Sukses


Cerita Bagas Kaffa, Mimpi Berkarier di Luar Negeri dan Tantangan Berpisah dengan Bagus Kahfi

Bola.com, Makassar - Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi telah menjalani menjalani debut profesionalnya di level senior saat Barito Putera menjamu Bali United pada Liga 1 2020 di Stadion Demang Lehman, Martapura, 6 Maret 2020. Pada pertandingan itu, Barito Putera memang kalah 1-2 dari Bali United yang merupakan juara bertahan. Tapi, penampilan Bagas mendapat apresiasi dari pelatih Barito Putera, Djajang Nurjaman.

Buktinya, Bagas Kaffa kembali dimainkan sebagai starter saat Barito Putera bertandang ke Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, markas PSM Makassar. Pada laga itu, Barito mampu mengimbangi permainan Juku Eja yang dikenal solid bila bermain di hadapan pendukungnya. Barito Putera memaksa PSM menerima hasil imbang 1-1 pada akhir pertandingan.

Tapi, sepak terjang Bagas di level senior terpaksa berhenti sementara menyusul kian mewabahnya COVID-19. Pada channel Garuda Nusantara, Bagas mengaku tetap fokus dengan pengembangan kemampuan dan kariernya meski hanya bisa latihan mandiri selama Liga 1 2020 terhenti. Apalagi, ia juga tengah menjalani latihan virtual Timnas Indonesia U-19 di bawah arahan ketat pelatih Shin Tae-yong.

Menurut saudara kembar Amiruddin Bagus Kahfi Al-Fikri ini, setiap pemain wajib mengirim foto-foto menu makanan yang dikonsumsi.

"Coach Shin Tae-yong sangat terkonsentrasi kepada hal ini karena terkait dengan pembentukan fisik pemain. Secara pribadi saya sudah terbiasa dengan menu seperti itu waktu mengikuti program Garuda Select di Inggris tahun lalu," kata Bagas.

Mengenal budaya dan atmosfer kompetisi di Inggris membuat Bagas menyimpan keinginan bisa bermain di luar negeri suatu saat nanti, khususnya di Eropa.

"Atau paling tidak bermain di Thailand atau Jepang. Tapi, semuanya tergantung kesempatan dan regulasi dari federasi sepak bola setempat atau FIFA. Saat ini, yang terpenting buat saya adalah fokus meningkatkan kemampuan skill, fisik, dan mental," papar Bagas.

Menurut Bagas Kaffa, secara skill, sejatinya pemain Indonesia tak kalah dengan pemain Eropa. Perbedaan yang mencolok adalah postur mereka yang lebih tinggi dan besar. "Mereka pun lebih beruntung berproses dalam atmosfer sepak bola yang lebih baik."

Video

2 dari 2 halaman

Tantangan untuk Berbeda Tim dengan Bagus

Pada kesempatan itu, Bagas Kaffa juga mengungkapkan tantangannya dalam berkarier di sepak bola. Menurutnya, sejalan dengan perjalanan waktu tentu tantangannya tidak sama.

"Tapi, sempat terpikirkan, akan tiba satu waktu saya tidak akan satu tim lagi dengan Bagus," ungkap Bagas.

Bagas dan Bagus memang selalu bersama. Mulai dari dari sekolah sepak bola sampai bergabung di Barito Putera.

"Saya dan Bagus pernah berdiskusi soal ini. Memang inginnya selalu bersama dalam satu tim. Tapi, kami tetap bersikap profesional karena itu hal yang lumrah dalam sepak bola," papar Bagas.

Sejatinya, bila berada dalam satu tim membuat keduanya bisa berkembang bersama. Apalagi, Bagas dan Bagus selalu menyempatkan diri untuk saling melakukan evaluasi penampilan masing-masing. "Biasanya, kami melakukan hal itu sehabis pertandinga," ujarnya.

Bagas bercerita diskusi menjadi alot bila dalam pertandingan, keduanya sempat bersitegang.

"Meski saudara kembar yang sama-sama menjadikan sepak bola sebagai bagian hidup, kami juga tak jarang 'berantem' di lapangan. Tapi, bagi kami, itu hal yang normal karena tujuannya sama, yakni ingin membawa tim memenangkan pertandingan," kata Bagas.

Secara khusus, Bagas memuji penampilan dan kualitas saudara kembarnya itu. "Kelebihan yang paling menonjol Bagus adalah ia lebih pintar mencetak gol dibandingkan saya,"pungkas Bagas.

Video Populer

Foto Populer