Sukses


Makan Konate dan Deretan Pemain Nomor 10 Persebaya yang Berakhir Tragis

Bola.com, Surabaya - Gelandang Makan Konate telah memutuskan hengkang dari Persebaya Surabaya pada Jumat (11/12/2020). Dia tidak bisa menunggu lebih lama di tengah ketidakpastian status kompetisi Shopee Liga 1.

Pemain berusia 29 tahun itu sebenarnya digadang-gadang bakal menjadi pemain bintang bersama Persebaya Surabaya pada musim 2020. Maklum, playmaker berpaspor Mali itu merupakan sosok pemain asing yang berprestasi di Indonesia.

Kedatangannya pada awal musim 2020 melengkapi slot pemain asing klub berjulukan Bajul Ijo tersebut. Sebelumnya, Persebaya telah mengamankan tanda tangan David da Silva (Brasil), Aryn Williams (Australia), dan Mahmoud Eid (Palestina).

Persebaya tidak mendapatkannya dengan mudah. Sebab, Makan Konate menjadi rebutan beberapa klub lain, seperti Persib Bandung dan Bhayangkara FC. Persebaya yang datang dengan tawaran kontrak tinggi memenangkan persaingan itu.

Dengan pengalamannya, Makan Konate ingin mempersembahkan gelar juara untuk Persebaya Surabaya setelah resmi bergabung. Klub berjulukan Bajul Ijo itu juga berambisi merengkuh trofi Shopee Liga 1 2020.

Pemain bernomor punggung 10 itu benar-benar menjadi idola baru di kalangan suporter Persebaya, Bonek. Bajul Ijo lantas menunjuknya sebagai kapten tim untuk Liga 1 2020 setelah Konate menerima jabatan itu selama pramusim.

Keberuntungan kurang berpihak kepada pemain berpostur 178 cm itu yang tidak banyak menunjukkan aksinya di lapangan. Liga 1 2020 keburu ditunda akibat pandemi COVID-19 sejak Maret saat baru memasuki pekan ketiga.

Selama ini, pemain nomor punggung 10 dianggap sebagai sentral permainan dan motor serangan dalam sebuah tim. Sayangnya, hal ini tidak selalu berlaku bagi klub sebesar Persebaya.

Makan Konate rupanya bukanlah satu-satunya pemain bernomor punggung 10 di Persebaya yang memiliki nasib kurang mujur. Tercatat, sudah ada empat pemain yang mengenakan nomor punggung itu sejak Persebaya diakui lagi oleh PSSI mulai awal 2017.

Kebanyakan dari mereka berposisi sebagai pemain nomor 10 alias gelandang serang dan berperan sebagai playmaker. Peran penting di tim sebenarnya menjadi tugas buat mereka. Lantas, apa yang membuat mereka berakhir tragis di Persebaya Surabaya? Simak ulasannya:

Video

2 dari 5 halaman

Nerius Alom

Persebaya Surabaya melakukan sedikit perubahan saat mengarungi kompetisi Liga 2 2017. Mereka melepas sejumlah pemain dengan mendatangkan trio asal Papua sekaligus, yaitu Fandry Imbiri, Ricky Kayame, dan Nerius Alom.

Nama terakhir digadang-gadang bakal menjadi gelandang tengah andalan untuk menambah kekuatan lini tengah. Nerius Alom datang ke Persebaya pada usia 22 tahun dengan status Pemain Terbaik ISL U-21 2014 saat membela Semen Padang.

Pemain berpostur 172 cm itu menjadi bagian Persebaya yang akhirnya menjuarai Liga 2 2017 sekaligus tiket promosi ke Liga 1. Namun, tidak banyak kontribusi yang telah disumbang oleh adik kandung Nelson Alom tersebut.

Nerius hanya mampu membukukan enam penampilan dan tanpa mencetak gol selama putaran kedua Liga 2 2017 hingga partai puncak. Dia kalah bersaing dengan gelandang Misbakus Solikin yang saat itu menjadi top scorer Persebaya.

Pada akhir musim, Nerius lantas dilepas oleh Bajul Ijo dengan status pinjaman ke Perseru Serui untuk musim 2018. Lagi-lagi, dia gagal menunjukkan performa terbaiknya selama putaran pertama Liga 1 2018 dengan hanya membukukan tiga penampilan dan tanpa gol.

3 dari 5 halaman

Robertino Pugliara

Status sebagai klub kontestan Liga 1 2018 membuat Persebaya Surabaya bisa merekrut pemain asing lagi. Tampil di bawah arahan pelatih Angel Alfredo Vera, tim berjulukan Bajul Ijo mendatangkan playmaker asal Argentina, Robertino Pugliara.

Pemain satu ini dinilai cocok dengan gaya permainan Persebaya yang mengandalkan umpan pendek. Robertino berpengalaman di sepak bola Indonesia dengan berseragam Persija Jakarta, Persiba Balikpapan, PSM Makassar, Persipura Jayapura, hingga Persib Bandung.

Pemain kelahiran 21 Februari 1984 itu terbukti menjadi motor permainan Persebaya selama musim 2018. Perannya juga tidak tergantikan meski jabatan pelatih kepala Persebaya berpindah dari Alfredo ke Djadjang Nurdjaman.

Namun, nasib kurang beruntung didapatnya dengan mengakhiri musim lebih cepat. Dia mengalami cedera patah tulang setelah mendapat tekel keras dari pemain Borneo FC, Wahyudi Hamisi, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, pada 13 Oktober 2018.

Pemain berpostur 170 cm itu telah tampil dalam 23 pertandingan Persebaya di semua ajang sebelum masuk meja perawatan. Akibat cedera itu, Robertino Pugliara belum mendapat klub baru lagi hingga sekarang.

 

4 dari 5 halaman

Damian Lizio

Kepergian Robertino Pugliara membuat Persebaya Surabaya mencari pengganti. Bersama pelatih Djadjang Nurdjaman, mereka menemukan rekan senegara Robertino, yakni Damian Lizio, untuk mengisi slot pemain asing di posisi gelandang serang.

Damian Lizio datang dengan reputasi mentereng. Meski lahir di Argentina, dia kemudian memilih membela Timnas Bolivia dan sempat tampil di Copa America 2015. Lizio juga pernah merasakan dilatih Diego Simeone, yang kini menangani Atletico Madrid, saat keduanya bekerja sama di klub raksasa Argentina, River Plate.

Pemain kelahiran 30 Juni 1989 itu secara resmi bergabung bersama Persebaya pada 20 Februari 2019. Dia menjalani laga debut kontra Persidago Gonrontalo dalam babak 16 besar Piala Indonesia 2018 dan mencetak satu gol dan assist.

Memilih nomor punggung 10, Lizio juga tampil dalam turnamen pramusim Piala Presiden 2019 dan putaran pertama Shopee Liga 1 2019. Dalam tiga ajang, total dia telah membukukan enam gol dalam 25 laga. Lizio memegang peran penting buat Persebaya yang menjadi runner-up Piala Presiden 2019.

Pada pertengahan musim, performa Lizio menurun dan Persebaya memilih untuk melepasnya. Sebagai pengganti, Bajul Ijo mendatangkan gelandang asal Brasil, Diogo Campos, yang sebelumnya berseragam Kalteng Putra.

Damian Lizio sempat menganggur selama empat bulan karena dia dilepas Persebaya saat bursa transfer negara lain telah ditutup. Kini, dia bermain untuk klub Bolivia, Royal Pari, sejak awal musim 2020.

 

5 dari 5 halaman

Makan Konate

Makan Konate direkrut dari klub rival, Arema FC, dan diikat kontrak semusim oleh Persebaya Surabaya. Kepindahan ini sempat memicu kontroversi mengingat dua klub tersebut merupakan rival dalam Derbi Jatim.

Dia datang dengan status pemain asing terbaik selama Liga 1 2019. Torehan paling fantastis terjadi saat dia membela Arema FC selama satu setengah musim pada 2018 dan 2019.

Total dia telah bertanding sebanyak 51 kali dan menyumbang 29 gol untuk tim berjulukan Singo Edan tersebut.

Dengan status pemain bintang, Makan Konate diharapkan bisa menjadi tumpuan untuk membawa Persebaya memenangi Shopee Liga 1 2020.

Kolaborasinya dengan striker David da Silva diprediksi bakal makin menambah tajam barisan penyerangan. Dia juga didapuk sebagai kapten tim.

Sayang, pemain asal Mali itu hanya mampu membukukan dua penampilan di kompetisi resmi dan batal bersinar meraih gelar Liga 1 2020. Namun, dia sempat menyumbang trofi Piala Gubernur Jatim 2020 yang merupakan turnamen pramusim pada Februari lalu.

Video Populer

Foto Populer