Sukses


Mengenang Kiprah Edy Paryono, Duplikat Sartono Anwar yang Melambungkan PSIS Semarang

Bola.com, Semarang - PSIS Semarang memiliki pelatih lokal yang sukses, yakni Sartono Anwar. Pria asli Semarang yang berhasil membawa Mahesa Jenar meraih trofi Perserikatan untuk pertama kalinya pada tahun 1987.

Namun, jangan lupakan nama lainnya, yakni Edy Paryono, yang juga asli wong Semarang. 

Edy Paryono mampu menyamai prestasi Sartono dengan mengantarkan PSIS juara. Edy Paryono lahir di Semarang, 14 Juli 1954. Prestasi tertingginya adalah mengantarkan Mahesa Jenar menjuarai Liga Indonesia tahun 1998-1999 dan juara Divisi I tahun 2001.

Pada Liga Indonesia 1998-1999, dengan bekal skuat yang pas-pasan dan tidak diperhitungkan sebelumnya, PSIS justru tampil sebagai pemenang kompetisi. PSIS dibawanya meraih gelar juara setelah mengalahkan Persebaya Surabaya di final lewat gol tunggal Tugiyo.

Trofi PSIS tahun 1999 tak lepas dari tangan dingin Eddy dalam menyusun taktik dan strategi. Ia mampu memaksimalkan pemain mulai dari penjaga gawang sampai barisan penyerang.

Mantan anak asuhnya di PSIS Semarang, Agung Setyabudi bercerita mengenai sosok Edy Paryono. Berikut ini sejumlah fakta menarik tentang Edy Paryono yang dirangkum Bola.com.

Video

2 dari 5 halaman

Berkarakter Seperti Sartono Anwar

Pembawaan Edy Paryono tegas dan saklek. Agung Setyabudi mengakui sosok Edy mirip dengan Sartono Anwar dalam menanamkan kedisiplinan di timnya.

Pemain dituntut untuk pantang melakukan kesalahan dalam latihan maupun pertandingan. Pemain juga wajib menghargai waktu.

Hal itulah yang menjadi satu di antara kunci PSIS Semarang menggondol gelar juara. Pada musim itu, Ali Sunan dan kawan-kawan begitu konsisten sejak pertandingan pertama sampai laga final kontra Persebaya. 

"Edy Paryono sosok yang tegas, bisa saya katakan saklek. Maklum termasuk anak didik Sartono Anwar, jadi ya pembawaannya hampir mirip. Kedisiplinan dititikberatkan, biasa kalau pemain dimarahi ketika melakukan kesalahan," ujar Agung Setyabudi, Selasa (12/5/2020).

"Termasuk saya ketika terlambat datang latihan, ya pernah dimarahi. Sudah biasa di sepak bola dan dilatih Edy Paryono," tuturnya.

3 dari 5 halaman

Ciri Khas Bola Pendek

Edy Paryono menyukai permainan bola pendek. Dengan model permainan seperti itu, Edy menekankan kekompakan antarpemain.

Agung Setyabudi menambahkan, Edy Paryono adalah paling anti melakukan umpan panjang jauh ke depan.

"Kekuatan lini tengah merupakan kunci permainan kepelatihan Edy Paryono. Lawan tidak boleh menguasai bola terlalu lama. Kemudian membangun serangan harus secara perlahan, kalau bahasa Jawa-nya jangan byayakan (terburu-buru)," beber pria yang menempati posisi bek kanan saat di PSIS.

"Santai saja dari kaki ke kaki, passing ke depan ke belakang dengan enak. Memainkan umpan jauh itu kalau sudah disuruh beliau, baru berani kami lakukan," terang Agung.

 

4 dari 5 halaman

Setia dengan Formasi 3-5-2

Agung masih ingat betul mengenai formasi andalan yang diusung Edy Paryono. Skema baku 3-5-2 selalu dimainkan di setiap pertandingan.

Pada waktu itu, PSIS memiliki barisan pertahanan yang kuat. Selain ada Agung Setyabudi, PSIS juga memiliki Bonggo Pribadi dan penjaga gawang I Komang Putra. Kemudian menumpuk lima gelandang yang dipimpin Ali Sunan dan Ebanda Timothy.

Agung menilai formasi ideal khas Edy Paryono tidak mengacu pada sistem klub dan negara tertentu, tapi sepak bola yang berseni dan proses dalam sebuah permainan.

"Ketahanan fisik juga menjadi fondasi utama bagi beliau. Pernah, dalam latihan berjalan tidak sesuai keinginannya, ya tidak akan dihentikan. Mau berapa jam latihan harus sesuai yang diharapkannya," katanya.

5 dari 5 halaman

Jadi Asisten Pelatih Timnas Indonesia

Selain membawa PSIS menjuarai Liga Indonesia, Edy Paryono juga berkarier di PSIM Yogyakarta, Persipur Purwodadi, Persab Brebes, dan terakhir di Persitema Temanggung.

Edy juga pernah menjadi asisten Ivan Kolev di Timnas Indonesia. Agung mengaku sosok Edy memang layak masuk jajaran tim pelatih tim Garuda dengan segala pengalamannya di sepak bola Indonesia.

"Beliau itu sebenarnya sosok pelatih yang pintar, baik strategi maupun pengalamannya. Mungkin karena kurang hoki saja, jadi lebih banyak melatih tim-tim sekitar Jateng," jelas Agung Setyabudi.

Video Populer

Foto Populer