Sukses


KOLOM: Catatan Akhir 2020 Menuju Tahun yang Lebih Baik

Bola.com, Jakarta Sudah kering rasanya air mata ini ketika Bangsa Indonesia meratapi dampak pandemi Covid-19 pada 2020. Tidak hanya dunia olahraga saja yang terkena imbas pandemi, tetapi juga roda ekonomi dan proses pengajaran pendidikan yang terhambat karena wabah yang mendunia ini. Pada sisi lain, dunia digital menjadi ranah alternatif yang kian marak menjadi medium untuk mempertemukan kita yang harus terus menjaga jarak fisik. Apakah e-sports jadi solusi termudah agar memastikan kegiatan olahraga dapat terus berjalan pada 2021?

Sebelum menganalisis lebih jauh, kita perlu menoleh sebentar ke belakang untuk melihat pengunduran sejumlah event olahraga pada 2020. Piala Eropa atau Euro 2020, PON Papua, Liga 1, hingga Olimpiade Tokyo telah diundur pelaksanaannya ke 2021 yang tinggal berjarak kurang dari 24 jam lagi dari sekarang. Menariknya, dengan penerapan sejumlah protokol kesehatan yang ketat justru kompetisi sepak bola profesional di Korea Selatan, Jepang, Jerman, Spanyol, Inggris, dan Italia malah bisa kembali bergulir sejak pertengahan 2020. 

Berangkat dari titik ini, telah lahir kesadaran bahwa untuk pesta olahraga multievent seperti Pekan Olahraga Nasional dan olimpiade taruhannya jauh lebih besar, di mana kontingen dari sejumlah negara atau berbagai provinsi bisa dengan mudah menjadi pembawa virus atau justru terpapar Covid-19. Mekanisme tes di negara atau daerah asal tidak bisa menjadi jaminan karena dalam beberapa kasus terbaru ada temuan penumpang pesawat udara terdeteksi positif corona saat mendarat meski mereka sudah lulus tes ketika hendak mengudara.

Sementara itu, dunia olahraga profesional semodel sepak bola eropa hingga kancah bola basket NBA yang rutin menerapkan tes pada insan pelakunya juga tidak 100% steril dari paparan Covid-19 karena sebagai mahkluk sosial atlet tidak hanya bergaul dengan sesama rekan sejawat saat berlatih dan bertanding. Proses prosedur transportasi yang sudah dibuat sedemikian ketat pun terbukti masih tidak mampu melindungi setengah skuat Manchester City dari penularan Covid-19 usai melawat ke London, yang diterpa kemunculan varian virus corona baru dengan karakter lebih menular. 

2 dari 3 halaman

Memaknai Penundaan Piala Dunia U-20

Menghadapi babak baru mutasi virus corona kita tentu perlu lebih waspada dan saya mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah untuk menutup Indonesia dari masuknya warga asing per 1 Januari besok. Itu pula sebabnya langkah Menteri Pemuda dan Olahraga, Bapak Zainudin Amali, saat berkirim surat kepada FIFA di awal Desember 2020 memang tidak lagi relevan. Beliau awalnya berupaya meyakinkan FIFA bahwa Indonesia siap menjadi penyelenggara Piala Dunia U-20 pada Mei-Juni 2021, tapi itu sebelum merebaknya wabah corona varian baru di Inggris. 

Ajang piala dunia adalah sebuah melting pot kumpulan atlet dari berbagai region layaknya Euro 2020, PON Papua, dan Olimpiade Tokyo. Bukan sekadar soal kesiapan enam venue di Indonesia untuk jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 yang jadi pertimbangan FIFA, namun juga soal mekanisme kualifikasi peserta yang tidak berjalan lancar pada 2020 serta lebih jauh lagi soal diperlukan adaptasi yang lebih baru menghadapi penularan Covid-19.

Periode Mei-Juni 2021 adalah sebuah masa transisi yang tidak 100% aman karena distribusi vaksin belum tuntas serta perlunya ada pemantauan soal perkembangan mutasi virus corona di akhir 2020. Jangan lupa, outbreak Wuhan pun terjadi di akhir 2019 bukan pada awal 2020.

So, menurut saya selain jajaran kantor kemenpora di bawah Pak Amali perlu mulai move on menyiapkan diri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ke 2023 seperti keputusan pengunduran dari FIFA, Indonesia pun harus mulai memikirkan kontigensi dan mitigasi soal penyelenggaran PON Papua di Oktober 2021, keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Tokyo (Juli-Agustus), serta soal wacana pembukaan Sirkut Mandalika dengan MotoGP (November), dan lebih dalam lagi soal perencanaan agenda kompetisi olah raga profesional reguler lainnya pada 2021 seperti Liga 1, Liga Bola Basket Indonesia, Proliga, dll.. 

3 dari 3 halaman

Tergantung pada Kelancaran Vaksinasi

Terlalu dini bagi kita sebagai stake holder olahraga Indonesia dan pemerintah untuk mengambil keputusan saat ini. Kwartal pertama dan kedua 2021 adalah periode kritis yang akan menentukan langkah-langkah apa yang perlu diambil terkait proses mitigasi yang berdampak kepada dunia olah raga. Sambil mengamati perkembangan persebaran corona baru dari Inggris, evaluasi kelancaran proses vaksinasi di periode tersebut akan menentukan apakah event-event olahraga tetap bisa digulirkan pada semester kedua 2021 dengan protokol ketat. 

Akan tetapi, sambil menunggu tahapan ini menurut penulis ada beberapa aspek lain yang juga perlu kita siapkan seperti pemberdayaan warga sipil terlatih untuk menjaga mobilisasi atlet, ofisial, dan awak media di dalam arena. Selanjutnya, pihak kepolisian dan pemda juga perlu mulai melakukan adaptasi sosiokultural pencegahan terjadinya kerumunan di luar arena dengan melakukan sosialisasi khusus kepada para koordinator suporter agar konsisten secara sendiri-sendiri menonton pertandingan melalui televisi atau live streaming.

Hal-hal ini perlu berjalan paralel dengan arahan teknis dari Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional karena banyak periuk nasi di jejaring event olah raga nasional dan internasional ini yang menjadi pertaruhan. Janganlah lagi kita saling menunggu seperti ketika di September-Oktober silam pihak polri menyatakan tidak mengeluarkan izin keramaian untuk Liga 1 hanya pada H-2 dari jadwal restart Liga 1 dan IBL.

Nah, ketika dinamika policy dan persiapan teknis berjalan, e-sports memang menjadi salah satu solusi. Kita tidak perlu bicara ragam e-sports yang mungkin belum akrab di benak mayoritas penggemar olah raga seperti nomor-nomor MOBA (Mobile Legend, Free Fire, Dota 2, dll.) tapi cukup memindahkan cabang populer seperti sepak bola ke ranah digital lewat Pro Evolution Soccer atau seri eFootball FIFA.

Keberhasilan kompetisi Soccer Stars Challenge dan Bali Virtual Island pada 2020 untuk mempertemukan atlet profesional, netizen, sponsor, serta media dalam lingkungan bisnis sports yang tidak berisiko menularkan virus adalah bukti nyata kita mampu beradaptasi. Penulis yakin pada 2021 Indonesia bisa memanggungkan e-sports dengan lebih piawai dalam periode penantian pelaksanaan event olahraga tanpa penonton di stadion. Ya, 2020 adalah gelas yang setengah penuh dan bukan setengah kosong, sehingga saatnya bagi kita untuk mengisi kembali gelas itu di 2021. Bangkitlah Indonesia!

 

*Penulis adalah wartawan, VP Operations dan Editor in Chief untuk Bola.com serta Bola.net, kolom ini berisi wawasan pribadi yang terlepas dari sikap kolektif insitusi.

Video Populer

Foto Populer