Bola.com, Jakarta - Para pemain Timnas Indonesia U-20 Piala Dunia U-20 1979 di Tokyo menyimpan kenangan manis karena memiliki kesempatan untuk berhadapan dengan tim-tim kuat yang diisi para pemain bintang. Seperti yang dialami Mundari Karya salah satu punggawa timnas saat itu, yakni perintah mengawal Diego Maradona.
Ya, Mundari Karya memiliki kesan mendalam terhadap Piala Dunia U-20 saat itu. Pasalnya, selain menghadapi tim-tim kuat seperti Yugoslavia dan Polandia, Mundari Karya memiliki tugas khusus untuk mengawal Diego Maradona sang bintang dari Argentina.
Baca Juga
Timnas Indonesia U-23 Tendang Korsel dari Piala Asia U-23 2023, Beda Nasib Pratama Arhan dengan Duo Rekannya di Suwon FC
Mengukur Kekuatan Uzbekistan, Calon Lawan Timnas Indonesia U-23 di Semifinal Piala Asia U-23 2024:
Hasil BRI Liga 1: PSIS Buka Peluang ke Championship Series, Persita Masih Bisa Selamat dari Degradasi
Advertisement
Indonesia berhadapan dengan Argentina dibabak penyisihan grup. Kalau dari hasil sudah pasti Indonesia mengalami kekalahan telak.
Namun, kisah dibalik kekalahan itu yang membuat Mundari Karya Muda meneguhkan tekadnya untuk meniti karir sebagai pelatih suatu saat dan akhirnya tercapai karena Mundari Karya saat ini satu diantara belasan Pelatih yang memengang lisensi AFC Pro.
Kisah Mundari Karya yang mendapatkan tugas mengawal Maradona bermula saat sang pelatih Timnas saat itu Soetjipto Soentoro selalu memberikan latihan tambahan untuknya.
"Latihan pun latihan biasa penguatan fisik paling banyak. Karena kan waktu itu ilmu sepak bola masih jadul belum seperti sekarang. Tapi, persiapan saya selalu ada tambahan karena memang ada tugas mengawal pergerakan Maradona nantinya," kata Mundari Karya kepada Bola.com, Kamis (20/8/2020).
Pada saat pertandingan, Mundari Karya mencoba sekuat tenaga mengawal setiap pergerakan Maradona. Namun, apa boleh dikata, Si Tangan Tuhan julukan Maradona selalu lolos dari pengawalannya. Sudah bisa ditebak, saat turun minum, Indonesia sudah ketinggalan 5-0.
Saat di ruang ganti, kata Mundari, sang pelatih pun melontarkan omelan karena dirinya dianggap gagal menjaga Maradona sehingga bisa bergerak bebas.
"Sudah pasti, saat itu saya diomelin. 'Hei Mundari gimana loe, ngga bisa ngawal Diego Maradona', begitu kata pelatih. Saya jawab aja, 'muka sama mas'. Karena kan waktu itu yang jadi striker Raymon Diaz, mukanya sama kaya Maradona. Eh malah semakin dimarahin, kan ada nomor punggungnya. Ya sudah saya diam saja," ujar Mundari sambil tertawa.
Â
Video
Kilah Mundari Karya: Kan Saya Bek Tengah, Maradona Mainnya Gelandang
Mundari sebenarnya punya jawaban pada saat diomelin sang pelatih. Namun, Mundari Karya tidak mau dianggap menggurui sang juru taktik. Menurut Mundari, pada saat itu ada kesalahan strategi. Seharusnya bukan dialah yang mengawal Maradona karena posisi bermainnya sangat jauh dari Maradona.
"Ya, bukan gagal mengawal Maradona. Tapi, kan posisi saya bermain center back, sedangkan Maradona banyak bermain waktu itu di gelandang. Ya jelas sekali enggak bakal ketutup," ujarnya.
Advertisement
Tapi, bukan hanya itu saja, kegagalan Indonesia saat menghadapi Argentina saat itu lebih ke level sepak bola yang sangat jauh berbeda.
"Tapi bukan itu sih (salah starategi) faktor utama kekalahan telak itu. Tapi, level memang sudah beda jauh dengan Argentina. Kalau memang dilihat dari keseluruhan, secara Individu jauh sekali. Keliahatan sekali, individu Maradona seperti apa. Seperti yang kita lihat Piala Dunia 1987," Mundari Karya mengakhiri pembicaraan.
Advertisement