Sukses


Kisah Nasib Persija saat 3 Kali Kompetisi Dihentikan

Bola.com, Jakarta - Skuat Persija Jakarta diisi oleh deretan pemain bintang ketika tiga kali kompetisi dihentikan di tengah jalan.

Pada musim 1997-1998, tim Macan Kemayoran bermaterikan pemain berlabel Timnas Indonesia. Ada Nur Alim, Rochi Putiray hingga Widodo C. Putro. Barisan nama lokal ini ditopang oleh pemain impor berkualitas semodel Mbeng Jean dan Olinga Atangana.

Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, mencetuskan kebangkitan Persija Jakarta pada musim itu. Bang Yos, panggilannya, prihatin dengan prestasi Macan Kemayoran yang nyaris degradasi pada kompetisi sebelumnya.

Bang Yos juga mengubah identitas tim sejak berdiri, yakni mengganti warna merah menjadi oranye sebagai ciri khas kebesaran Persija. Pada musim itu pula, organisasi suporter Macan Kemayoran, The Jakmania, terbentuk.

Liga Indonesia musim itu dibagi ke dalam tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Persija berada di Wilayah Berat. Saingan terberat Macan Kemayoran ketika itu ialah Persebaya Surabaya dan Persiraja Banda Aceh.

Total peserta mencapai 31 tim, rincianya 10 di Wilayah Barat, 11 di Wilayah Tengah, dan sisanya di Wilayah Timur. Memasuki pekan ke-15, Persija nangkring di peringkat kedua dengan 27 angka. Persija hanya defisit satu poin dari pimpinan klasemen sementara, Persebaya.

Ambisi Macan Kemayoran pada musim itu ialah mengakhiri paceklik gelar. Setelah terakhir merengkuh trofi pada 1978-1979, lemari piala Persija tak lagi menerima gelar Liga Indonesia.

Tiba-tiba di tengah jalan, kompetisi disetop. Kerusuhan yang terjadi sepanjang 1998 akibat dari krisis moneter saat itu membuat Liga Indonesia 1997-1998 dihentikan.

Keseriusan Persija Jakarta membangun tim menjadi sia-sia. Kompetisi musim 1997-1998 buyar. Diputuskan tidak ada tim yang menjadi juara kala itu.  

Video

2 dari 3 halaman

ISL 2015

Kisah Persija Jakarta di Indonesia Super League (ISL) 2015 mirip dengan musim 1997-1998. Sebelum memulai kompetisi, Macan Kemayoran menggemparkan bursa transfer dengan merekrut banyak pemain beken.

Setelah tertatih-tatih sejak penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilarang untuk membiayai klub sepak bola, Persija kembali beringas di lantai bursa. Manuver Ferry Paulus selaku Ketua Umum Persija begitu mengejutkan.

Persija berhasil mendatangkan Alfin Tuasalamony, bek sayap dengan prospek paling cerah saat itu, lalu duo pemain asing Eropa Timur, Yevgeni Kabaev dan Martin Vunk.

Yang paling sensasional tentu saja ketika Persija mengumumkan keberhasilan memulangkan Greg Nwokolo dan meyakinkan Stefano Lilipaly untuk bergabung. Agresivitas Macan Kemayoran di jendela jual-beli pemain membuat tim lain ketakutan.

Bayangkan saja, melalui racikan pelatih Rahmad Darmawan, prakiraan formasi Persija di ISL 2015 adalah Andritany Ardhiyasa; Ismed Sofyan, Alan Aciar, Gunawan Dwi Cahyo, Syaiful Indra Cahya; Martin Vunk, Alfin Tuasalamony, Muhammad Ilham; Stefano Lilipaly; Greg Nwokolo, Evgeniy Kabaev.

Belum lagi nama-nama tenar masih menghiasi bangku cadangan; Ambrizal, Abduh Lestaluhu, Amarzukih, Novri Setiawan, Adam Alis Setyano hingga Bambang Pamungkas.

Komposisi pemain mewah ini hanya bertahan selama dua pekan. Pasalnya, kompetisi keburu dihentikan. Penyebabnya karena PSSI dibekukan oleh Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat itu.

Telanjur berapi-api di bursa transfer, Persija menerima akibatnya saat kompetisi dimatikan. Macan Kemayoran mengalami krisis keuangan. Gaji Kabaev dan Vunk pada periode Januari-April 2015 tidak dibayarkan.

"APPI tidak juga mendapat respons ataupun balasan dalam bentuk apa pun dari Persija. Surat yang kami tuliskan berisi mengenai hak-hak yang seharusnya didapat oleh Martin Vunk berupa gaji bulan Januari-April, hadiah saat menjadi Most Valuable Player dalam pertandingan melawan Gamba Osaka, dan juga pengobatan dirinya saat menderita cedera ketika melakukan pertandingan bersama Persija. Adapun Evgeniy Kabaev menuntut gaji yang belum terbayarkan selama periode Januari-April 2015," tulis Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) selaku perwakilan dua pemain itu dalam pernyataan resminya, Mei 2015.

Polemik ini membuat Kabaev dan Vunk melaporkan Persija ke FIFA. Pada Juni 2016, FIFA memenangkan gugatan kedua pemain itu dan memaksa Macan Kemayoran melunasi gaji keduanya.

3 dari 3 halaman

Shopee Liga 1 2020

Cerita Persija di Shopee Liga 1 2020 cenderung sama dengan musim 1997-1998 dan 2015. Bertabur bintang, titel tersebut melekat pada skuat Macan Kemayoran.

Demi mewujudkan obsesi untuk meraih gelar Liga Indonesia yang kedua kalinya dalam tiga musim terakhir dan memuluskan rencana IPO (Initial Public Offering), Persija menyaipak budget tidak terbatas di bursa transfer.

Nama-nama tenar langganan Timnas Indonesia semodel Otavio Dutra, Alfath Faathier, Evan Dimas Darmono, dan Osvaldo Haay didaratkan. Eks bek Timnas Italia, Marco Motta dihadirkan. Gelandang asal Belanda, Marc Klok, diboyong untuk menjadi jenderal lapngan tengah Persija.

"Tahun ini kami memiliki target juara. Kami harus punya modal pemain yang memiliki mental juara,” kata Ferry Paulus, Direktur Olahraga Persija pada Desember 2019 sebelum mengumpulkan para pemain bintang.

Sebagai pemanasan sebelum menghadapi kerasnya persaingan Shopee Liga 1, Persija mengikuti Piala Gubernur Jatim. Di turnamen pramusim itu, Macan Kemayoran menjadi runner up setelah dibungkam Persebaya 1-4 pada partai puncak.

Persija lalu memulai kompetisi dengan raihan lumayan. Macan Kemayoran menang 3-2 atas Borneo FC di kandang dan menahan satu di antara pesaing terberat, Bhayangkara FC, di markas lawan.

Saat performa tim tengah menanjak, Shopee Liga 1 dihentikan PSSI. Pandemi virus Corona yang makin mengganas di Indonesia menjadi penyebabnya.

Sampai saat ini, PSSI masih belum memastikan status kompetisi. Apakah tetap akan digelar atau bahkan berhenti total.

Video Populer

Foto Populer