Sukses


Setengah Juta Warga Papua Berpesta, Gelar Musim 2005 Jadi Momen Kebangkitan dan Awal Hegemoni Persipura

Bola.com, Jakarta - Persipura Jayapura tercatat sebagai klub dengan jumlah gelar terbanyak di pentas Liga Indonesia. Tim Mutiara Hitam jadi yang terbaik di musim 2005, 2008-2009, 2010-2011, 2013, dan 2016.

Dominasi Persipura dimulai pada tahun 2005, gelar pertama mereka di kompetisi penggabungan Galatama dan Perserikatan jadi momen kebangkitan Tim Bumi Cenderawasih setelah tertidur lama. Persipura terakhir kali mengecap madu kesuksesan tahun 1979 di pentas Divisi 1 Perserikatan.

Sukses Persipura menjadi jawara musim 2005, tak lepas dari kontribusi Generasi Emas Papua yang baru unjuk gigi memenangi gelar PON 2004 Palembang. Di ajang itu mencuat pemain-pemain muda berbakat macam: Boaz Solossa, Ian Kabes, Korinus Fingkreuw sampai Christian Worabay.

Menyongsong musim tersebut, manajemen Persipura amat serius membangun kekuatan tim. Mereka mendatangkan pelatih muda, Rahmad Darmawan, yang tengah naik daun bersama Persikota Tangerang.

RD-panggilan akrab coach Rahmad Darwmawan membangun fondasi tim dengan mengombinasikan pemain-pemain veteran PON 2004 dikombinasikan dengan bintang-bintang kelas satu. Marwal Iskandar, Christian Lenglolo, Mauly Lessy, Jendri Pitoy, Jack Komboy, Eduard Ivakdalam adalah deretan pemain yang sedang berada di puncak karier.

Sejak awal musim, mereka sudah dijagokan banyak pengamat bakal sukses di pentas kasta elite. Duel Persipura Vs Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Minggu (29/9/2005) jadi final idaman. Tim Macan Kemayoran yang bertindak sebagai lawan juga berlabel The Dream Team.

Persija menjadi representasi kekuatan utama Wilayah Barat, sementara itu Persipura di Wilayah Timur. Liga Indonesia 2005 yang disponsori perusahaan rokok Djarum menggunakan format kompetisi semi turnamen. Usai menjalani fase kompetisi reguler di dua wilayah, delapan tim terbaik berjumpa dalam sistem turnamen mini yang berujung final di SUGBK.

Pertandingan berjalan sengit hingga perpanjangan waktu dan berkesudahan dengan skor tipis 3-2. Gol-gol Persipura dicetak Boaz Solossa (18'), Korinus Fengruew (82'), dan Ian Kabes (101'). Agus Indra (10') dan Francis Wewengkang (55') jadi pencetak gol kubu Persija.

Bek sayap kanan Persipura, Christian Worabay terpilih sebagai pemain terbaik musim tersebut.

Duel final seru sedikit ternodai aksi anarkisme suporter. The Jakmania yang tak terima tim kesayangannya dipermalukan di ibu kota terlibat keributan dengan Persipura Mania.

"Kami datang untuk menjadi juara. Semua kemampuan terbaik kami keluarkan. Sukses kami karena pertolongan Tuhan," tutur Eduard Ivakdalam, kapten Persipura.

"Kunci kesuksesan kami adalah stamina. Saat pemain-pemain Persija mulai kelelahan, para pemain kami tetap bugar menjalani pertandingan. Ini semua terjadi karena kedisplinan mereka mengatur pola istirahat di tengah jadwal padat babak 8 besar," imbuh Rahmad Darmawan.

Usai mengangkat trofi juara, lagu Hari Ini Harinya Tuhan berkumandang di tribune penonton. Para pemain Persipura menari-nari kegirangan menikmati sukses setelah 25 tahun puasa gelar juara.

 

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 3 halaman

Lautan Manusia dan Perjalanan 12 Jam Nonstop

Sukses Persipura disambut euforia masyarat Papua. Mereka turun ke jalan mengarak para pemain kesayangannya saat tiba di Jayapura pada Selasa (27/9/2015) pagi. Penulis hadir langsung menyaksikan pesta juara besar-besaran Boaz Solossa dkk.

Bandara Sentani banjir lautan manusia. Para pemain Persipura dikawal lautan manusia saat membawa piala Liga Indonesia mulai dari bandara hingga Balai Kota Jayapura.

Tak kurang dari 500 ribu orang memenuhi jalanan. Suporter yang berpesta bukan hanya berasal dari Jayapura, tapi daerah-daerah lainnya. Mereka bernyanyi dan menari-nari merayakan kesuksesan tim kesayangan.

Seperti terhipnotis, aktivitas kehidupan harian berhenti total.  Warga Jayapura, Waena, Abe, Kota Raja, dan Entrop berbaur jadi satu. Belum lagi mereka yang datang dari daerah pelosok macam Sorong, Wamena, dan Biak.

Pesta Persipura tak hanya dirayakan warga asli Papua, tapi juga pendatang asal Makassar, Jawa, atau Maluku.

Perjalanan dari Bandara Sentani menuju pusat kota Jayapura normalnya ditembuh hanya dua jam saja, pada saat Pesta Rakyat Persipura lamanya jadi 12 jam.

Para pemain yang tiba pada pukul 10 pagi waktu setempat, baru tiba di tempat pusat perayaan juara ketika matahari sudah terbenam.

Perjalanan menjadi lama, karena di setiap distrik yang disinggahi pemain dan ofisial disambut upacara adat. Bahkan ada pemain yang diculik sebentar saat tiba di area kampungnya sendiri.

"Luar biasa, saya belum pernah merasakan afmosfer seperti ini. Benar-benar penting arti gelar Liga Indonesia buat warga Papua," tutur Marwal Iskandar yang asli Palopo, Sulawesi Selatan.  Marwal juga menjalani pesta adat ala Sulawesi saat perjalanan pawai.

"Bahagia rasanya bisa membuat masyakarat Papua bergembira hari ini," imbuh Rahmad Darmawan, pelatih Persipura. 

Saat berada di Balai Kota Jayapura, Gubernur Papua, Jaap Solossa, langsung mengalungkan kembang ke seluruh anggota skuat. Kala itu, Jaap, merupakan paman Boaz Solossa dan berstatus pembina Persipura. Ia sosok yang membantu pendanaan klub sehingga bisa membangun komposisi skuat yang mumpuni untuk bersaing di pentas Liga Indonesia 2005.

"Begitu indahnya hari ini, melihat masyarakat Papua tersenyum dan tertawa gembira karena sepak bola," kata Jaap Solossa.

Pesta kemenangan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Pada Kamis (29/9/2015) para pemuka adat berkumpul untuk melakukan upacara adat. Puluhan babi disiapkan sebagai sajian makanan dalam acara pesta adat.

Sebagai apresiasi kepada para pemain, manajemen klub serta petinggi daerah urunan memberi bonus. Walau sejatinya mayoritas pemain tak memusingkan soal apresiasi. Kesuksesan menjadi juara kompetisi hal yang tak bisa dibayar dengan rupiah berapapun.

"Kalau saya pikirkan uang, seusai PON saya sudah pergi menerima tawaran klub-klub asal Jawa. Bermain buat Persipura sebuah kebanggaan. Tim ini adalah jati diri masyarakat Papua," kata Boaz Solossa.

Anggota tim diguyur bonus Rp 1 miliar yang berasal dari kocek pribadi gubernur. "Saya juga dapat sumbangan dari pengusaha. Khusus Eduard Ivakdalam, saya akan berikan dia rumah. Itu sudah menjadi kaul," kata Jaap.

M.R. Kambu, Wali Kota Jayapura yang menjadi manajer tim juga mengeluarkan uang dengan nominal sama buat seluruh anggota tim.

Selain bonus materi rupiah, penggawa Persipura juga kebagian jatah mobil Daihatsu Xenia per kepala.

 

 

3 dari 3 halaman

Kepergian Rahmad Darmawan

Seiring keberhasilan Persipura menjadi tim terbaik musim 2005, nilai jual para pemain Tim Mutiara Hitam melonjak pesat. Tantangan dihadapi manajemen klub, mereka kesulitan memagari pemain-pemain terbaiknya pergi pindah klub yang menjanjikan bayaran wah.

Manajer Persipura, M.R. Kambu, secara terus terang mengaku tak bisa mencegah kepergian pemain-pemain terbaik Persipura. "Itu sudah menjadi sebuah konsekuensi logis dari sebuah keberhasilan. Sebagai warga Papua saya senang banyak klub daerah lain berminat memboyong pemain-pemain terbaik kami. Artinya mereka mengakui talenta kami," ujarnya.

Walau Kambu sejatinya juga berharap, sebagian besar awak tim bertahan karena Persipura akan berlaga di Liga Champions Asia (LCA). "Persaingannya di LCA pasti lebih berat. Agar bisa kompetitif di persaingan Asia, kami perlu juga menambah amunisi baru pemain-pemain berkualitas," kata Kambu.

Persipura berniat memulangkan pemain-pemain lokal mereka yang ada di klub-klub luar pulau. Erol Iba (Arema FC), Ortizan Solossa (Persija Jakarta) jadi target buruan utama. Jaap Solossa siap turun tangan membantu melakukan lobi.

"Ortizan itu anak saya (yang bersangkutan putra adik kandung Jaap). Saya ingin dia main di Persipura. Ayo kembali ke kampung halaman," katanya.

Rahmad Darmawan, sudah mengantongi nama-nama pemain baru untuk membuat Persipura lebih kompetitif menghadapi musim baru. Salag satunya sosok bomber asing asal Chile, Cristian Carrasco, yang saat itu bermain buat Persebaya Surabaya. "Saya suka dengan gayanya yang ngotot. Ia striker petarung yang mau menjemput bola," katanya.

Siapa sangka, skenario membangun tim buyar seiring kepergian Jaap Solossa. Sang gubernur mangkat, terkena serangan jantung. Persipura goyah.

Pukulan didapat Persipura, saat tiba-tiba Rahmad Darmawan memutuskan pindah ke Persija. RD yang aktif berdinas di kesatuan marinir tak bisa menolak tawaran komandannya untuk menukangi Tim Macan Kemayoran. Pembina Persija, Sutiyoso, yang purnawirawan TNI AD berperan melakukan lobi angkatan untuk bisa menggaet pelatih asal Lampung tersebut.

"Sejatinya saya masih betah melatih di Persipura, namun saya harus menurut apa kata komandan saya. Maaf kalau akhirnya saya harus pergi," tutur Rahmad.

Hubungan antara RD dengan manajemen Persipura sempat memanas, karena ia juga berniat mengajak pergi dua pemain pilar Persipura, Christian Worabay dan Korinus Fingkreuw.

Keduanya tertangkap tangan di Bandara Sentani, saat hendak menuju Jakarta. Mereka dibawa balik ke Jayapura, rencana Persija menggaet keduanya buyar. "Harusnya coach Rahmad meminta secara baik-baik. Jangan main belakang," papar Kambu.

Sebagai pengganti, Persipura sempat mendatangkan pelatih asal Brasil, Antonio Gonzaga Netto. Ia hanya bertahan beberapa pekan saja menukangi Jack Komboy cs. Persipura sempat mengontrak pelatih lokal, Yusack Sutanto, yang juga seumur jagung melatih, karena terlibat konfrontasi dengan pemain. Pada musim 2006 Persipura ditukangi Mettu Duaramurry.

Mereka gagal mempertahankan gelar kasta tertinggi. Pencapaian terbaik mereka hanya lolos ke final Piala Indonesia 2006. Persipura kalah di final 2-0 dari Arema. Pada periode 2006-2007. Persipura gonta-ganti pelatih. Ivan Kolev (Bulgaria), Irfan Bhakti dan Raja Issa (Malaysia) sempat singgah ke Jayapura.

Persipura kemudian berjodoh dengan nakhoda asal Brasil, Jacksen F. Tiago di awal musim 2008-2009. Siapa sangka, di tangannya Persipura hattrick gelar Liga Indonesia. Pencapaiannya melebihi RD.

 

Video Populer

Foto Populer