Bola.com, Semarang - PSIS Semarang tidak pernah berhenti melahirkan talenta-talenta sepak bola yang andal, termasuk pemain yang bersinar pada 2006, yaitu Denny Rumba.
Pria yang kini berusia 35 tahun itu merupakan satu di antara wonderkid yang pernah dicetak Mahesa Jenar. Ia tumbuh berkembang di PSIS hingga mengantarnya ke level Timnas Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Denny Rumba banyak menghabiskan kariernya di PSIS, sekitar delapan musim. Meski kemudian berganti-ganti klub, seperti PSMS Medan, Persepam Madura, PSS Sleman, hingga akhirnya pensiun di PSIR Rembang, tapi Denny memang lebih akrab dengna PSIS.
Menempati posisi bek sayap, perannya cukup besar sebagai pemain yang aktif naik dan turun membantu penyerangan maupun pertahanan. Bahkan pelatih Timnas Indonesia asal Inggris, Peter Withe memanggilnya untuk memperkuat Timnas Indonesia U-23 saat Pra-Piala Dunia 2006.
Denny Rumba memutuskan gantung sepatu pada usia 33 tahun, tepatnya pada musim 2017. Saat ini Denny masih mengabdikan diri untuk sepak bola dengan menjadi pelatih usia dini di Semarang.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fokus Pembinaan Usia Muda
Setelah gantung sepatu pada dua tahun lalu, Denny Rumba menghabiskan waktu di tanah kelahirannya. Ia sempat mendapat tugas membantu sekolah sepak bola (SSB) milik Eko Purjianto, asisten pelatih Bali United.
Denny Rumba telah mengantongi lisensi kepelatihan B AFC yang belum lama didapatkan bersama I Komang Putra di Solo. Denny Rumba melebarkan sayap dengan merintis pendidikan sepak bola usia muda secara privat, yang dinamakan DR16, sesuai inisial nama dan nomor punggung favoritnya.
Denny Rumba memiliki puluhan siswa dari beberapa kelompok usia untuk bermain sepak bola yang baik dan benar. Ia memusatkan latihan di lapangan Simpang Lima Semarang dan Karang Roto, Demak. Hanya saja selama pandemi COVID-19 jumlah anak didiknya dibatasi, di mana latihan diikuti 10 anak, meski totalnya sudah ada sekitar 40 anak kelahiran 2006 dan 2009.
"Awalnya dimulai setelah saya pegang C AFC, lalu ikut membantu di akademi Eko Purjianto. Sekarang saya punya akademi sendiri, yakni DR16, khusus untuk anak-anak daerah Semarang," terang Denny Rumba saat dihubungi Bola.com, Selasa (2/6/2020).
"Setelah saya ambil lisensi kepelatihan, banyak ilmu yang saya dapat. Tidak mudah, harus banyak belajar, apalagi pembinaan usia dini di Semarang kacau. Itulah pertimbangan saya menekuni dunia kepelatihan sepak bola," lanjutnya.
Menurutnya, pembinaan usia dini di Semarang dan sekitarnya masih kurang mendapat perhatian serius, terutama pemahaman orang tua siswa yang memiliki pandangan instan untuk anak-anaknya.
"Saya lihat khususnya di Semarang dan umumnya di Indonesia, potensinya sangat bagus. Namun, karena oknum dan cara bermain tidak benar, seperti dengan cara instan, hanya mencari juara, lalu mengambil pemain dari sana dan sini, itu pembinaan yang keliru," jelasnya.
Â
Advertisement
Setia Bersama PSIS
Denny Rumba juga menjadi pemain PSIS yang tetap setia memperkuat klub kebanggaan Panser Biru dan Snex ini pada 2008. Padahal PSIS sempat banyak ditinggalkan pemain bintangnya.
Ia mampu membuktikan diri bisa bersaing dengan pemain lain. Setelah memperkuat PSIS beberapa musim, Denny Rumba juga sempat hijrah ke PSMS Medan dan Madura United.
Denny Rumba lantas bergabung dengan PSS Sleman selama satu musim dan membawa timnya melaju ke final Indonesia Championship B 2016. Musim 2017 hingga 2018, ia hijrah ke PSIR Rembang hingga memutuskan gantung sepatu.
"Delapan musim di PSIS, saya sempat diberikan kesempatan bekerja di Semarang juga. Tapi, karena waktu itu tidak menemui kata sepakat dalam negosiasi, akhirnya saya keluar ke Medan, Madura, Sleman, dan Rembang sampai pensiun pada usia 33," kata Denny Rumba.
"Saat ini PSIS dan manajemen sudah bagus. Hanya disayangkan kurang memberikan kesempatan untuk dua sampai lima putra daerah Semarang. Paling hanya ada Hari Nur dan Septian David. Secara kualitas mereka memang bagus, tapi masih banyak potensi lain di Semarang," bebernya.
Â
Jadi Andalan Peter White
Denny Rumba tercatat pernah menjadi bagian dari Timnas Indonesia U-23 di bawah asuhan Peter Withe. Saat itu ia bergabung dalam tim yang dipersiapkan untuk menghadapi Pra-Piala Dunia.
Sayangnya, dua tahun mengikuti pelatnas Timnas Indonesia Denny Rumba mengalami cedera hebat di bagian ACL atau Ligamen lututnya. Ia pun naik ke meja operasi dan membuat kariernya terhambat.
Cedera otot ACL sering kambuh, hingga membuatnya pensiun pada usia 33 tahun. Terlepas dari hal itu, ia mengaku banyak mendapat ilmu serta pengalaman dari seorang Peter Withe.
"Ligamen saya cedera saat TC Timnas U-23 sebelum berangkat ke Vietnam, harus dioperasi di Jakarta. Dua tahun saya bersama beliau di Timnas Indonesia selama TC di Rawamangun," tutur Denny Rumba mengingat sosok Peter Withe.
"Jujur dia pelatih bagus untuk usia dini, baik dari cara melatih, memberikan pengertian ke pemain, dan taktik di lapangan," lanjutnya.
Â
Advertisement
Jadi Pengusaha Pisang Goreng
Setelah menyatakan pensiun sebagai pemain sepak bola, Denny Rumba pernah memiliki usaha sampingan, yakni bisnis produk olahan makanan dari buah pisang.
Denny Rumba pernah mendirikan kedai pisang goreng bernama Yoniki Banana Crispy. Bahkan ia memiliki lima outlet di kawasan Kota Semarang, satu di antaranya terletak di Tlogosari.
Namun, untuk sementara waktu ia harus menutup kedai pisang gorengnya yang sempat laris manis. Pandemi COVID-19 memaksanya harus berhenti sementara berjualan pisang goreng.
Sementara untuk mengisi waktunya, Denny Rumba masih aktif dalam kegiatan melatih anak didiknya. Ia juga mendapat tawaran bekerja di Safin Pati Football Academy yang dipimpin eks pelatih Persebaya Surabaya, Rudy Eka Priyambada.
"Wabah virus Corona membuat semua kedai pisang goreng sudah kami tutup karena sepi. Padahal sudah ramai, ya harus disyukuri," papar Denny Rumba menutup pembicaraan dengan Bola.com.