Sukses


Hendro Siswanto, Tidak Bisa Diam di Rumah dan Harapan untuk Kelanjutan Kompetisi

Bola.com, Malang - Kapten Arema FC, Hendro Siswanto, tergolong merupakan pribadi yang disiplin dalam menjalankan imbauan pemerintah di tengah pandemi virus corona COVID-19. Hendro tidak banyak beraktivitas di luar rumah dan memilih menghabiskan waktu bersama keluarga.

Hendro Siswanto banyak berkreasi bersama anak, istri, dan saudaranya yang ikut tinggal di Malang. Beberapa waktu lalu, dia menyulap ruangan rumahnya menjadi studio foto.

Hendro berfoto sendiri dengan anak, istri, dan keluarganya yang kebetulan tinggal di Malang. Memang pemain berusia 30 tahun ini punya hobi memotret.

Beragam aktivitas tersebut dilakukan Hendro demi melawan rasa stres yang melanda di tengah pandemi COVID-19. Menurutnya, kondisi saat ini benar-benar tidak ideal bagi semua orang, termasuk pesepak bola.

Wajar saja, profesinya menuntut Hendro harus bekerja di luar ruangan, dan itu tidak bisa dilakukan. Gaji dari klub pun dipangkas hingga hanya mendapatkan 25 persen pada setiap bulannya hingga Juni mendatang. Belum lagi dia tak bisa bersosialisasi dengan banyak orang.

Kepada Bola.com, Hendro Siswanto menceritakan semua kondisi yang harus dijalaninya untuk pertama kali di tengah pandemi virus corona.

Video

2 dari 3 halaman

Soal Pandemi Corona

Bagaimana efek pandemi virus corona bagi Anda? 

Efeknya tentu ada negatif dan positif. Kalau negatif, sepak bola berhenti, tidak bisa bekerja, tidak bisa menjalani hobi di luar rumah. Perekonomian juga terimbas, termasuk bisnis yang tidak bisa menghasilkan pemasukan maksimal.

Kalau positifnya, jadi sering berkumpul dengan keluarga. Gaya bersih juga mulai dibiasakan. Hanya itu positifnya. Memang banyak negatifnya.

Kabarnya kamu justru tidak bisa diam saat beraktivitas di rumah saja?

Saya kalau diam saja di rumah justru makin stres. Sekarang saja sudah ada tanda-tanda stres, seperti sakit perut, jerawat, dan ingin beli ini dan itu.

Untuk mengalihkan, saya membuat banyak aktivitas di rumah, seperti olahraga, otak-atik kamera, dan bikin konten youtube. Lumayan bisa menghilangkan stres. Saya ini juga tidak bisa tidur lama. Jadi ada saja aktivitasnya dari pagi sampai malam.

Pemerintah sudah melarang mudik saat Hari Raya Idul Fitri. Bagaimana menyikapinya?

Saya di Malang saja. Mungkin bisa pulang dengan kendaraan sendiri dari garasi rumah langsung ke garasi rumah keluarga di Sidoarjo atau Tuban. Artinya tidak berhenti di jalanan. Tapi rasanya tidak enak juga mudik kondisi seperti ini. Nanti keluarga di sana juga khawatir. Belum lagi pandangan tetangga dan sebagainya. Jadi lebih baik di sini dulu.

3 dari 3 halaman

Dampak bagi Persepak Bola dan Kelanjutan Kompetisi

Hanya manerima gaji 25 persen dalam sebulan apakah cukup? Apa saja pengeluaran yang kini harus disesuaikan?

Kalau dibilang cukup, ya Alhamdulillah. Tapi, memang butuh penyesuaian lagi. Pengeluaran yang tidak terlalu penting dikurangi, seperti jalan-jalan, jajan, dan yang lainnya.

Pengeluarannya sekarang dialokasikan untuk kebutuhan anak, kebutuhan orang tua, dan makan. Selama ini, jalan-jalan itu yang pengeluarannya banyak. Sekarang di rumah saja juga lebih hemat.

Sepertinya ada rasa kurang bagus saat kamu jadi kapten. Dulu 2016 jadi kapten Arema, justru pertengahan musim cedera. Sekarang corona. Bagaimana tanggapannya?

Dulu saya menjadi kapten saat pramusim 2016. Setelah kompetisi ada Bang Hamka Hamzah yang jadi kapten. Tapi, waktu itu memang cedera lutut.

Sekarang kapten, kompetisinya berhenti. Mungkin kaptennya harus orang lain. Sebenarnya saya juga masih terus belajar jadi pemimpin karena saya ini sebelumnya terbiasa jadi prajurit. Tapi, saya berterima kasih diberi kepercayaan jadi kapten tim pada musim ini.

Prediksi Anda, kompetisi Shopee Liga 1 dilanjutkan atau tidak?

Keinginannya ya dilanjutkan. Dalam grup tim Arema sempat ada kabar kompetisi akan dilanjutkan sehingga pemain tetap jaga kondisi dengan latihan. Tapi, hari ini saya lihat kabar ada kemungkinan dihentikan.

Jadi masih bingung dan belum tahu kepastiannya bagaimana. Klub juga belum ada kabar-kabar lagi.

Kalau diminta memprediksi, sulit. Indonesia ini kan sulit diprediksi. Belum tahu juga virus corona ini kapan selesai, tergantung masyarakatnya juga. Pemerintah sudah menghimbau untuk di rumah saja, tapi masih banyak yang meremehkan dan beraktifitas di luar. Ada yang bilang kalau sakit ya takdir. Jadi ya sulit.

Kalau saya, kompetisi lebih baik dilanjutkan jika kondisi sudah aman. Artinya, risiko terkena virus corona sudah tidak ada. Khawatir juga kalau kompetisi dipaksa lanjut dalam situasi seperti ini, nanti sakit. Bisa menular ke keluarga juga. Risikonya besar. Meskipun dalam hati, pasti sebagai pemain ingin segera beraktifitas di lapangan lagi.

Video Populer

Foto Populer