Sukses


Kisah Perjalanan Berliku Taufiq Kasrun untuk Gabung Persela sampai Menjabat Kapten Timnas Indonesia U-23

Bola.com, Makassar - Kiprah Taufiq Kasrun sebagai stopper pernah sangat lekat di Persela Lamongan. Pencapaian terbaik pria kelahiran 12 Oktober 1985 ini adalah membawa Laskar Joko Tingkir bertengger di peringkat empat klasemen akhir Liga Super Indonesia 2012 yang menerapkan sistem kompetisi penuh. Sukses ini belum bisa disamai oleh penerusnya sampai saat ini.

Sebagai pemain asli Lamongan, Taufiq Kasrun pernah menyimpan keinginan terus berkarier di Persela sampai gantung sepatu. Tapi, perjalanan hidupnya berkata lain. Ia tercatat tiga kali keluar masuk Persela pada periode 2005-2017. Kini, diusianya yang sudah 35 tahun, Taufiq masih bersatus sebagai pemain. Terakhir, ia bergabung di tim Liga 2, Hizbul Wathan Sidoarjo.

"Di hati yang paling dalam, saya ingin kembali Persela. Mungkin sulit sebagai pemain. Tapi, saya ingin menjadi bagian dari Persela untuk memaksimalkan potensi pemain asli Lamongan," ujar Taufiq Kasrun yang sudah mengantongi lisensi B-AFC ini dalam channel Youtube Omah Balbalan.

Meski pernah memperkuat sejumlah klub seperti Persitara Jakarta Utara, Sriwijaya FC, Kalteng Putera, Persiraja Banda Aceh dan Persiba Balikpapan, Taufiq tanpa sungkan mengaku tak bisa melupakan Persela. Selain berdarah Lamongan, Taufiq memang mengawali kariernya di Persela.

Berkat penampilannya bersama Persela pula, Taufiq mendapat kesempatan berguru di Belanda bersama Timnas  Indonesia U-23 selama delapan bulan serta mengecap atmosfer Asian Games 2006 di Doha, Qatar.  "Saya mengawali karier profesional di Persela dengan status pemain magang pada 2005," ungkap Taufiq.

Sebelumnya, Taufik menghabiskan masa kecilnya dengan bermain sepak bola telanjang kaki pada berbagai turnamen usia dini di Babat. Ia baru memulai memakai sepatu bola ketika bergaung di SSB Hisbul Wathan ketika duduk di bangku kelas dua Madrasah Tsanawiyah Babat pada 2000.

Setahun menimba ilmu di SSB itu, Taufiq sempat vakum karena merasa kemampuannya tidak terlalu berkembang. Ia pun lebih banyak berlatih secara otodidak dengan mengikuti sejumlah turnamen pada usia muda.

Pada 2002, Taufik mencoba peruntungannya di sepak bola dengan mengikuti seleksi di Persela U-17. Tapi, ia akhirnya gagal mengikuti seleksi karena baru datang pada hari terakhir.

"Saya ditolak ikut seleksi. Alhasil, saya hanya bisa menyaksikan hari terakhir seleksi dari tribune penonton. Apesnya, saat pulang ke Babat, ban sepeda saya bocor," kenang Taufiq.

 

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 3 halaman

Cerita Awal Karier di Persela

Gagal pada seleksi pertama, Taufiq Kasrun tak patah arang. Ia malah semakin termotivasi untuk terus meningkatkan kemampuannya sekaligus menepis anggapan minor teman-teman di desanya yang menganggap dirinya sulit menjadi pesepak bola. Berkat talenta dan kerja kerasnya, Taufiq diterima di SSB Sony Putera Babat.

Di SSB itu, Taufiq mendapat fasilitas latihan gratis dan uang transport. Pada 2003, Taufiq kembali mengikuti seleksi di Persela U-17 yang akan mengikuti Piala Soeratin. "Alhamdulilah saya terpilih. Pelatihnya saat itu adalah coach Yusuf Ekodono," terang Taufiq.

Selepas dari Piala Soeratin, oleh pelatihnya di SSB Sony Putera, Taufiq disalurkan ke tim Untaq Rosita yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya Surabaya pada 2004. Bersama Untaq, Taufiq bermain pada lima laga sebagai striker dan selalu mencetak gol.

Berkat aksinya itu, ia kemudian mendapat tawaran dari manajemen Persela sebagai pemain magang jelang kompetisi Liga Indonesia 2005. "Sebagai anak Lamongan, tanpa pikir panjang saya langsung menerima tawaran itu meski hanya status magang," kisahnya. 

Meski berstatus pemain magang, Taufiq yang kemudian menjadi stoper sempat masuk line-up tapi tak mendapatkan menit bermain. Termasuk saat Persela menjalani laga tandang. "Saya pertama kali naik pesawat karena Persela. Itu terjadi ketika kami bertandang ke Persiba Balikpapan," tuturnya.

Peruntungan Taufiq di Persela mulai terbuka pada musim 2006. Ia mengungkap cerita yang kemudian jadi titik balik kariernya. Jelang kompetisi, Taufiq dipanggil manajemen Persela. Rencananya, Taufiq akan dipinjamkan ke tim lain agar mendapatkan menit bermain. Tapi, Taufiq kontan menolak.

Ia pun meminta manajemen agar diberi kesempatan satu musim lagi untuk membuktikan kemampuannya. "Saya bilang, kalau gagal, saya akan mundur dan tak perlu dipinjamkan," tegas Taufiq.

 

 

3 dari 3 halaman

Kapten Timnas Indonesia

Taufiq Kasrun pun akhirnya tetap di Persela. Tapi, pada awa kompetisi, ia belum juga mendapat menit bermain meski tetap masuk line-up. Termasuk ketika Persela bertandang ke Persmin Minahasa dan Persibom Bolaang Mongondow. "Persela kalah pada dua laga itu. Ada sejumlah pemain yang cedera. Termasuk di posisi stoper," ungkapnya.

Sepulang dari tur Sulawesi Utara, pelatih Persela saat itu, Zulkarnain Pasaribu secara khusus memanggil Taufiq. Sang mentor bilang akan memainkan Taufiq saat Persela menjamu Persema Malang.

"Pak Zul bilang mempertaruhkan namanya ke manajemen agar saya bisa main. Dia pun meminta saya bermain optimal dan tak membuatnya kecewa," papar Taufiq.

Pada laga itu, Persela tak hanya menang, gawang mereka juga tak kebobolan. Setelah itu, Taufiq selalu menjadi starter baik laga tandang maupun kandang dan selalu berakhir dengan kemenangan.

Alhasil nama Taufiq mencuat dan kemudian terpantau tim pelatih timnas U-23. Usai laga kandang Persela kontra Persiter Ternate, pelatih Timnas U-23 saat itu Bambang Nurdiansyah mendatangi Taufiq. "Saya diberitahu agar mempersiapkan diri mengikuti seleksi timnas U-23," kata Taufiq.

Tak lama kemudian, surat panggilan seleksi Timnas U-23 tiba. Taufiq pun mengikuti seleksi di Batu Malang. Ia kemudian terpilih dan bergabung di Timnas U-23 yang akan berguru di Belanda. Sejalan dengan perkembangan latihan di Belanda, Taufiq pun diplot sebagai kapten timnas U-23 di Asian Games 2006.

 

Sumber: Youtube Omah Balbalan

Video Populer

Foto Populer