya sebagai proses. Saya menikmati. Saya tidak mau terlalu menjadi beban buat saya. Ini memang tanggung jawab besar, tapi jangan jadi beban. Kalau begitu nanti di lapangan bisa terlalu takut dan permainan di lapangan bisa menurun.

Pertama saya ditunjuk, saya bilang yang penting bisa konsisten dan hasil pasti akan ada. Sebagai pemain, saya kerja keras dulu, teman-teman membantu, dan mendapatkan hasil. Prestasi akan datang kalau kami bekerja keras.

 

 

3 dari 3 halaman

Dibandingkan dengan Aji Santoso

Banyak yang membandingkan Anda dengan Aji Santoso (sekarang pelatih Persela Lamongan). Dia juga jadi kapten di posisi bek kiri dan bukan orang Surabaya. Bagaimana Anda meresponsnya?

Jujur, saya tidak terlalu kenal dengan coach Aji. Tapi, saya tahu orangnya. Maksudnya, dia pelatih yang sangat hebat juga. Tapi, saya tidak terlalu tahu karakternya bagaimana karene belum pernah bekerja sama di tim.

Untuk penerusnya Aji Santoso di tim ini, setiap pemain berbeda-beda. Itu rahasia Tuhan. Intinya, konsisten saja. Kalau ada yang lebih baik dari senior yang mendahului saya, saya harus lebih baik dari mereka.

Ini bukan soal prestasi saja. tapi, segalanya harus bisa menjadi lebih baik lagi. Contoh-contoh mereka yang dulu baik, harus saya tiru. Ini tantangan juga buat saya. Intinya menjalani, kerja jujur, dan menikmati. Kalau jujur, Tuhan pasti akan memberi perjalanan yang baik.

Sebelum Anda, Persebaya punya Chairil Anwar dan Erol Iba sebagai kapten asal Indonesia Timur. Anda tahu fakta itu?

Saya tahu itu. Puji Tuhan, mungkin ini dikasih. Saya harus serius tanggung jawab ini. Saya sangat bersyukur sekali. Saya walaupun di luar Papua, saya membawa nama baik orang Papua juga. Keluarga dan orang Papua akan bangga melihat saya jadi pemimpin di tempat orang.

Menjadi pemimpin itu hal yang sangat tidak mudah. Saya datang ke sini karena bekerja. Walaupun saya orang Papua, saya akan bekerja dengan baik. Saya menjaga nama Papua dan itu menjadi tanggung jawab saya juga.

Sebelumnya apakah belum pernah menjadi kapten tim?

Saya belum pernah menjadi kapten sebelumnya. Ini baru pertama kali. Pernah sebenarnya di usia pelajar saat karier junior dulu.

Tapi, Anda pernah menjadi kapten di klub fiktif Jayakarta FC dalam film Hari Ini Pasti Menang (2013). Saat itu pernah terbanyang akan menjadi kenyataan?

Iya, betul. Saya main di film itu. Saat itu saya tidak kepikiran akan jadi kapten betulan di karier profesional saya. Saya berpikir yang penting berfungsi untuk tim. Saya tidak pernah berpikir mendapat jabatan.

Itu bisa bahaya. Kalau harapan terlalu tinggi, nanti bisa jatuh. Semua ini proses yang diberikan Tuhan dan harus dinikmati. Saya akan bekerja keras, jujur, dan konsisten, yang nanti akan membuahkan hasil.

Video Populer

Foto Populer