Sukses


Kisah Pentolan Aremania Mendukung Singo Edan Lewat Tabuhan Bass Drum

Bola.com, Malang - Cak No merupakan pentolan Aremania yang dikenal lewat tabuhan bass drum di tribune suporter ketika Arema bertanding. Kepada striker Arema FC, Dendi Santoso, pria yang memiliki nama asli Sukarno itu berbagi kisah mengenai kegemarannya memberi dukungan langsung kepada Arema dengan cara yang unik.

Dendi Santoso menyambangi Warung Arema Cak No Drumb untuk bertemu langsung dengan pentolan Aremania yang karib disapa Cak No itu.

Cak No, yang merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu, berbagi cerita mengenai bagaimana rekan-rekan sekantornya pasti sudah mengetahui bahwa ia akan pulang cepat ketika hari Arema bertanding.

Entah ketika masih bermain di Gajayana atau Kanjuruhan, Cak No pasti hadir memberikan dukungan dengan sepengetahuan Satuan Kerja Perangkat Daerah hingga Kepala Seksi (Kasi) di tempatnya bekerja.

"Mulai dari SKPD sampai ke Kasi sudah mengetahui kalau saya itu penggemar sepak bola di Malang. Semua teman-teman bahkan suka mengingatkan saya kalau hari itu Arema bertanding," ujar Cak No dalam kanal Youtube Dendi41 Santoso.

Cak No mengaku tidak pernah ada kendala untuk bisa memberikan dukungan langsung untuk Arema ketika masih aktif menjadi PNS.

"Kalau dulu masih kerja, PNS itu pulangnya jam 2 siang. Dulu juga mainnya kan cukup dekat di Stadion Gajayana," ujar Cak No.

"Kalau ke Kanjuruhan baru jalan sekitar jam 1 siang, atau jam 12. Ketika awal-awal Arema bermain di Kanjuruhan, saya sudah mau pensiun," lanjut pentolan Aremania ini.

Video

2 dari 2 halaman

Penabuh Bass Drum Legendaris dan Penampilan yang Unik

Nama Cak No sudah menjadi legenda di kalangan Aremania. Bahkan ia sudah mulai memberikan dukungan kepada Arema ketika berlaga di Galatama, di mana saat itu pemain yang bertanding adalah Singgih Pitono dan Joko Susilo.

Cak No merupakan Aremania yang selalu menabuh bass drum ketika memberikan dukungan terhadap Singo Edan. Bahkan yang menarik, pada awal memberikan dukungan lewat tabuhan bass drum, ia membawanya menggunakan vespa dengan membawa istrinya ikut serta.

"Saya dulu awalnya membawa drum itu dengan vespa milik saya. Apalagi saya belum tahu kondisi Kanjuruhan. Saya naik vespa dan memboncengkan istri saya," ujarnya.

Mengenai caranya memberikan dukungan lewat bass drum, Cak No mengaku sempat mengalami beberapa kendala, seperti bunyi drum yang kacau karena hujan, hingga alat menabuh yang patah.

"Saya awalnya membawa drum itu dari kulit sapi. Begitu basah karena hujan, jadinya enggak bunyi. Alat buat menabuh drum pun akhirnya saya buat sendiri karena kalau yang dari toko itu cepat patah," ujar Cak No.

"Saya akhirnya pakai gagang pel, kemudian saya isi kayu dan saya berikan matras. Saya lingkari dengan cetakan, saya gosok, dan kemudian dilem menjadi satu," lanjut Cak No yang kini menggunakan bass drum keempat karena tiga yang pertama sudah jebol.

Cak No juga kerap menggunakan atribut yang nyentrik ketika memberikan dukungan kepada Arema. Satu di antaranya adalah topi ala kepala suku Indian. Bahkan atribut itu memiliki arti tersendiri.

"Kepala suku itu kan seperti membawahi anak buah kalau di Indian. Jadi kalau kepala suku sudah di atas, anak buah semua sudah siap. Seperti siap berperang," ungkapnya.

Video Populer

Foto Populer