Sukses


25 Hal Unik Serta Nyeleneh yang Mungkin Hanya Ada di Sepak Bola Indonesia (Bagian 1)

Bola.com, Jakarta - Sepak bola selalu menjadi olah raga nomor satu di Indonesia. Meskipun sepak bola Indonesia cukup lama kering prestasi, masyarakat masih menambatkan hati dan harapannya pada olahraga ini. 

Kegairahan dan fanatisme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola tak perlu diragukan lagi. Stadion-stadion sepak bola masih penuh penonton di berbagai kasta kompetisi, dari level tertinggi hingga divisi bawah.

Kegairahan publik Indonesia akan berlipat-lipat saat Timnas Indonesia beraksi. Bukan hanya di level senior, bahkan turnamen di kelompok umur seperti U-19 hingga U-16 tetap mendapat atensi tinggi. Penonton rela berbondong-bondong datang ke stadion, demi melihat Merah Putih berkibar tinggi di pentas dunia.  

Turnamen sekelas tarkam alias antarkampung juga menjadi magnet besar. Penonton secara suka rela menyesaki sisi lapangan demi menyaksikan pertandingan yang kerap kali penuh kejutan. Bahkan, pesepak bola papan atas kadang-kadang ikut nongol di turnamen-turnamen kelas tarkam tersebut. 

Bicara fanatisme suporter, Indonesia memang tidak kalah dengan negara-negara kuat sepak bola di dunia. Namun, ada hal-hal unik yang kadang hanya bisa ditemui di sepak bola Indonesia.

Seperti apa contohnya? Pernah melihat suatu turnamen yang digelar lebih dari setahun alias melebihi satu musim dan baru kelar? Mungkin itu hanya ada di Indonesia. 

Berikut 25 hal-hal unik dan langka yang mungkin hanya bisa dijumpai di sepak bola Indonesia, yang disajikan dalam tiga tulisan berseri berikut ini. 

 

2 dari 11 halaman

1. Piala Indonesia 2018 Baru Kelar 2019, Berdurasi Lebih dari Setahun

Piala Indonesia sempat vakum sejak 2013. Pada tahun lalu, turnamen tersebut akhirnya kembali digelar dengan tajuk "Piala Indonesia 2018". 

Piala Indonesia 2018 resmi digelar pada 8 Mei. Namun, dalam beberapa kesempatan turnamen tersebut mengalami kemoloran. 

Awalnya, turnamen tersebut dijadwalkan rampung sebelum Liga 1 2019 bergulir pada Mei tahun ini. Namun, jadwal Piala Indonesia ditunda demi pelaksanaan Piala Presiden 2019. 

Alhasil, turnamen molor lebih dari setahun. Final Piala Indonesia yang digelar dua leg baru berlangsung pada 21 Juli 2019 dan 8 Agustus 2019. PSM Makassar keluar sebagai kampiun. Turnamen tersebut baru rampung dalam 14 bulan!

PSM Makassar menyerah 0-1 pada leg pertama di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (21/7/2019). Mereka kemudian berjaya 2-0 pada duel penentu di Stadion Andi Mattalata Mattoangin, Selasa (6/8/2019).

Kemungkinan di negara-negara lain tak ada turnamen sepak bola yang bergulir lebih dari satu tahun. Biasanya turnamen-turnamen seperti itu berjalan beriringan, contohnya La Liga dan Copa del Rey di Spanyol atau Serie A dan Coppa Italia. Saat liga rampung, turnamen pengiringnya juga kelar. Tapi, kasus di Indonesia ini benar-benar ajaib. 

Kurang unik dan kurang lama apa coba?  

 

3 dari 11 halaman

2. Jadwal Kickoff Liga Susah Ditebak

Di liga-liga dunia, jadwal kickoff biasanya tak mengalami pergeseran signifikan. Liga seperti Premier League, La Liga, Serie A biasanya akan bergulir pada Agustus dan selesai pada Mei tahun berikutnya.

Selalu begitu setiap tahun. Jadwal lengkap juga sudah bisa diakses bahkan sebelum liga bergulir. Jika pun ada penundaan pertandingan biasanya karena kondisi darurat, seperti cuaca buruk. 

Hal seperti itu sulit terjadi di Indonesia. Kick off liga benar-benar sulit ditebak. Kok bisa? 

Ambil contoh jadwal kick off Liga 1 dalam tiga musim terakhir. Kickoff dalam tiga musim terakhir digelar pada tiga bulan yang berbeda. 

Pekan pertama Liga 1 2017 bergulir April, adapun laga pertama Liga 1 2018 digelar Maret. Pada tahun ini Liga 1 2019 baru bergulir pada Mei. Mengapa kickoff-nya bisa bebeda-beda? Alasannya bermacam-macam, termasuk agenda politik. Contohnya Liga 1 2019 baru digelar setelah pemiihan presiden RI yang berlangsung pada April. 

Bagaimana dengan jadwal pertandingan? Memang ada jadwal pertandingan lengkap, tapi seiring berjalannya waktu bisa ada berbagai penundaan dan pergeseran karena berbagai alasan. Apakah keunikan seperti ini ada di negara lain?  

4 dari 11 halaman

3. Pakai Pawang Hujan

Hujan deras terkadang bisa membuat pertandingan sepak bola kacau balau, apalagi jika stadionnya tidak dilengkapi dengan fasilitas drainase yang bagus. Bisa-bisa lapangan tergenang air, bola sulit bergulir, dan ujung-ujungnya pertandingan terpaksa ditunda. 

Hampir semua klub di Indonesia pernah menyewa jasa pawang hujan, bila menggelar pertandingan kandang saat musim hujan. Memang sulit dipercaya akal sehat, tapi banyak klub sudah membuktikan jasa pawang hujan, termasuk Persib Bandung.

Seperti pada laga uji coba Persib versus Bali United di Stadion Siliwangi, Bandung, 13 Februari 2016, panitia pelaksana pawang hujan agar laga tersebut tak terganggu dengan hujan yang turun. Maklum, curah hujan pada pertengahan Februari di Bandung cukup tinggi. Terbukti satu hari menjelang laga, Jumat (12/2/2016), hujan tidak berhenti dari siang hingga dini hari.

Menurut salah satu pawang hujan Persib, Abah Cahya, ini bukan kali pertama dirinya diminta menjadi pawang hujan pada pertandingan Persib. Setiap ada pertandingan klub berjulukan Maung Bandung, dia selalu diminta bantuan.

Namun, ia menolak dipanggil pawang hujan. Pria berusia 77 tahun itu lebih senang dipanggil tukang sawen. Tukang sawen adalah nama lain dari orang bisa memindahkan hujan. Sebutan itulah yang biasa digunakan orang-orang dari Jawa Barat dan Banten.

"Kami bertiga akan berusaha agar hujan tidak turun. Saya sudah semedi selama tiga hari, tidak makan, tidak minum, dan tidak mandi untuk memindahkan hujan," kata Abah Cahya kepada Bola.com

Jasa pawang hujan juga dipakai saat uji coba Timnas Indonesia U-19 melawan Persewangi Banyuwangi di Stadion Diponegoro, Banyuwangi, 3 Maret 2014. Saat it, Panpel pertandingan mengerahkan 6 pawang. 

Selain untuk mencegah hujan turun saat pertandingan, pawang hujan dikerahkan juga supaya pertandingan berjalan lancar. 

Apakah di negara lain juga ada jasa pawang hujan untuk pertandingan? Entahlah.

5 dari 11 halaman

4. Pulang Pergi Stadion Naik Rantis

Biasanya tim sepak bola yang bertanding, datang dan pulang ke stadion naik bus tim. Bus biasanya hanya dikawal polisi untuk memperlancar perjalanan. Pemain pun tiba atau meninggalkan stadion dengan santai, meskipun kadang diiringi cercaan suporter jika kalah, 

Namun, di Indonesia ada fenomena yang benar-benar unik dan ajaib. Dalam beberapa kesempatan, sebuah tim datang dan pulang dari stadion dengan menaiki kendaraan taktis (rantis). Ini mau main sepak bola atau berperang? 

Keputusan menggunakan rantis untuk membawa pemain ke stadion atau balik dari stadion karena alasan keamanan. Biasanya terjadi pada pertandingan yang melibatkan rivalitas tinggi suporter dari kedua tim yang bertanding. Panpel menempatkan pemain di rantis supaya mencegah terjadinya insiden yang tak diinginkan. 

Kadangkala rantis juga digunakan jika pertandingan berujung ricuh atau rusuh. Pemain mau tak mau harus diangkut dengan rantis demi keamanan mereka. 

Pemain senior, Firman Utina, bahkan pernah merasa hanya di Indonesia fenomena sebuah tim datang ke stadion menggunakan kendaraan taktis (rantis). Pengalaman naik rantis kerap dirasakan Firman saat memperkuat Persib Bandung. Baraccuda menjadi kendaraan wajib saat duel Persija Jakarta vs Persib Bandung. Kendaraan perang itu diperuntukkan bagi tim tamu.

Mantan pemain Chelsea yang pernah memperkuat Persib Bandung, Michael, juga pernah mengungkapkan keheranan ketika mengalami pengalaman naik rantis. Dia harus naik rantis saat Persib bertandang ke kandang Arema FC pada 12 Agustus 2017. 

Essien mengatakan naik rantis merupakan pengalaman baru baginya dan menurutnya sangat berlebihan. Dia tak pernah melihat hal seperti itu saat bermain di Eropa. 

Keheranan serupa dirasakan mantan striker Arema Cronus, Gustavo Giron, yang juga pernah naik rantis saat away ke markas Madura United pada 6 Mei 2016. 

 

 

6 dari 11 halaman

5. Beli Kacang dan Tahu di Stadion? Jelas Ada

Kelaparan di tengah-tengah pertandingan di stadion, tapi uang saku di kantong sangat tipis. Tidak usah khawatir. Kalau menyaksikan pertandingan liga di Indonesia, Anda masih bisa menjumpai pedangan asongan di stadion! 

Di stadion-stadion besar dunia, biasanya dilengkapi dengan gerai makanan resmi. Penonton bisa membeli saat jeda pertandingan atau saat laga, tapi dengan risiko kehilangan momen-momen penting. Gerai makanan tersebut biasanya terletak di masih dia area dalam stadion, tapi bukan di tribune-tribune penonton. 

Namun, di beberapa stadion Indonesia, Anda bisa menjumpai pedagang yang bebas berjualan di tribune saat pertandingan berlangsung. Jualannya biasanya makanan ringan, seperti tahu, kacang, hingga arem-arem, serta minuman-minuman kemasan. 

Jadi jika lapar atau haus, Anda bisa teriak saja untuk memanggil pedagang itu. Perut langsung kenyang, dan Anda tidak kehilangan momen-momen penting pertandingan. Asyik kan? 

7 dari 11 halaman

6. Fenomena Tim Musafir

Tim musafir merupakan salah satu fenomena unik di sepak bola Indonesia. Jadi, ada tim asal kota tertentu tapi bermarkas di kota lain. Alasannya bermacam-macam, tapi biasanya mereka tidak bisa tampil di rumah sendiri karena stadion kebanggaan tidak lolos verifikasi atau sedang direnovasi.

Sepanjang musim 2018, PSIS Semarang menjadi tim musafir permanen. Pada Liga 1 musim ini status tim musafir masih disandang PSIS. Tim berjulukan Mahesa Jenar itu memakai Stadion Stadion dr. H. Moch Soebroto di Magelang sebagai markas tetap menyusul belum tuntasnya renovasi Stadion Jatidiri.

Untungnya, jarak dari Semarang ke Magelang tidak terlalu jauh untuk mengakomodir pendukung Mahesa Jenar. 

Tim lain yang kerap menjadi muafir adalah Persija Jakarta. Persija Jakarta tak memiliki kandang lagi sejak Stadion Lebak Bulus dialihfungsikan menjadi Depo MRT pada 2015. Kadang kala Persija bisa memakai Gelora Bung Karno, tapi seringkali harus terusir karena berbagai alasan, misalnya faktor keamanan.

Persija pernah berkandang di berbagai stadion, bahkan di luar Jabodetabek. Persija bahkan pernah memainkan laga kandang di Stadion Manahan Solo. 

Tim lain yang juga berstatus musafir antara lain Persis Solo, PSM Makassar, hingga Persipura Jayapura. 

 

8 dari 11 halaman

7. Punya Tim Kandang dan Tandang Demi Hemat Dana

Klub asal Papua, Yahukimo FC, pernah memakai cara unik membentuk dua tim untuk menyiasati kekurangan dana dan materi pemain saat berlaga pada Divisi Utama 2015. 

Saat menjamu lawan atau berstatus memainkan laga kandang, mereka memakai Makassar sebagai markas tim. Begitu pula dengan pemain yang diturunkan, mayoritas asal Kota Daeng.

Sebaliknya, saat menjalani laga tandang, Yahukimo diperkuat pemain Papua.

"Kami bisa menekan biaya operasional tim karena pemain asal Makassar, makan dan tidur di rumah almarhum bapak. Kami juga tak pusing soal latihan karena di Makassar banyak lapangan," papar Kiki Rivai, yang menjadi penanggung jawab Yahukimo FC saat itu, kepada Bola.com

Sangat kreatif kan? 

9 dari 11 halaman

8. Jalani Laga Tandang Harus Lewat Negara Lain, demi Hemat Ongkos

Mahalnya harga tiket penerbangan domestik membuat Persiraja Banda Aceh harus terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia, lebih dulu saat melakukan partai tandangnya pada Liga 2 2019.

Persiraja berada di Grup Barat Liga 2 2019. Dalam grup ini, hanya kandang PSMS yang bisa dijangkau melalui jalur darat.

Peserta lain ialah Sriwijaya FC, BaBel United, PSPS Pekanbaru, Cilegon United, Persita Tangerang, Perserang Serang, PSCS Cilacap, Blitar United, Persibat Batang, dan PSGC Ciamis. Untuk bertandang ke markas 11 tim tersebut, Persiraja harus memutar otak agar tak boros.

Presiden Persiraja, Nazaruddin alias Dek Gam, mengungkapkan besarnya biaya penerbangan yang ditanggung manajemen musim ini.

Solusinya, Persiraja harus lebih dulu lewat Kuala Lumpur, sebelum masuk ke Indonesia lagi untuk jadwal tandang mereka. Karena dengan cara seperti ini biaya lebih hemat.

“Sekarang, jika ke Jakarta, sekali pergi saja setiap pemain perlu biaya Rp 2,5 juta. Musim kemarin biaya segitu bisa untuk pulang-pergi. Jadi, kalau via KL kami bisa hemat 100 juta sekali pergi,” ujarnya.

Karena rombongan Persiraja memasuki negara lain, maka ofisial dan pemain wajib punya paspor.

"Lucu juga. Kami berkompetisi Indonesia dan main di Indonesia, tapi harus memutar dulu ke Malaysia. Ketika kami transit di KL, sering dikira Persiraja mau main di luar negeri," ucap pelatih Persiraja Banda Aceh, Hendri Susilo.  

Apakah hal unik seperti ini ada di negara lain? Mungkin, tapi sangat langka. 

10 dari 11 halaman

9. Gelar Ruwatan demi Buang Sial

Manajemen Arema FC melakukan hal unik untuk menyambut ulang tahun klub ke-30, pada 9 Agustus 2017. Di depan kantor manajemen Jl. Kertanegara 7 Kota Malang, mereka menggelar acara ruwatan untuk 20 trofi yang sudah diraih tim Singo Edan.

Acara itu merupakan tradisi dalam kebudayaan Jawa yang dianggap sakral. Tujuannya selain merawat juga untuk dijauhkan dari kesialan. 

Saat itu, Arema FC sedang terseok-seok dalam kompetisi Liga 1 dengan terjebak di papan tengah.Padahal target pada awal musim bisa bersaing di papan atas. Pergantian pelatih juga sudah dilakukan dari Aji Santoso ke Joko Susilo.

”Sebenarnya acara ruwatan untuk menghormati tradisi. Tidak ada salahnya. Ini adalah hal non teknis untuk sugesti. Kalau secara teknis tentu tetap dilakukan tim pelatih dan pemain untuk berjuang di lapangan,” kata Media Officer Arema FC, Sudarmaji.

Untuk menggelar acara ruwatan, manajemen Arema FC menyiapkan kembang tujuh rupa. Air yang digunakan untuk mencuci piala juga tidak sembarangan. Mereka membawanya dari sebuah mata air murni yang berlokasi di salah satu daerah Kabupaten Malang.

”Tentu yang melakukan prosesi ruwatan orangnya khusus. Setelah diruwat di depan kantor, trofi itu diserahkan secara simbolis kepada manajemen,” lanjut dia.

Sebenarnya manajemen Arema FC jarang melakukan acara mistis seperti ini. Namun beberapa pemain sempat menyuarakan agar ada sebuah acara untuk buang sial. Mengingat dalam beberapa pertandingan Liga 1, Arema seperti dijauhi keberuntungan dan gagal menang.   

Tradisi seperti ini sepertinya hanya ada di Indonesia. 

11 dari 11 halaman

10. Ketua Umum PSSI Memimpin dari Balik Jeruji Penjara

Peristiwa yang satu ini benar-benar nyeleneh dan unik. Di Indonesia, Ketua Umum PSSI masih bisa memimpin dari balik jeruji penjara. Siapa lagi kalau bukan Nurdin Halid. 

Menggantikan Agum Gumelar, Nurdin Halid terpilih sebagai Ketua Umum PSSI pada Rapat Anggota PSSI di Hotel Indonesia tahun 2003. Ia dikenal sebagai sosok kontroversial karena beberapa kali memimpin organisasi dari balik terali besi penjara.

Pada 16 Juli 2004, pria asal Makassar tersebut ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal. Ia kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi dalam  distribusi minyak goreng.

Pada 16 Juni 2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan. Hanya saja putusan itu kemudian dibatalkan Mahkamah Agung pada 13 September 2007. MA memvonis Nurdin dua tahun penjara.

Selanjutnya ia kemudian dituntut dalam kasus yang gula impor pada September 2005, namun dakwaan terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum.

Selain kasus ini, ia juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005. Pada 17 Agustus 2006 ia dibebaskan setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Indonesia.

Pada 13 Agustus 2007, Nurdin Halid kembali divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng. Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepak bola nasional.

Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI), Agum Gumelar (Ketua KONI), dan juga FIFA bersuara kritis ke NH.

FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum. Namun, Nurdin tetap bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Kekuasaannya tidak goyah sekalipun ia mengendalikan organisasi dari penjara.

Kontroversi muncul saat ia mengubah statuta PSSI, berkaitan dengan status ketua umum. Statuta yang sebelum berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" (They..., must not have been previously found guilty of a criminal offense) diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (have been previously).

Arti harafiah dari pasal tersebut menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal" (must not found guilty of a criminal offense). Para anggota PSSI menyetujui perubahan tersebut. Posisi Nurdin aman sebagai Ketua Umum PSSI. Nurdin bebas bersyarat dari penjara pada November 2008. 

(Bersambung) 

 

Video Populer

Foto Populer