Sukses


6 Aksi Suporter Timnas Indonesia Paling Cetar: Gowes Sepeda 7 Hari, hingga Dukungan Miyabi dan Biarawati

Bola.com, Jakarta - Suporter Timnas Indonesia dikenal sebagai satu di antara fans fanatik dan kreatif di Asia Tenggara. Tak hanya beraksi di kandang, mereka kerap melakukan perjalanan tandang untuk mendukung tim Garuda dalam berbagai ajang.

Di dalam negeri, suporter pasti memerahkan stadion apabila Timnas Indonesia berlaga, terutama pada partai-partai penting. Tak hanya timnas senior, duel Timnas Indonesia usia muda pun mereka lahap.

Fanatisme suporter Timnas Indonesia tidak hanya di Ibu Kota, Jakarta. Di daerah, tiap kali Timnas Indonesia berlaga, stadion seringkali penuh.

Bahkan, turnamen-turnamen usia muda pun tak luput dari serbuan suporter di daerah, misalnya Sleman, Solo, Sidoarjo, dan Surabaya.

Beberapa hajatan Timnas Indonesia yang wajib bagi suporter ialah Piala AFF dan SEA Games. Hampir di setiap edisi, mereka selalu mendatangi negara-negara yang menjadi tuan rumah.

Banyak cara dilakukan suporter untuk mendukung Timnas Indonesia. Mulai menabung dan patungan untuk biaya akomodasi, hingga naik sepeda.

Seperti apa kisah-kisah seru suporter Timnas Indonesia? Simak berikut ini.

Video

2 dari 7 halaman

Gowes dari Bangkok ke Yangon

Dua pemuda asal Medan, Sumatra Utara, Yudha Lesmana Pohan dan Aman Hamonangan Siregar naik sepeda dari Bangkok, Thailand, ke Yangon, Myanmar, dengan waktu 7 hari, ketika mendukung Timnas Indonesia U-19 berlaga di Piala AFC U-19 2014.

Yudha, 27, sehari-hari ialah fotografer freelance. Adapun Aman ialah seorang pengusaha muda. Niat keduanya untuk datang ke Myanmar sudah dimatangkan sejak tahun lalu, saat Timnas U-19 menjadi juara Piala AFF U-19 di Sidoarjo. Keduanya amat ingin memberi dukungan langsung ke Evan Dimas dkk. dengan cara yang tak biasa.

"Langkah awal, kami melihat jadwal pertandingan Indonesia. Jadwal dan perencanaan pun kami matangkan agar bisa berangkat ke Myanmar untuk mendukung timnas meraih tiket ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru," kata Aman.

Aman dan Yudha memang fan fanatik Timnas U-19. Mereka tertarik dengan permainan cantik dengan gaya tiki-taka yang dipertontonkan anak-asuh Indra Sjafri tersebut.

"Lihat saja selama ini permainan mereka spektakuler, walaupun Dewi Fortuna belum bersama Indonesia saat ini saat berlaga di Myanmar. Namun, kami berdua tetap akan mendukung perjuangan mereka," imbuh Yudha.

Yudha dan Aman kemudian menceritakan perjalanan mereka dari Medan ke Yangon. Dari Medan mereka menuju Bangkok, kemudian dilanjutkan menggunakan kereta api ke Phitsanulok. Di kota itu, keduanya mulai menggowes menuju Tak. Dari Phitsanok ke Tak menguras banyak tenaga.

"Kami harus melewati dua taman nasional yang cukup tinggi. Lelahnya benar-benar terasa. Malam harinya kami baru tiba di Ma Sot."

Kota Ma sot, Thailand, merupakan perbatasan antara Thailand dan Myanmar. Di situlah petualangan keduanya mulai mendapat masalah termasuk visa.

Saat itu, petugas Thailand tidak mengizinkan keduanya menyeberang ke Myanmar dan disuruh kembali ke Bangkok untuk mengurus visa. Padahal, Indonesia dan Myanmar sejak 5 bulan lalu menyepakati perjanjian bebas visa. Aturan baru itu ternyata tidak diketahui petugas imigrasi Thailand.

"Singkat cerita, kami dipersilakan masuk karena kami menunjukkan bukti bahwa Indonesia bebas visa ke Myanmar. Lalu kami melewati perbatasan.Hanya jembatan yang berjarak 500 meter yang menghubungkan kedua negara ini. Lalu kami ke Myawadi, Myanmar. Dan gowes lagi membelah hutan lebat di jalanan. Lebih dari lima kali kami diperiksa tentara dan polisi saat melewati jalan hutan perbukitan," cerita Yudha.

Setelah melalui perjalanan panjang dan tiba di Desa Kawkaraek, keduanya menuju Hpaan untuk menuju ke Bago yang sudah dekat dengan Yangon. Meskipun Timnas Indonesia U-19 ternyata gagal lolos dari fase penyisihan, keduanya tidak merasa menyesal telah berangkat jauh-jauh memberi dukungan.

"Kami tidak kapok. Selain mendukung timnas, kami kan juga punya tujuan jalan-jalan menikmati pemandangan negara lain. Intinya ini jadi pengalaman seru yang tak terbayar," tutur Yudha.

3 dari 7 halaman

Coreng Muka yang Dipuji FIFA

Suporter Timnas Indonesia memang suporter yang punya gaya. Di manapun Tim Garuda bertanding, suporter setia selalu tampil unik dan atraktif, seperti yang ditunjukkan Mario Sonatha, yang selalu tampil unik ketika mendukung timnas..

Mario mengecat muka sesuai warna bendera Indonesia dengan kostum Indian. Penampilannya yang mencolok dibandingkan suporter lainnya menyita perhatian suporter lain. Malah, sebagian suporter tidak segan untuk meminta foto bareng.

Pada Piala AFF 2016, Mario dan rekannya, Rio Aribowo, juga tampil dengan kostum serupa ketika mendukung perjuangan Tim Merah-Putih saat berada di Filipina.

Mario merupakan anggota FIFA fan movement, gerakan yang dibentuk untuk mengakomodasi suporter dari seluruh dunia. Karena berstatus sebagai anggota, Mario kerap 'dicolek' FIFA via Twitter dan Instagram.

4 dari 7 halaman

Membawa Bendera Raksasa ke Mana-mana

Belasan suporter Timnas Indonesia yang tergabung dalam One Soul One Nation mendukung Andik Vermansah dkk. berlaga pada babak penyisihan Grup A Piala AFF 2016 di Filipina. Ada cerita menarik dalam lawatan mereka.

Para suporter yang datang dari Jakarta, Banten, Malang, Malaysia, dan Hong Kong 'bermarkas' di rumah warga Filipina. Ya, dua penggemar sepak bola asal Filipina, Diosdado Halili menyediakan rumahnya untuk menginap suporter Timnas Indonesia.

"Saya sudah kenal lama dengan Harie (koordinator tur suporter Timnas Indonesia). Kami sama-sama sering membicarakan sepak bola dan begitu tahu Filipina jadi tuan rumah, saya bujuk teman dari Indonesia untuk ke Filipina," kata Diosdado Halili.

Diosdado Halili bertempat tinggal di dekat Stadion Rizal Memorial yang menjadi salah satu venue Piala AFF 2016. Pria yang akrab disapa Dado ini juga membuka rumahnya untuk menjadi tempat istirahat suporter Indonesia.

"Saya malah sangat senang teman-teman dari Indonesia ke sini. Ini menunjukkan suporter Indonesia memang benar-benar menggemari sepak bola. Banyak dari mereka yang rela menghabiskan masa cutinya demi mendukung timnas mereka," ucap Dado.

Babak penyisihan Grup A Piala AFF 2016 yang digelar di Filipina menjadi tantangan tersendiri bagi komunitas One Soul One Nation (OSON). Mereka berada di Filipina selama sembilan hari, sejak 18-26 November untuk mendukung Timnas Indonesia.

One Soul One Nation adalah sekelompok suporter yang berada di wilayah Jabodetabek. Awal berdirinya komunitas ini adalah saat beberapa suporter Arema di perantauan ingin membuat bendera Merah Putih raksasa (ukuran lapangan sepak bola 60x120 meter).

Proses menjahit dilakukan sejak akhir September dan dilakukan selama dua tahap di Tangerang. Misi mereka adalah mengalahkan warga Rumania yang memiliki bendera negara terbesar di dunia (349 x 227 meter). Saat bendera dibawa ke Filipina, suporter Indonesia adalah satu-satunya fans yang memiliki bendera raksasa. 

Misi dari komunitas OSON adalah menyatukan suporter Indonesia di bawah naungan Merah-Putih. Memang, hal tersebut sangat sulit. Namun, mereka merasakan pada saat di tanah perantauan, semua suporter bisa bersatu.

“Tujuan utama kami tak henti-hentinya berharap suporter Indonesia damai dan bersatu. Maka dibuatlah bendera ini sekaligus komunitas suporter Indonesia,” kata Budi Semar, salah satu pentolan OSON kepada Bola.com. 
5 dari 7 halaman

Aksi Nekat Datang ke Malaysia

Suporter Indonesia dan Malaysia memang kerap terlibat adu mulut di sosial media, hingga gesekan di lapangan. Namun, ada potret kebersamaan suporter Timnas Indonesia dengan pendukung Malaysia, Ultras Malaya, terekam dan diunggah di media sosial Instagram, @comrademalaya.my.

Ribuan suporter akan mendukung perjuangan Timnas Indonesia untuk menantang Malaysia pada partai kelima Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Partai tersebut akan berlangsung di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Selasa (19/11/2019) pukul 19.45 WIB.

Unggahan tersebut disertai pesan ajakan menjaga perdamaian untuk kedua kelompok suporter. Foto tersebut membuktikan bahwa hubungan suporter Timnas Indonesia dengan Ultras Malaya tetap harmonis menyusul serangan terhadap Ultras Malaya pada pertemuan pertama di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, 5 September lalu.

"Salam damai. Bunga kami taburkan. Pendiri Ultras Garuda, Haji Budi dan Capo Ultras Malaya, Lekir Haji Ahmad serta Ayah Riko The Jakmania dan anak-anak Aremania," tulis unggahan tersebut.

Ayah Riko yang dimaksud pada unggahan tersebut beridentitas asli Larico Ranggamone, mantan Ketua Umum The Jakmania, suporter Persija Jakarta.

Riko mengaku berangkat ke Malaysia bersama rekan-rekan kelompok suporter yang lain namun berbeda bendera klub. "Saya bersama Mas Harie Pandiono dan Mas Budi Aremania," imbuh Riko kepada Bola.com, Selasa (19/11/2019).

Riko lalu membagikan dua video kebersamaannya dengan Ultras Malaya. Di Stadion Bukit Jalil, Riko berbincang-bincang dengan Nadi, anggota Ultras Malaya.

"Kami bersama Ultras Malaya di sini. Kami sudah berada di Stadion Bukit Jalil untuk menonton Malaysia kontra Timnas Indonesia. Selama 90 menit kami perang suara. Selebihnya kami saudara," ujar Riko dalam video yang dibagikannya.

"Mudah-mudahan dimulai dari sekarang, Indonesia dengan Malaysia menjadi bersaudara, dalam hal apapun, menjadi kekal dan abadi. Tinggalkan rasa provokasi. Hanya 90 menit kami bersaing, selebihnya kami bersaudara," kata Riko.

"Kami fokus menaikkan semangat Malaysia. Jadi kami tidak memikirkan untuk melakukan provokasi. Di dalam stadion kami hanya fokus dengan Malaysia. Di luar hal itu, abaikan. Kami hanya fokus ke Malaysia saja," tutur Nadi.

"Jadi suporter Timnas Indonesia dengan Malaysia damai-damai saja," timpal Riko, mengakhiri.

6 dari 7 halaman

Biarawati Fans Berat Ferdinand Sinaga

Piala AFF 2016 yang digelar di Filipina menyimpan banyak cerita menarik. Termasuk aksi fanatik mendukung Timnas Indonesia yang dilakukan salah seorang biarawati asal Indonesia, yang menetap di negara itu.

Cerita tersebut bermula saat Bola.com memasuki Philippine Sport Stadium, Bocaue, Bulacan, Selasa (22/11/2016) malam, ketika pertandingan Timnas Indonesia melawan Filipina memasuki jeda babak kedua. "Mbak, mbak, kamu dari Indonesia?" begitu kata biarawati dari Keuskupan Paranaque, Filipina, menyapa Bola.com.

Langsung saja Bola.com berbincang dengan wanita bernama Adelaide Soares Babo. Wanita berusia 46 tahun ini berasal dari Atambua, Nusa Tenggara Timur. Adelaide sangat antusias bertemu dengan warga Indonesia yang menonton laga Indonesia melawan Filipina.

"Setiap pertandingan Piala AFF 2016 saya bisa masuk karena sudah diberi free pass," kata Adelaide mengawali pembicaraan.

Adelaide dan satu biarawati yang lain mengawal anak-anak Filipina yang menjadi pendamping pemain tim yang berlaga di babak penyisihan Grup A Piala AFF 2016. Secara khusus, Federasi Sepak Bola Filipina (PFF) memberikan dia akses masuk stadion. 

Tak hanya itu, Adelaide juga bisa memasuki area di luar ruang ganti pemain Filipina. "Di semua zona stadion ini saya bisa masuk, kecuali ruang ganti pemain. Kami berdoa bersama sebelum dan sesudah pertandingan," ucapnya.

Perbincangan kami dengan Adelaide akhirnya terhenti saat Timnas Indonesia kembali bermain pada babak kedua. Adelaide berteriak kencang layaknya suporter. Saking gemasnya, Adelaide kerap menarik baju salah satu anak Filipina yang berada di sebelahnya.

"Tidak, tidak.. jangan sampai kena gol," begitu dia berteriak saat pemain The Azkals menggempur pertahanan Indonesia.

"Saya sudah bilang ke orang PFF, walaupun saya diberi tiket masuk, hari ini saya berdoa untuk Indonesia," ucapnya.

Adelaide hanya hafal satu pemain di Timnas Indonesia. Siapa dia? Ferdinand Sinaga. "Mana Sinaga? Mainkah dia? Kalau bisa saya ingin berfoto dengannya," ucapnya.

Setelah selesai berteriak mendukung Timnas Indonesia, Adelaide lalu menceritakan perjalanannya dari Atambua ke Filipina. Setelah menjadi biarawati di Atambua, pada tahun 2008 dia berangkat ke Filipina.

"Saya ingin membantu banyak orang dan saat ada tawaran ke Filipina, saya langsung berangkat. Belajar banyak di sini dan dapat pengalaman baru, bukan hanya soal rohani, tapi juga berinteraksi dengan kehidupan manusia," kata Adelaide.

Adelaide lalu bercerita tiga mantan pemain Timnas Filipina yang menjadi jemaat di Keuskupan Paraque. Mereka adalah bek Simone Rota dan Dennis Villanueva, yang memiliki keturunan Italia.

Ada kisah sedih dari Simone Rota yang tak masuk skuat Filipina di Piala AFF 2016 akibat cedera.

"Tahun 2008 saat saya datang di Filipina, saya bertemu Simone Rota. Dulu dia anak telantar karena kedua orang tua sudah meninggal dan dia berada di panti asuhan gereja kami lalu punya orang tua asuh. Saya sangat sedih dia cedera dan tidak bisa bermain untuk timnas," kata Adelaide.

"Rota saat bayi dirawat suster Flora Zippo, lalu mendapat orang tua asuh dari Italia, namanya Maurizio dan Marinela Rota," katanya.

"Simone Rota sekarang sudah sukses dan dia punya anak asuh di panti asuhan gereja kami. Anak-anak ini yang diminta The Azkals untuk jadi pendamping pemain tim di Piala AFF di Filipina," jelas Adelaide.

"Simone akan bikin film tentang kisah hidup dia, tunggu saja nanti saya beri kabar," ucapnya.

Namun, karena Simone Rota cedera, perhatian Adelaide kembali tertuju pada Ferdinand Sinaga. "Ahhh, menyesal sekali saya tak bisa foto dengannya, semoga sebelum timnas kembali ke Tanah Air saya bisa bertemu," kata Adelaide mengakhiri pembicaraan.

7 dari 7 halaman

Miyabi Mendadak Merah-Putih

Tribune penonton di Stadion Rizal Memorial, Filipina, Selasa (26/11/2019), mendadak riuh saat Timnas Indonesia U-22 menghadapi Thailand dalam laga Grup B sepak bola SEA Games 2019. Ternyata hadir mantan pemeran film dewasa asal Jepang, Maria Ozawa.

Wanita yang akrab disapa Miyabi itu datang untuk langsung memberikan dukungan kepada Timnas Indonesia U-22. Miyabi terlihat datang menggunakan jersey merah milik Timnas Indonesia U-22.

"Saya datang sebagai brand ambassador. Saya lihat Indonesia suporternya fanatik dan semoga hari ini menang," kata Miyabi kepada wartawan saat jeda pertandingan.

"Buat saya Indonesia adalah negara yang spesial. Makanya saya hari ini memakai jersey Indonesia. Saya berharap Timnas Indonesia bisa meraih kemenangan 2-0 dan saya berencana datang lagi pada pertandingan berikutnya," ujar Miyabi.

Kehadiran Miyabi langsung dimanfaatkan para suporter untuk berswafoto. Maklum, nama wanita asal Jepang itu memang tersohor di Indonesia pada awal 2000an.

Miyabi saat ini diketahui tinggal di Manila, Filipina. Wanita berusia 33 tahun itu kini sudah tidak lagi bermain film dewasa dan aktif menjadi duta dari produk dan situs judi.

Tak hanya sekali memberi dukungan ke Timnas Indonesia U-22, Maria Ozawa juga sempat kembali datang menonton aksi Tim Garuda Muda saat menghadapi Singapura, Kamis (28/11/2019). Kehebohan yang terjadi pun serupa dengan laga sebelumnya.

Video Populer

Foto Populer